Terima kasih karena telah hadir dan memberikan luka yang tiada penawarnya.
Kisah bumi dan dekapannya kini telah usai. Bumi tak lagi mendekapnya seperti sediakala. Yang hadir di saat ia terpuruk kini telah tiada. Bumi tak lagi bisa menjadi tempatnya untuk hidup. Tugasnya telah usai untuk membuatnya bahagia.
Pecahan kaca berada di tangannya. Semuanya hancur lembur dalam sekejap mata. Foto keluarga yang terbingkai rapi juga ia rusak. Ini bukan tentang seorang ayah melainkan seorang yang hatinya telah tumpul. Ia benar-benar akan membunuh darah dagingnya sendiri.
"Dengarkan sekali lagi," pandangan lelaki itu mulai kabur. "Papah benci sama kamu!"
Pada saat lelaki itu mendekatkan benda tajam di leher Vanya-terdengar jelas suara dobrakkan pintu dari luar.
Lelaki itu terpental jauh hingga menabrak sebuah meja. Rumahnya telah dikepung oleh polisi. Lelaki itu sempat memberontak saat petugas mengamankannya. Ia terus memaki putrinya sendiri selama petugas memberikan borgol untuknya.
"Dasar anak yang tidak berguna! Menyusahkan orang tua!"
Mulut lelaki itu dibungkam oleh tangan seseorang yang begitu kuat.
"Siapa yang kau sebut anak yang tidak berguna? Siapa yang kau sebut menyusahkan orang tua? Orang bejat kayak lo nggak pantas di sebut orang tua!"
Matanya mulai memerah karena amarah telah menguasainya.
"Lo udah bikin Vanya menderita! Kalau lo nggak bisa bikin dia bahagia setidaknya jangan sakiti dia! Dia milik gue dan siapa pun yang berani mengusik kepemilikan Baskara, orang itu akan menderita seumur hidupnya!"
Baskara memberikan pukulan yang kuat hingga membuat Chandra tak sadarkan diri.
"Bawa dia, Pak!" ucap Aldo kepada petugas kepolisian.
Vanya berbaring lemah di pangkuan Baskara. Tak ada denyut nadi yang berdetak di antara pergelangan tangannya. Lelaki itu terus saja menggenggam erat tangan itu. Air matanya berjatuhan hingga membuatnya berteriak histeris.
"Bangun, Van..."
"Lo harus tetap hidup,"
"Gue pengen lihat lo bahagia lagi... kalau lo nggak mau bangun demi gue, setidaknya lo bangun demi gemuruh petir, Vanya!!"
Baskara berteriak kencang dan memeluk tubuh Vanya. Menyaksikan betapa lemasnya gadis itu rasanya membuat dunianya berhenti seketika.
"Petir ke delapan-petir itu telah usai, Bas."
Gadis itu membuka suaranya dengan nada yang lemah. Mata lelaki itu berkaca-kaca dan sedikit sayu. Kebahagiaan mana lagi yang ia dapatkan selain mendengar suara perempuan itu.
"Lo udah bikin gue takut, Van..."
"Gue udah tahu alasan gue nggak bisa dapetin keluarga cemara, itu karena gue selalu dibenci. Dan itu sakit."
"Berapa pun banyaknya orang yang benci sama lo, gue nggak akan pernah ngelakuin hal yang sama," ungkap Baskara dalam tangis histerisnya.
Laura-gadis itu menyaksikan betapa kerasnya dunia milik Vanya. Ia semakin tak paham dengan apa yang sebenarnya terjadi. Ia tetap mematung di tengah pintu sembari menyaksikan betapa terpuruknya Baskara saat melihat kondisi Vanya yang tidak baik-baik saja.
Ia tak tahan dengan pemikirannya sendiri. Ia ingin mengetahui segala kebenaran yang terjadi. Gadis itu melihat ke segala arah, ia mencari-cari seseorang yang pasti tahu akan kebenaran ini. Laura menarik lengan Aldo dengan paksa tak peduli dengan kesibukannya terhadap para petugas kepolisian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Seindah Saturnus
Teen FictionDijual paksa oleh ayahnya, seorang anak yang tak pernah menaruh harapan pada orang tuanya untuk merasakan cemaranya sebuah keluarga, berusaha mencari bumi di mana dia bisa bertahan hidup. Bumi bagi kebanyakan orang adalah planet biasa yang tak seind...