21

2.8K 184 10
                                        

steve duduk dimeja rias sambil menatap pantulan dirinya di cermin. hari ini adalah hari pernikahannya, hari yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.

steve tak bisa melawan madam, padahal hatinya sangat ingin. "wah, pangeran sangat tampan dan cantik sekali hari ini," puji sang perias kastil bernama stella.

"pasti raja simon akan terkesima dengan riasan anda hari ini."

steve hanya terdiam tak mau menanggapi. sang perias hanya tersenyum maklum lalu pergi dari kamar sang pangeran karena tugasnya sudah selesai.

tak lama muncul dua pelayan paruh bayah membawakan tudung yang dilapisi emas dan perhiasan untuk sang pangeran. steve memandang pelayan yang memakaikannya tudung dengan pandangan sendu, "maaf ..." ucapnya lirih.

si pelayan berhenti memakaikan lalu balik menatap steve, "tidak pangeran, saya yang seharusnya meminta maaf pada anda."

steve menunduk, bahunya bergetar diikuti dengan isak tangis yang memilukan, "seandainya zudith tidak membantu saya untuk kabur mungkin saat ini dia masih berada bersama mu."

pelayan yang merupakan ibu zudith memegang tangan steve yang mengepal, ia ikut menangis. "tidak pangeran, itu adalah risiko yang harus ditanggung olehnya. walau sedih ditinggalkan saya senang bahwa putra saya itu mau bertanggung jawab atas perbuatannya. anda tidak perlu mengkhawatirkan kami, berbahagia lah."

setelah berucap panjang lebar pelayan itu pergu meninggalkan steve yang menangis dengan rasa bersalah.

🐱🐱🐱

seluruh rakyat kastil duduk di kursi khusus tamu undangan yang telah tersedia. bunga-bunga cantik menebarkan harumnya keseluruh ruangan. di altar sudah berdiri raja simon selaku mempelai pria pertama, tubuh tingginya dibalut baju pengantin yang megah nan menawan.

di kursi paling depan madam duduk sambil tersenyum senang. "mempelai pria kedua telah tiba."

pintu kamar yang sejak tadi tertutup perlahan terbuka menampilkan steve yang dibalut dengan tudung sengaja menutupi wajah cantiknya. dengan digandeng oleh bride's maid, steve berjalan dengan anggun tanpa seorang ketahui bahwa ia menahan tangis dipelupuk matanya.

raja simon mengulurkan tangan kanannya pada steve. dengan pelan steve raih tangan halus dan kekar itu dan di sana lah mereka saling berhadapan. sang penghulu menyiapkan kendi berisi darah rusa yang segar dan kental.

"sebelum janji suci, kalian harus mempersembahkan sesuatu kepada leluhur kalian agar pernikahan ini tetap harmonis dan kastil ini dilindungi dari segala bahaya," ucap sang penghulu.

madam berdiri dari duduknya, ia tersenyum jumawa, "hendrik, malven, dan siq bawa dua manusia itu kemari."

ketiga pelayan kastil itu segera pergi ke penjara bawah tanah untuk membawa heeseung dan ni-ki.

pelayan wanita yang berdiri disamping kanan dan kiri altar bergerak ke tengah tempat di mana api ritual berada, mereka mulai menyalakan dengan sihir.

tak lama hendrik, malven, dan siq datang menyeret heeseung dan ni-ki yang menggeliat minta dilepaskan. steve yang mendengar suara gaduh mereka ingin bergerak membuka tudung, namun ditahan oleh penghulu. "maaf pangeran, anda dilarang membuka tudung sebelum sah menjadi pengantin."

mendengar itu tangannya mengepal. ingin sekali ia gunakan sihir untuk melepaskan heeseung dan ni-ki tapi pasti madam akan mengeluarkan sihir hitamnya dan itu akan menjadikan kekacauan.

heeseung berlutut dengan dua fangan terikat kebelakang, menatap sendu steve yang berdiri di altar dengan pria lain, "sunghoon! lo tega banget, katanya lo cinta gua!" teriaknya.

ni-ki disamping heeseung hanya menangis, tubuhnya terasa sakit dan lemas. ia hanya ingin pergi dari dunia antah berantah ini, tapi kenapa berakhir tidak jelas seperti ini.

madam berjalan menghampiri mereka ia tersenyum, lalu melepaskan ikatan itu. "sayang sekali kalian harus terlibat, tapi saya akan ucapkan terima kasih karena kalian sukarela untuk menjadi persembahan," ucapnya.

heeseung bersusah payah untuk berdiri, lalu menatap nyalang madam. "lo licik, lepasin kita!"

"terlambat."

madam meraih pisau belati yang diberikan pelayan padanya. lalu dengan cepat menarik tangan heeseung ke depan api yang berkobar. "lo mau ngapain?!"

tangan heeseung diarahkan pada pucuk api lalu secepat kilat nadi ditangannya tergores dan mengeluarkan banyak darah segar yang menetes, "hinc tibi, mi antecessor, pulmentarium praebeo. Suscipe, quaeso, gaudium meum."

selesai madam mengucapkan mantra pertama, tetesan darah heeseung yang masuk ke dalam api itu membuat tubuhnya panas tak karuan seperti terbakar. "aa! lepasin kakak gua, aa!"

ni-ki berteriak histeris sambil menangis, di depannya heeseung berteriak kesakitan bahkan keringat deras mengucur dari badannya.

madam menyatukan tangannya lalu membungkuk didepan api "gratias ago tibi, quia accipiens oblatio nostra."

"silakan penghulu mulai janji sucinya."

penghulu itu mengangguk lalu mulai menyiram kepala raja simon dan steve dengan darah rusa tersebut. sambil menyiram ia membacakan janji suci, "his nuptiis quaeso benedicere, da illis semper felicitatem."

steve menangis tanpa suara, ia dengan jelas mendengar teriakan frustasi ni-ki juga teriakan kesakitan heeseung yang memilukan.

"ARGHHHHH!"

"AA! LEPASIN GUA TOLONGIN KAKAK GUA!"

tak lama setelah teriakan ni-ki tubuhnya diam membeku sebab sebuah tombak menancap di punggungnya hingga menembus dada. sontak darah terciprat dari tubuh ni-ki.

seluruh rakyat bersorak gembira atas kematian ni-ki yang dianggap sebagai kelancaran ritual terakhir untuk kastil valoria.

steve pusing karena terus-terusan menangis, setelah itu pandangannya menggelap.

🐱🐱🐱

END


































satu chapter lagi epilog 🥰🥰

hoon si meow ajaibTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang