Chapter 14. Tak Apa

7 7 0
                                    

Bersama siapa pun orang yang kamu cintai, asal dia bisa bahagia maka tak apa kan jika dirimu terluka sendirian?

Pagi ini terasa lebih baik daripada hari yang lalu. Pagi ini juga Vanya kembali menjadi bayangan Baskara yang mengikutinya ke mana pun dia pergi. Peristiwa kemarin membuatnya tersadar bahwa dia telah kehilangan jati dirinya. Seorang Vanya yang terkenal akan bogeman kerasnya dan juga siswi yang dikenal sebagai bayangan Baskara.

"Baskara! Vanya!"

Seorang lelaki berbadan atletis itu memanggil nama Baskara yang tengah bersama dengan Vanya. Lelaki itu langsung memeluk erat tubuh Baskara.

"Baru saja gue mau nikmatin hidup tanpa lo! Malah udah balik aja!"

"Jahat banget mulut lo!"

Aldo, sahabat Baskara yang sudah lama tak memperlihatkan batang hidungnya. Ia sibuk dengan lomba yang diperjuangkannya. Kini ia pulang membawa medali emas yang ia kalungkan pada Vanya.

"Seorang atlet dunia ternyata masih ingat kita," gurau Vanya.

"Gue nggak akan pernah lupa sama orang yang selalu ada saat gue senang maupun susah. Kalian akan tetap jadi sahabat gue, saat ini, esok, dan selamanya..."

"Banyak omong lo!"

Atlet taekwondo itu mengabadikan momen bersama kedua sahabatnya. Kemudian foto itu ia unggah di sosial medianya. Begitu manis.

Baskara menuju di kelasnya terlebih dahulu sedangkan Vanya dan Aldo masih berjalan pelan sembari berbincang.

"Lo belum jadian sama Baskara?"

Seketika Vanya mengerutkan dahinya.

"Maksudnya?"

"Masih sama ternyata, masih sama nggak ada rasa," umpat Aldo. "Lupain aja," sambungnya.

Vanya berdecak kesal. "Gue kembaliin medali lo! Tapi kali ini lo dapet penghargaan sebagai manusia paling nggak jelas di bumi." Vanya memasangkan medali itu pada Aldo.

Karena geram Aldo langsung menjitak dahi Vanya dengan kuat. "Ngeselin lo!"

"Mending lo buruan punya pacar deh! Daripada nyusahin hidup gue!"

"Belum nemu orangnya," umpat pria berbadan atletis itu.

"VANYA!!"

Teriakan itu membuat keduanya berpaling. Pemilik suara itu berdiam diri setelah melihat Vanya kembali. Dari kejauhan tampak Vanya tersenyum padanya. Kemudian ia berlari menghampiri Vanya dan memeluknya erat.

"Lo dari mana aja, Van? Chat gue nggak dibales, telepon gue nggak diangkat, lo kenapa?"

"Lo marah sama gue? Bibir lo kena luka bakar, jidat lo memar, lo kenapa? Cerita sama gue sekarang, Vanya!"

Laura terlihat begitu jelas menampakkan raut cemasnya. Begitu banyak ocehan yang ia keluarkan dari mulutnya.

"Berisik lo!" celetuk Aldo yang melihat betapa cerewetnya Laura.

"Lo siapa berani negur gue?" bantah Laura.

Aldo mendekati Laura yang membuatnya menundukkan pandangan karena Aldo lebih tinggi darinya.

"Lo anak baru?"

"Seharusnya gue yang tanya sama lo! Lo anak baru? Gue nggak pernah lihat muka lo di SMANSA."

"Udah jangan pada ribut!" sela Vanya.

"Ini Aldo teman gue, Ra... lo emang belum pernah lihat dia sebelumnya,"

Aldo tersenyum miring. "Songong banget anak baru!"

"Lo yang songong!"

"Apa sih lo pendek jangan deket-deket gue," timpal Aldo.

Tak Seindah SaturnusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang