12🐻 Masih dengan langit yang sama

226 24 1
                                    


Annyeong noders, nona kembali lagi nih huhuhu🥺 mohon maaf kalau masih banyak typo di bab sebelumnya karena ini belum aku revisi benar-benar karena sibuk kerja🤏

Jangan lupa vote dan comment ya sayang🔥🌱

Mata cantik itu mulai mengerjap dan terbuka secara perlahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata cantik itu mulai mengerjap dan terbuka secara perlahan. Rasa pusing membuat pandangannya sedikit memburam. Saat semuanya mulai tampak jelas, ia hanya diam menatap kosong langit-langit kamarnya sembari menghela nafas pelan.

'Ternyata masih dengan langit-langit yang sama..'

Perlahan tubuhnya terbangun, membuat sebuah kain yang sudah mulai kering itu jatuh dari dahinya. Pandangannya menelisik sekitar, semuanya masih sama. Hingga semua kejadian demi kejadian itu mulai menari dalam benaknya seperti sebuah kaset rusak. Membuat netra indah itu kembali melahirkan butir bening penuh kesedihan.

"Rusak.. semuanya udah rusak.." bibir itu bergetar, tangannya meremas selimut itu dengan kuat. Dadanya terasa sesak, ada banyak hal yang rasanya sangat ia sesali.

Bukankah ini ya selalu ia bayangkan? Oh tidak, bukan dengan cara seperti ini. Bukan jalan cerita seperti ini yang selalu ia dambakan. Yang seorang Lee hwanni inginkan adalah pasangan atau kehidupan yang sesuai aturan, bukan karena kesalahan. Tapi memangnya apa yang bisa ia lakukan? Bahkan awalan bab dari kisah itu di mulai dari kecerobohan. Apakah ia bisa mendamba akhir yang bahagia? Apakah jika ia terus menangis dan menyesal waktu bisa berputar kembali? Minimal pada saat ia masih menonton film larva sendiri. Atau lebih jauh dari pada itu.

"Kehidupan kedepannya akan seperti apa? Lee hwanni lo emang bodoh! Harusnya lo bisa nolak lebih keras. Harusnya lo gak usah buka pintu malam itu. Harusnya lo-" suaranya kembali tercekat. Tangannya mulai menjambak mahkota indahnya hingga helaian demi helaian sedikit berjatuhan. Hani menangis dengan suara yang tertahan, tidak ingin ada yang mendengar tangisnya. Untuk beberapa waktu ia hanya menangis dalam diam bergulung dengan kesedihan.

Sampai akhirnya ia kembali teringat pada kakak nya. Apakah orang itu ada di luar? Atau mungkin sudah pergi? Setelah cukup tenang Hani turun dari kasur secara perlahan sambil meringis karena badannya yang masih terasa sakit dimana-mana. Ia melirik jam yang ada di nakas ternyata sudah menunjukkan pukul 1 siang. Sepertinya ia tertidur lama salah satunya karena efek obat penurun demam.

Sinar matahari memang tidak terlihat disini karena jendela kamarnya itu selalu tertutup dengan gorden tebal. Jarang sekali ia buka, jika dibuka pun hanya sedikit karena alasan tertentu. Hani berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigil. Lalu berjalan keluar kamar.

Pandangannya mengedar mencari keberadaan kakaknya namun nihil.
"Kak Jeno..." Panggil Hani namun tidak ada tanda-tanda bahwa kakaknya berada di rumah. Hingga sebuah tangan memegangnya secara tiba-tiba membuat Hani tersentak kaget.

Little happiness | LEE HAECHAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang