Shapta melepas topi yang membungkus kepalanya, menyugar rambut tebalnya karena kegerahan. Mata tajamnya berpendar menyaksikan Wira yang mengambil giliran untuk memukul bola.
Bersama Jovin, Hanif dan Wira, seperti biasa jika selesai jam kantor mereka akan bermain golf sebagai pelepas penat setelah seharian bekerja. Apalagi pada kesempatan ini Wira yang sangat susah mendapat waktu senggang bergabung bersama mereka.
"Shap, gosip yang di X itu bener, ya?" Jovin yang memulai percakapan itu. Awalnya segan untuk bertanya melihat wajah Shapta sedikit kusut sore ini, namun dengan dorongan Hanif yang luar biasa kepo akhirnya Jovin memberanikan diri untuk mengkonfirmasi gosip yang sedang ramai di aplikasi X tentang Shapta dan Influencer Cantik kesayangan netizen, Janitra Prameswari.
"Ya seperti yang lo baca aja." Shapta berucap santai seraya memasang kembali topinya. Ia melirik kedua sahabatnya yang melongo di sampingnya. Sepertinya terkejut, padahal Shapta tidak membantah ataupun mengiyakan pertanyaan Jovin tadi.
"Serius, bego!" Hanif yang paling shock memukul lengan Shapta dengan kepalan tangannya, "Sejak kapan lo deket sama Jani?"
Shapta yang mendapat perlakuan itu pun berdecak kesal. Apa-apaan pertanyaan Hanif barusan? Memangnya ia sepayah itu untuk digosipkan dengan seorang Janitra?
"Kok nggak pernah cerita sih, Shap? atau seenggaknya kita-kita tahu lo deket sama siapa. Shock dikit kalau kali ini target lo anaknya Pak Abi." kelakar Jovin kemudian berjalan mengambil posisi Wira dan bergantian untuk memukul bola.
"You kissed her, Bro. Gimana rasanya?"
Shapta melotot horor ke arah Wira yang sedang menertawakannya, yang ditatap hanya menyeringai puas sambil menenggak air mineral yang diberikan oleh salah satu Caddy Golf yang ditugaskan untuk mendampingi permainan mereka sore ini.
Dari mana Wira bisa tahu?
"Wow, Bro... Perasaan setiap hari gue ketemu lo di kantor? Kok gue banyak ketinggalan hot news yang hot hot banget gini dah?" seru Hanif tidak setuju, memang selalu jadi yang terheboh dan terkepo, "Kok Janitra sih, Shap? Lo nggak takut sama emaknya? You know what i mean, takut banget ntar lo dilepeh juga jauh-jauh." kan. Hanif paling kepo di antara mereka bereempat.
Wira tertawa mendengar ucapan Hanif, merangkul bahu Shapta dan menatap jenaka kedua sahabatnya bergantian, "Lo ngeraguin Shapta, Nif? yang ada keadaannya kebalik. Janitra yang siap-siap dilepehin sama nih anak."
Shapta mendengus keras mendengar ucapan sahabat-sahabatnya yang tak ubahnya seperti ketikan omong kosong netizen di X yang ia baca semalam. Sampah.
Jovin yang selesai dengan sesi permainannya berjalan mendekat dan bergabung dengan sahabat-sahabatnya. Ia mendengar semua obrolan tadi.
"Jadi cewe yang lo tolongin deket kantor lo itu bener Janitra?"
Shapta hanya mengangguk sebagai jawaban, ia jadi teringat pesannya semalam baru juga dibalas oleh Janitra. Masalahnya bukan sekedar pesan basa-basi, namun sebuah pesan yang meminta wanita itu untuk menjadi kekasihnya. Melihat situasi mulai tidak kondusif dan orang-orang sudah mulai mengetahui kedekatannya dengan Janitra, hal yang bisa Shapta lakukan adalah membenarkan gosip receh itu. Tapi terbesit sedikit keraguan di benaknya, apa kah langkah yang diambilnya sudah benar atau tidak sebab sejak semalam pula sang Ibu tidak berhenti memberondongnya dengan sebuah pesan dan telfon yang tidak direspon sama sekali.
Siap-siap dia dirujak habis-habisan oleh istri ayahnya itu jika mereka bertemu nanti. Shapta harus meluruskan segala hal dengan Ibunya juga, cepat atau lambat ia akan mendatangi kediaman orang tuanya untuk menjelaskan semuanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bite the Bullet
Fiksi Penggemar"... and then i met you. My beautiful distraction."