19

1.1K 106 3
                                    

heeseung menyenderkan tubuhnya pada tembok, ia kelelahan. di sana terlihat tiga penjaga yang terkapar tak sadarkan diri akibat bogeman manjah darinya. "liat hoon, keren ga gua?"

sunghoon yang berdiri tersenyum pada heeseung. "iya kamu mengagumkan sekali."

heeseung tersenyum bangga dengan nafas tidak teratur. "kita harus cepat masuk ke dalam sebelum ada yang melihat."

sunghoon perlahan melepas atribut yang dipakai penjaga tadi untuk dirinya dan juga heeseung. hampir saja mereka ketahuan, tapi untunglah heeseung pandai berkelahi alhasil ketiga penjaga itu pingsan setelah diberi hadiah bogem oleh heeseung.

"pakai ini heeseung," sunghoon menyodorkan jubah khas penjaga kastil padanya.

dengan sigap heeseung memakainya. dari segi berpakaian mereka sudah bisa mengelabui orang-orang di kastil. "hoon lo yakin kita ga akan ketauan?"

"huum, aku yakin penjaga kastil tidak pernah mengenal satu sama lain jadi dengan menyamar seperti ini tidak akan ada yang mengenali kita."

heeseung menatap penjaga yang masih terkapar tak sadarkan diri, "terus mereka gimana?"

"untuk sementara tutupi saja mereka dengan rumput-rumput kering di sana."

mereka pun bergerak mengumpulkan rumput kering lumayan banyak untuk menutupi tubuh edward dan dua kawannya.

sunghoon menepuk tangannya dari tanah kotor yang menempel, "ayo kita pergi."

mereka pum berjalan dengan santai walau heeseung merasa was-was tiap kali berpapasan dengan penjaga lain. untung mereka bisa menyelinap masuk ke dalam kastil yang megah.

di sana terdapat hiasan bunga-bunga yang indah nan cantik juga terdapat pot besar berisi kayu-kayu bakar.

"woah gila, keren banget kastil lo hoon," gumam heeseung takjub.

sunghoon tak menggubris ia memperhatikan banyak pelayan yang berlalu lalang menghias dan menyiapkan acara, itu adalah acara pernikahannya.

"ini ada acara apaan sih, hoon?"

"pernikahan."

"kakak lo? apa siapa sih yang nikah?"

"aku."

"ouh elo. hah?!"

heeseung menoleh dengan mata membulat, ia tidak salah dengar, kan?

"aku akan menikah heeseung," ucapnya sambil menatap balik heeseung dengan sendu.

"hei kalian!"

sunghoon dan heeseung menoleh mendapati seorang pelayan cantik nan muda. ia menghampiri mereka berdua dengan wajah yang sulit di artikan.

"hoon... kita harus lari," ucap heeseung pelan.

"hei kenapa kalian diam saja? saya panggil tidak menyahut, kalian tuli?!"

sunghoon membungkukkan sedikit tubuhnya, "maaf nona,"

tiba-tiba saja gadis itu menyodorkan keranjang berisi buah apel yang banyak, "ini berikan pada zudith dia tadi meminta saya mencarikan makanan untuk tawanan madam. tapi, saya tidak bisa mengantar karena saya harus membantu yang lain untuk menghias altar," jelasnya.

heeseung hanya menatap keranjang itu dengan wajah terbengong, sampai sunghoon menyenggol lengannya, "ah, iya nanti gua– maksudnya saya akan berikan padanya."

setelahnya pelayan itu pergi tanpa mengucapkan kata lagi, "huft, hampir aja ketauan. ini kenapa kita jadi babu dadakan dah?"

"aku tahu di mana ni-ki berada."

"hah?"

🐱🐱🐱

"hoekk, hoekk."

ni-ki terduduk lemah dengan cairan yang terus keluar dari mulutnya. sedangkan zudith hanya berdiri diam sambil mengeryit melihat ni-ki yang kesakitan.

"aduh... aslam gua kumat nih," gumamnya.

"kamu tidak apa-apa?"

ni-ki mendengus lalu menoleh ke belakang pada zudith, "woi gua laper ya bjir, ini gara-gara gua ga makan."

"maaf, tunggu sebentar alea akan datang membawa makanan untuk mu," ucap zudith menenangkan.

tak lama pintu diketuk membuatnya berlari cepat untuk membuka, "alea kenapa kamu lama seka–"

"ni-ki!"

heeseung masuk ke dalam kamar menerobos tubuh zudith dan memeluk tubuh adiknya sayang. "dedek kamu kenapa? lemes pisan," ucapnya khawatir.

zudith melotot saat dilihat lebih jelas bahwa penjaga yang berdiri dihadapannya adalah orang yang ia kenal, "pangeran steve."

"senang bertemu kembali denganmu, zudith. oh, atau jungwon?" balas sunghoon dengan sinis.

pintu tiba-tiba ia tutup kencang lalu sunghoon memukul tengkuk zudith hingga ia tak sadarkan diri. "maaf."

"aa... kok bisa ke sini? dedek kangen, huhu." ni-ki memeluk tubuh heeseung erat sambil menangis kencang.

"maafin aa telat jemputnya. kamu kenapa dedek."

"asam lambung dedek kambuh ga makan dari kemaren," jelas ni-ki.

heeseung memeluk adiknya dengan tangan kanan yang mengelus rambut dan tangan kiri mengelus bahu. "kasian adeknya aa. ini tadi ada yang ngasih apel, kamu makan dulu ya," heeseung segera menyodorkan keranjang apel itu dan langsung dilahap oleh ni-ki.

sunghoon terharu melihat kedekatan kakak beradik itu, ia iri. sebab sejak kecil ia tidak pernah berinteraksi sedikit pun dengan kakak-kakaknya, itu pun karena madam selalu melarang.

"heeseung sehabis ni-ki makan kita harus segera pergi sebelum madam dan yang lain mengetahui keberadaan kalian," ucap sunghoon.

























"benarkah?" sebuah suara tiba-tiba terdengar, "tapi aku sudah mengetahuinya, steve. akhirnya kamu pulang juga."

tidak.

madam datang.


























hello guyssss udah mau ending nichh
jangan lupa untik vote yaa 🫶🏻🫶🏻🫶🏻🫶🏻

hoon si meow ajaibTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang