Janitra bersama kedua orang tuanya menghadiri undangan Charity Event salah satu kolega bisnis ayahnya. Sebuah acara bulanan yang rutin diadakan kalangan atas seperti Janitra Prameswari yang terlahir dari Sendok Emas.
Menggunakan dress hitam berkilau dengan blazer warna senada yang menawan ditambah Christian Louboutin 10cm sebagai alas kakinya, Janitra ikut menyapa beberapa rekan bisnis ayahnya. Sebenarnya bukan Janitra sekali harus berbasa-basi seperti ini, apalagi harus berpura-pura mengenal rekan bisnis ayahnya padahal sebenarnya Janitra baru bertemu mereka hari ini. Andai bukan Mamanya yang memaksanya untuk ikut hadir, mungkin sekarang Janitra sedang berguling di kasur sambil menatap langit-langit kamarnya dengan iringan musik kencang mengalun dari sound speaker.
"Mam, aku ke Krissa sama Gayatri dulu, ya? Mereka baru aja nyampe." Pamit Janitra pada sang Mama -sambil menunjukkan layar ponselnya yang menyala- untuk menyusul kedua sahabatnya yang baru saja tiba.
"As always seleb kita selalu berkilau sendiri, padahal bukan yang punya hajat." goda Gayatri menyambut Janitra yang berhasil lolos dari basa-basi membosankan kedua orang tuanya. Krissa ikut cekikian disampingnya tapi tak bisa menampik kalau penampilan Janitra memang sangat cantik malam ini.
"Mulai, deh." Balas Jani Sebal, "Gue males banget sebenarnya ke tempat rame begini. Mama tahu-tahuan aja gue lagi kosong, makanya dipaksa ikut." keluhnya cemberut sambil memeluk Krissa yang berdiri disampingnya.
"Yaudah sih, Jan? lagian lo aneh banget. lo udah dikenal banyak orang loh, tapi seneng banget ngegoa." Sahut Gayatri sambil mencomot puding yang diambilnya di atas meja.
"Oh iya, guys! Kalian harus tahu tadi pas gue dateng rame banget di depan. Kalian mau tahu nggak kenapa?" Celetuk Krissa antusias teringat sesuatu sambil menjauhkan Janitra yang menyender di bahunya
"Keluarga siapa lagi yang bikin rame?"
Krissa tertawa mendengar ucapan Janitra yang sepertinya sudah hafal gonjang-ganjing setiap Charity Event ini diadakan. "Itu loh Prambudi Adyadhana dateng! Tapi beliau nggak sama istrinya."
"Hah? Tumben banget. Cerai?" Celetuk Gayatri asal yang direspon pelototan dari Janitra.
"Mulut lo! Nanti didengar orangnya gue nggak ikut-ikutan, ya!"
Krissa memajukan tubuhnya ke arah dua sahabatnya kemudian dengan gestur berbisik sambil menatap kedua sahabatnya bergantian, "Beliau datang bawa anak bungsunya yang nggak pernah mau diajak ikut-ikut acara kek gini. Makanya langsung pada rame gitu tadi." Krissa mengalihkan tatapannya pada Janitra dan tersenyum miring, "Ya, mirip-mirip lo lah, Jan, kelakuannya nggak mau jadi atensi orang-orang banyak."
"Tapi bukannya anak bungsunya kerja di Big 4 Company, ya?" Tanya Gayatri
"Emang, mana doi cakep banget sumpah! Kalian harus liat, sih."
Janitra terlihat mengkerutkan alisnya seperti memikirkan sesuatu, ingatannya berputar kembali pada satu bulan yang lalu. Lebih tepatnya mengingat sesuatu yang tidak asing dengan nama Adyadhana, "Bentar deh, gue kayak nggak asing."
Janitra membuka Bottega Veneta clutch bag miliknya dan mengambil dompet, masih ada sebuah kartu nama bertuliskan SHAPTA CHALID ADYADHANA - Senior Actuarial Analyst disana yang selalu dibawanya kemana-mana, entah untuk apa. Lagi pula belum tentu benar dugaannya, kan nama Adyadhana nggak cuma satu?
Sambil memperlihatkan kartu nama tersebut ke hadapan Gayatri dan Krissa, Janitra menatap kedua sahabatnya, "Itu bukan anak bungsunya? Doi yang nolongin gue tempo hari by the way." Ucapnya mencoba mencari kebenaran dengan meminta respon kedua sahabatnya.
Belum sempat Gayatri dan Krissa merespon, sebuah tangan mengambil kartu nama tersebut dari tangan Janitra, membuat ketiga gadis itu melongo menatap pria dengan setelan formal dengan vest tanpa jas, lengan kiri yang kemejanya digulung hingga siku memegang gelas minuman adalah si pelaku yang mengambil kartu nama tadi.
Pria itu tersenyum dan kembali menyodorkan kartu nama ke arah Janitra, "Kartu nama saya kok mau dikasih-kasih ke orang lain, Janitra? Itu kan saya kasih buat kamu."
Tbc...
Tes ombak duluuuu, gimana? lanjut or nah?