Senin tiba, hari yang semua orang takuti karena mereka harus kembali beraktivitas. Begitupun dengan pelajar seperti Jingga, ia bersiap pagi buta untuk mengikuti upacara sekolah. Untung saja, ia bangun sangat awal dan tidak kesiangan untuk kesekian kalinya. Bahkan, alarm pun kalah cepatnya oleh Jingga. Dengan memakai hoodie putihnya dan tak lupa dasi pada seragam sekolahnya. Karena jika tidak memakai dasi, meskipun tepat waktu. Tetap saja ia akan di hukum.
"Oy, nanti balik sendiri. Gue mau pacaran."
"Belajar bang, pacaran mulu gak ada faedahnya."
"Jangan iri, jangan iri dengki." Ledek Herry.
"Dih gue mah gak iri, cuma ngingetin jangan nyesel kalau masa depan lo suram nanti karena pacaran mulu, lupa belajar."
"Baik dimengerti, Nona."
Seperti biasa, tiada hari tanpa seseorang ingin mengenalnya lebih dekat dan tiada hari tanpa menolak semua laki-laki yang berusaha mendekatinya.
"Lo pake pelet apa sih, hah? Sampe cowok gue lirik lo terus." Salah satu teman sekelasnya berkata sinis kepadanya.
"Kocak." Jingga terkekeh.
"Oh ternyata bener lo pake pelet."
"Sorry nih ya, gue gak pake pelet atau apapun itu. Emang pada dasarnya gue lebih cakep daripada lo, tapi gue juga ogah sama cowok lo, dia gak level buat gue. Dia level buat lo karena sama sama.." Jingga memberikan jempol ke bawah untuknya, membuat teman kelasnya kesal.
•••
"Beneran pacaran itu anak." Gumam Jingga saat mengetahui rumah masih terkunci.
"Hhh.. Capek." Gadis remaja itu menjatuhkan tubuhnya di sofa ruang tamu segera setelah membuka pintu rumahnya dengan kunci cadangan yang ia pegang.
Tak lama, suara motor yang ia kenal tiba di garasi rumahnya. Jingga beranjak dan melihat saudara laki-lakinya baru saja pulang bersama dengan gerombolan teman-temannya. Tetapi ada satu orang yang menarik perhatian Jingga. Pasalnya, Jingga belum pernah melihatnya.
"Sstt, yang pake hoodie abu itu siapa? Temen lo juga?" Jingga mencolek Herry.
"Kenapa, suka? Ah tapi gak mungkin, lo kan gak normal."
"Apa sih, lo."
"Ya bener kan, lo gak suka cowok."
"Ya gak gitu maksudnya, dodol lu."
"Langit."
"Hah?"
"Cowok hoodie abu, itu Langit namanya. Anak pindahan di kelas abang."
"Ohh..." Jingga hanya menjawabnya singkat.
Teman baru saudara laki-lakinya itu tak sengaja beradu tatap dengan Jingga namun, gadis itu langsung mengalihkan pandangannya dan masuk ke dalam rumah.
Murung banget keliatannya. -batin Jingga.
Dengan inisiatifnya sendiri, Jingga memberi kopi yang ia buat untuk teman-teman saudara laki-lakinya. Memang sudah menjadi kebiasaan Jingga, jika semua teman Herry bermain di rumahnya. Tetapi, Jingga melakukan itu tidak dengan paksaan, ia dengan senang hati melakukannya. Jingga juga kenal dengan teman-teman Herry tetapi memang tidak dekat karena ia selalu di dalam kamarnya meskipun Herry dan teman-temannya mengajak Jingga untuk tetap bersama mereka.
"Adek lo mau gak ya kalau gue ajak pacaran." Cletuk Andre, salah satu teman Herry.
"Menurut ngana aja lah." Herry menjawabnya dengan pasrah.
"Sstt mau taruhan kagak?" Farhan, teman Herry lainnya.
"Apa?" -Nino.
"Siapa yang berhasil menangin hati adek si Herry, pemenangnya dapet apapun yang dia mau." -Farhan.
PLETAK!
"Anjing lo, adek gue dijadiin bahan taruhan. Kagak! Mending lo aja yang gue lempar dari pertemanan ini." Herry menjitak kepala Farhan sangat keras.
"Ih kasarr." Cemberut Farhan.
"Cewek itu bukan mainan." Cletuk Langit yang mendapat perhatian semuanya.
"Cowok sejati rupanya." Jawab Ezo yang diangguki oleh semuanya dan Herry pun mengacungkan jempol kepada Langit.
Herry memiliki banyak teman dari berbagai sekolah. Andre, Farhan, Nino, Lion, Ezo, kini ia memiliki teman baru yaitu Langit. Dan sebenarnya, Herry masih memiliki beberapa teman lagi, teman futsalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT JINGGA || KIM SUNWOO
Fanfic••END•• "Kenapa, kok kamu motret aku terus?" Dengan kamera miliknya, Jingga menangkap setiap momen bersama Langit. Ada alasan mengapa Jingga selalu menangkap setiap momen tersebut. Apa alasan yang hanya di ketahui oleh Jingga?