BTB 7

526 95 14
                                    

Hari ini adalah hari minggu. Sinar matahari yang begitu terik seolah sengaja menyilaukan orang-orang yang masi terlelap karena kelelahan setelah bekerja menghabiskan tenaga selama weekdays kemarin.

Termasuk seorang Janitra Prameswari.

Sudah tiga hari berlalu sejak kejadian di rumah sakit itu. Janitra kembali menutup akses Shapta untuk menghubunginya, menurutnya lebih baik begitu dulu. Semua pesan dan telfon masuk dari pria itu tidak Janitra gubris sama sekali. Semua itu karena pikirannya yang berkecamuk dan sudah bisa menebak bagaimana respon Ibu Ajeng— Ibu Shapta— terhadap dirinya. Kelihatan bagaimana cara wanita paruh baya itu menatapnya tempo hari.

Sebenarnya Janitra sudah sangat muak, sudah berbulan-bulan berlalu sejak putusnya dengan Damar tetapi alasan dibaliknya masih saja terus menghantui wanita berparas ayu itu. Sudah bukan rahasia lagi bagaimana Mamanya 'mendepak' Damar jauh-jauh dari putrinya. Semuanya berawal dari salah satu cuitan pada instastory yang diduga sepupu Damar yang menuliskan rentetan kalimat menceritakan bagaimana perlakuan keluarga Janitra terhadap Damar itu sendiri selama berpacara hingga kandasnya hubungan. Apa yang diketik oleh oknum itu sebenarnya tidak semuanya benar, banyak cerita yang dibesar-besarkan, seperti yang menyebutkan bahwa Janitra hanya menumpang ketenaran pada Damar atau Janitra yang berselingkuh kemudian menggunakan sang Mama sebagai alat untuk melepaskan Damar.

Jahat sekali bukan?

Janitra juga tidak bisa menyalahkan Damar yang hanya bisa mengklarifikasi seadanya dan tidak memperbaiki situasi saat itu. Damar tidak membantu banyak karena memang benar yang menceritakan panjang lebar— dengan sedikit sentuhan kebohongan— pada salah satu akun anon di Instagram adalah benar sepupu dari mantan kekasihnya yang sejak awal tidak suka jika Damar menjalin hubungan dengan Janitra. Damar seolah bungkam dan secara tidak langsung mengabaikan Janitra dan membiarkan sepupunya membuat keributan.

Blood thicker than water.

Dari keributan itu tentunya menjadi viral, Janitra yang citranya sebagai 'influencer dan model kesayangan netizen' nyaris saja menjadi public enemy. Keluarga Suroto menjadi topik perbincangan waktu itu, membuat seorang Abimana terusik dan marah tentu saja dan langsung mengatasi keributan tersebut dalam sekejap. Papa Janitra memanfaatkan kuasa yang ia miliki untuk melenyapkan segala sesuatu yang mengusiknya termasuk segala macam berita miring yang dapat mengganggu keluarga serta jalannya bisnis mereka. Walaupun kini banyak orang yang masih memandang seorang Ibu Widya sebagai tokoh utama keributan itu adalah seorang yang jahat dan tak berperasaan.

Makanya tidak heran bagi Janitra jika Bu Ajeng—Ibu Shapta— memebencinya karena mengetahui masa lalu yang sebenarnya ingin Janitra hempas jauh-jauh dari kehidupannya.

Nothing can heal the past like time, right?. Janitra sudah pasrah dan membiarkan segalanya lewat begitu saja. Menjadi seseorang yang dikenal publik harusnya ia sudah siap menghadapi hal semacam ini. Makanya jika bisa memilih, Janitra sekalian saja menghilang dan tak terlihat.

Janitra terduduk di atas tempat tidur apartementnya, melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Wanita bertubuh ramping itu turun dari kasurnya, mencari karet rambut di meja nakas lalu menggulung rambut panjangnya asal.

Wanita itu berjalan keluar dari kamarnya masih mengenakan pakaian tidurnya semalam yaitu oversize t-shirt berwarna putih dan hotpants katun kesayangannya yang hampir tidak terlihat karena tertutupi bajunya yang besar itu. Janitra hanya berani memakai pakaian tidur seperti ini jika ia sendiri di apartement.

Kakinya yang dilapisi sandal rumah terayun menuju dapur dan mengambil sebotol air mineral kemasan yang masih tersegel pada salah satu kabinet dan meminumnya hingga setengah.

Bite the BulletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang