BTB 13

1.1K 133 51
                                    

"Habis ini masih ada schedule lain nggak, Mel?"

Janitra melepas Dior Black Fringed Grosgrain yang menopang kakinya selama beberapa jam tadi, menggantinya dengan sandal hotel yang lebih nyaman. Janitra dan Amel baru saja pulang dari acara Grand Launching sebuah outlet baru yang menjadi agenda utama mereka bisa ada di Singapura hari ini.

"Nggak ada, Mbak. Mbak mau diaturin flight ke indo malam ini atau besok?" tanya Amel memperhatikan Janitra yang sudah sibuk melepas dress yang membebat tubuh wanita itu.

"No, jangan dulu, Mel. Mau extend dulu deh beberapa hari, sumpek kerjaan kalau balik sekarang atau besok." — malas ketemu Shapta juga. Janitra merebahkan tubuhnya di atas kasur setelah memakai bathrobe, matanya menyalang menatap langit-langit kamar hotel.

Pikirannya tidak pernah fokus dan menikmati rangkaian acara yang bisa dibilang megah tadi, laporan dari Gayatri selalu menghantuinya. Ditambah pesan dari Shapta yang berusaha membuatnya yakin tambah membuatnya sakit kepala. Setelah mengetahui keberadaan seorang Laksita di kehidupan Shapta di masa lalu dan bagaimana keakraban wanita berambut pendek itu dengan keluarga Shapta terutama sang Ibu, membuat Janitra merasa sedikit bersyukur belum juga memberi kepastian kepada Shapta akan hubungan mereka walau pun pria itu setengah mati menagih jawabannya. Dengan begini sakit hatinya tidak perlu separah itu, berpacaran dengan seorang pria yang orang tuanya tidak merestui.

Wah.. Gue kena karmanya Damar jangan-jangan? Arghh, Mama!

Janitra tidak pernah merasa seputus asa ini dalam sebuah hubungan, bersama Damar saja dia bisa ikhlas dan sembuh perlahan dengan sakit hatinya. Tapi ini? Bahkan belum mencoba saja Janitra sudah yakin akan dipukul mundur oleh Sita-Sita itu. Melihat bagaimana Tante Ajeng memperlakukan Sita membuat Janitra sudah kalah telak, karena menurutnya mengambil hati orang tua dari kekasihmu itu merupakan sebuah poin utama dan paling penting. Memangnya mau selamanya luntang-lantung hubungannya kalau ujung-ujungnya tidak direstui? Janitra sudah mengalami hal itu, jadi jangan sampai terulang lagi. Apalagi sekarang dia yang berada di posisi tidak diinginkan.

"Aku atur buat dua hari ke depan ya, Mbak? Banyak endorsan masuk nih, udah dijadwalin juga, Mbak."

Janitra menepuk jidatnya, betul juga. "Ya udah, Mel. Atur aja, yang penting aku punya waktu healing bentar di sini. Kalau Mama nanyain bilang aja kerjaannya belum selesai." pesan Janitra mengingat Mamanya pasti memberondongnya jika tak kunjung pulang setelah acara selesai.

Rencana malam ini Janitra akan memulai healingnya dengan mengunjungi salah satu restoran terkenal yang berada di sekitar Orchard Road, sekalian makan malam. Sejenak bisa melupakan drama kehidupannya yang mendadak berubah menjadi script sinetron favorit Mamanya.

Setelah membersihkan tubuh dan berganti baju dengan tampilan casual, Janitra bersama Amel memutuskan untuk langsung meninggalkan hotel menuju tujuan mereka menggunakan taksi lokal yang ada di sana. Keputusannya untuk extend beberapa hari dirasa tepat, Janitra mendapat ketenangan di sini walaupun selama perjalan menuju Orchard Road handphonenya tidak berenti berdering tanda sebuah panggilan masuk yang sengaja Janitra abaikan karena tahu si penelpon adalah Shapta. Janitra juga sengaja tidak langsung menolak panggilan atau me-non aktifkan handphonenya, biar saja Shapta tahu diri kalau dirinya sengaja diabaikan.

Ngomong-ngomong kenapa jadi kesal banget gini ya?

Kurang lebih lima belas menit menempuh perjalanan ke tempat tujuan, Janitra langsung mengajak Amel masuk ke sebuah restoran yang terlihat ramai di salah satu kawasan tersebut. Janitra memesan beberapa menu andalan di restoran seakan lupa bahwa dirinya sangat menjaga badan. Hal itu sampai dinotice oleh Amel yang memperhatikan Janitra tak berhenti membolak-balikkan buku menu, ingin menegur tapi sungkan karena Amel tahu persis jika sedang dalam mood tidak karuan Janitra akan melampiaskannya ke makanan atau kalau lagi rajin, wanita 32 tahun itu mendadak rajin ke gym yang ada di apartementnya. Aneh 'kan?

Bite the BulletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang