BTB 2

638 111 5
                                        

Selama 32 Tahun hidupnya, baru kali ini Janitra ingin melenyapkan kata "Kebetulan". Memang bukan kuasanya untuk mengatur dengan siapa ia akan bertemu, dengan siapa ia akan berinteraksi.

Termasuk kejadian malam ini tepat di Charity Event rekan bisnis ayahnya, ia bertemu kembali dengan si pria mapan yang menyelamatkan paginya tempo hari. Tidak heran bagi seorang Shapta Chalid Adyadhana datang ke acara ini seperti dirinya kan? Mereka berasal dari satu kalangan.

Jika mengingat kejadian tersebut kalau Janitra tidak salah hitung, mungkin tepat satu bulan yang lalu? Bahkan Janitra sempat benar-benar melupakan kejadian tersebut andai ia tidak ikut Papa dan Mama malam ini.

"Boleh bicara sebentar, Janitra?"

Suara berat menyadarkan wanita dengan dress hitam berkilau itu dari lamunan panjangnya. Masih sedikit kaget dengan pertemuannya dengan pria yang ia tahu bernama Shapta tersebut.

Krissa menyikut lengan Janitra yang dibalas kerutan pada kedua alis wanita itu, "Apa?" bisiknya kebingungan.

"Gue sama Krissa ke dalam dulu, ya, Jan." Gayatri seolah paham akan keadaan yang dialami oleh mereka, segera menggandeng Krissa dan berjalan menjauh dari sepasang orang dewasa yang saling berhadapan terlihat canggung—mungkin hanya Janitra yang merasa demikian.

"Kirain kartu nama saya udah kamu buang." Pria itu terkekeh geli lantas menyesap minuman di tangan kanannya. Tubuh tegapnya berdiri menjulang di hadapan Janitra, dengan tangan kirinya yang dimasukkan ke dalam saku celananya.

Janitra berdehem pelan, menghilangkan rasa canggung yang dirasakannya. Ia tidak boleh seperti ini. Wanita itu sadar jika kalimat yang diucapkan Shapta barusan mengandung sindiran untuknya, tepatnya sedikit kesalahan tidak sengaja dilakukan Janitra sejak tragedi ban mobilnya pecah pagi itu.

Lupa mengabari Shapta jika mobilnya sudah bagus kembali hari itu juga. Memang bukan sebuah kewajiban pikirnya, tapi hati nuraninya membenarkan sindiran pria itu. Itu kan sebagai salah satu manner untuk seseorang yang telah meluangkan waktunya untuk membantumu? Apalagi Shapta benar-benar orang asing bagi Janitra.

"Saya minta maaf, Mas. Beneran lupa buat hubungin Masnya tempo hari. Keterusan sampai hari ini." Janitra berucap tulus tanpa sadar memasang tatapan memelasnya.

Shapta yang melihat tingkah Janitra jadi gemas sendiri. Kenapa pula wanita itu minta maaf? Ya, walaupun benar tadi kalimatnya memiliki tujuan untuk menyindir juga sih.

"Don't need to say sorry, Jan. Saya cuma bercanda tadi. Lagian kita udah ketemu juga 'kan disini."

"Mas Shapta sering ikut Charity Even gini, ya?"

"Nope, baru kali ini dan senengnya langsung ketemu Janitra Prameswari."

Blushing! Janitra mengalihkan pandangannya entah kemana saja. Apa-apaan itu tadi? Shapta mencoba flirting dengan dirinya? di pertemuan kedua mereka?

"Ap—

"Sebentar, ya, Janitra." Shapta memberi gestur untuk izin mengangkat telfon kepada Janitra, membuat wanita berambut panjang itu menahan ucapannya.

Menurut saja, Janitra tetap berdiri di tempatnya memandang Shapta yang sedang berbicara dengan seseorang diseberang telfonnya. Moment ini dimanfaatkan wanita itu untuk memandang pria dewasa di hadapannya. Tidak munafik kalau Janitra akan dengan senang hati mengakui kalau Shapta Chalid Adyadhana itu berwajah tampan, seolah wajahnya dipahat sempurna, rahang, hidung, mata, bibir dan kedua alis tebal pria itu berhasil membuat Janitra tersihir dan tanpa sadar mengulum bibir untuk menyembunyikan senyumnya.

Bite the BulletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang