BTB 11

635 101 15
                                    

"Terus sekarang lo sama Shapta gimana?"

Pertanyaan Krissa menarik perhatian Janitra yang sedang berkonsentrasi merias wajahnya. Wanita melirik sebentar ke arah sahabatnya sambil meratakan cream blush di pipinya.

"Ya nggak gimana-gimana?" Janitra berucap santai, menatap Krissa dari pantulan cermin di depannya, "Netizen aja yang lebay ngegoreng gosipnya mulu. Seolah-oleh gue ini benalu banget nempelin Shapta."

Krissa meringis mendengar ucapan Janitra.

"Sabar ya, Jan. Mereka nggak tahu aja cerita aslinya gimana, 'kan Shapta yang getol deketin lo." ucap Krissa tak bisa menghilangkan rasa khawatirnya sebab beberapa hari ini kupingnya ikut berdengung mendengar gosip-gosip berseliweran tentang hubungan Janitra dan Shapta. Bahkan tak sedikit yang meminta konfirmasinya langsung sebagai orang terdekat Janitra. Dulu-dulu sewaktu sahabatnya itu menjalin hubungan dengan pria manapun tidak seramai ini, bahkan dengan Damar sekalipun yang notabenenya aktor terkenal hanya ramai sehari diperbincangkan dibanyak akun gosip, habis itu selesai. Sangat berbeda dengan saat ini, padahal Shapta bukan public figur yang setiap gerak geriknya dipantau netizen.

"Gue tau kok resikonya bakal kayak gini, yang deket sama gue ini the hottest one, Sa. Most eligible bachelor in town pula tuh." Janitra menggeleng sambil tertawa, menertawakan nasibnya, "Ya walaupun baru rame akhir-akhir ini aja karena Shapta baru keluar kandang."

"Keluar kandang langsung ngepepet Janitra Prameswari lebih tepatnya."

Janitra tertawa kencang mendengar kelakar Krissa. Tidak salah sih..

"Tapi kata lo kemarin dia udah nembak? Lo kok tega gitu gantungin doi? Nggak takut diteror?"

"Banyak hal yang harus gue pertimbangkan, Sa. Sekalipun gue udah mau banget iyain. Siapa yang nggak mau sama Shapta sih?"

"Pertimbangkan tanggapan Ibunya maksud lo?"

Janitra menyelesaikan sesi beriasnya, berbalik sepenuhnya menatap ke arah Krissa yang sedang duduk bersila di atas kasurnya. Menampilkan wajah nelangsa yang sengaja ia buat-buat sukses mengundang ekspresi jijik dari Krissa.

"Najis! Nggak usah sok jadi Cinderella ya, Jan."

Janitra tertawa keras mendengar kata-kata sahabatnya. "Menurut lo gue kudu ambil hati Tante Ajeng atau nggak?" ucapnya serius.

"Ya ambil lah! Lo suka sama Shapta 'kan? Kata lo doi the hottest one, jauh di atas Damar tuh pesonanya. Jangan mubazir aja sih kata gue." kelakar Krissa merebahkan tubuhnya sambil memainkan handphone. Rasa-rasanya berbicara tentang Shapta dan Janitra tidak ada habis-habisnya.

"Tapi beliau udah kepalang benci banget sama gue. Benci karena kelakuan Mama lebih tepatnya."

Krissa menghela nafas kasar mengalihkan fokusnya ke Janitra, "Sinetron banget ya, Jan? Soalnya kalau dipikir-pikir kalian tuh setara, satu lingkungan gitu lah. Masa harus ada drama nggak direstui camer sih?" ucap Krissa tiba-tiba terlihat resah, "Untung camer gue bukan titisan step momnya Cinderella." tambahnya melirik Janitra sambil menyunggingkan senyum miring.

"Bersyukur! Lagian drama-drama kayak gitu nggak bakal mempan buat lo, Sa. Yakin gue yang ada lo kawin lari sama Kahfi saking frustasinya."

Mendengar kalimat yang meluncur dari mulut Janitra mengundang tawa geli Krissa yang sangat setuju dengan apa yang diucapkan sahabatnya itu.

"Gini ya, Jan. Menurut gue kalau emang Shapta serius sama lo kayaknya nggak bakal biarin lo berjuang sendiri buat dapetin restu emaknya. Harusnya gampang buat dia ngebujuk tuh soalnya gue liat-liat doi anak Ibu banget." Krissa mengambil jeda sebentar, "Lo juga! Jangan digantungin aja anak orang, sok merana masalah nggak direstuin camer tapi perjelas status lo sama anaknya aja belom." tambahnya berapi-api.

Bite the BulletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang