Jingga hanya ingin menenangkan diri tetapi tidak sengaja mendengar semua percakapan Laura dengan kekasihnya di halaman belakang sekolah.
"Ya terus kenapa lo tidurin dia kalau lo tahu itu bukan Jingga???!!!"
"Karena cantik, apa lagi?"
"Bangsat lo! Gue nyuruh lo tidurin Jingga bukan Bintang!!"
"Bintang lebih menggoda, Ra."
"Cowok breng-"
PLAK!
Tamparan keras mendarat di pipi Laura oleh Jingga. Satu persatu kebenaran terungkap.
"Jadi ini semua ulah lo? JAWAB!"
"Kalau iya, kenapa? Sayangnya yang hancur bukan lo. Eh engga, sekarang lo juga hancur sih ya karena kehilangan temen lo yang gak bisa ngomong itu hahaha."
Hendak menamparnya kembali tetapi tangan Jingga di tahan oleh seseorang dan itu adalah Langit.
"Langit.." -Jingga.
"Apa lagi yang udah lo lakuin sama Bintang?" Tanya Langit.
"Lo siapa? Oh pacarnya Jingga? Mau lo sama cewek lemah kaya dia?"
"Jawab gue, lo apain Bintang setelah itu?" Nada suara Langit sangat tajam.
"Oke gue akan jawab semuanya. Hmm, jadi gue nyuruh Jingga buat ke hotel tapi ternyata yang dateng Bintang." Bisik Laura.
"Tapi sayangnya cowok gue malah tidurin Bintang dan Jingga dateng karena untungnya gue chat dia lagi buat mastiin dia udah di hotel apa belum. Hmm, mungkin waktu itu Bintang baca chat dari gue dan dia hapus terus dia yang gantiin Jingga."
"Eh gak lama Bintang hamil." Bisik Laura kembali.
"Engga.. Engga.." Jingga tidak mempercayainya.
"Dan.. Gue gak terima dong kalo dia hamil anak dari cowok gue, akhirnya gue nyuruh dia buat aborsi tapi dia ngeyel. Karena gue gemes banget, gue seret dia aja ke gudang terus gue buat seolah-olah dia bunuh diri karena gantung dirinya sendiri disana tapi kenyataannya gue yang bunuh dia hahahaha."
Kedua tangan Langit mengepal sangat kuat, rasanya ia ingin menghabisi Laura tetapi ia ingat bahwa Laura seorang perempuan. Di sana ia melihat kekasih dari Laura. Langit memukulnya habis-habisan hingga terjadi pertengkaran hebat. Jingga hanya terduduk lemas mengetahui kebenarannya, ia semakin merasa bersalah. Tangannya terus memukul kepalanya sendiri.
"Bodoh.. Bodoh.. Bodoh.."
Langit yang melihat itu, ia memilih untuk menghentikan Jingga daripada melampiaskan amarahnya kepada mereka.
"Ji, jangan di pukul kepalanya, sakit."
"Ini semua karena gue." Tangis Jingga.
"Bukan salah lo, bukan."
"Jauhin gue! JAUHIN GUE, LANGIT!!" Jingga mendorong Langit menjauh darinya. Ia berlari tetapi Langit tetap mengejarnya. Jingga terus berlari sambil memukul kepalanya.
"STOP, STOP! JINGGA UDAH STOP!" Langit berteriak karena Jingga tidak berhenti menyakiti dirinya sendiri.
"Langit, lo harus hukum gue. Ini semua karena gue, Bintang meninggal karena gue."
"Engga Jingga, bukan salah lo."
"Gue yang salah.. Gue sal-"
CUP!
Langit merasa Bintang tidak akan berhenti, ia mencium bibirnya untuk mengehentikkannya. Tak lama, Langit melepas ciumannya dan memeluk Jingga.
"Jingga, jangan pernah salahin diri sendiri. Ini semua udah takdir tuhan."
Setelah merasa tenang, Jingga perlahan menceritakan apa yang belum ia ceritakan kepada Langit.
Dahulu, Jingga dan Laura pernah berteman saat sekolah dasar sampai sekolah menengah pertama. Mereka dekat karena orang tua keduanya bersahabat, tetapi pertemanan Jingga dan Laura putus karena Laura merasa bahwa Jingga penyebab Ibunya meninggal. Jingga akan tertabrak jika tidak di selamatkan oleh Ibu Laura, saat Jingga akan tertabrak, ia tidak mendengar bunyi klakson mobil karena kepalanya terasa sangat sakit. Ibu Laura meninggal saat menyelamatkan Jingga. Karena itu, Laura membenci Jingga dan ingin membalaskan dendam kepadanya. Jingga pun selalu di rundung oleh Laura tetapi Bintang mengetahuinya dan ia selalu menolong Jingga. Perkataan Bintang selalu teringat olehnya "Lo gak lemah, jangan pernah biarin seseorang nyakitin lo." Karena itu, sekarang Jingga menjadi pemberani, berbeda dengan Jingga yang dulu selalunya diam jika di rundung.
Trauma Jingga ialah melihat seorang laki-laki melecehkan perempuan dan karena kejadian ia melihat Bintang sedang di perkosa oleh kekasih Laura, ia menjadi takut untuk memiliki hubungan dengan seorang laki-laki. Jingga segera pergi ke hotel saat ia baru menyadari sesuatu aneh dari Bintang setelah meminjam ponselnya. Jingga sangat marah kepada Bintang setelah mengetahui bahwa Bintang sengaja menggantikan Jingga untuk menolongnya, selama beberapa minggu pun Jingga selalu menghindari Bintang. Ia tidak mengetahui bahwa Bintang sampai mengandung. Saat Jingga tersadar bahwa seharusnya ia tidak marah kepada Bintang, di saat itu juga ia melihat Bintang yang tergantung pada tali di gudang sekolah. Jingga sangat menyesal dan menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang terjadi.
Langit mengerti mengapa Jingga menyalahkan dirinya sendiri. Tetapi Langit juga tidak ingin ia selalu merasa bersalah karena semua itu sudah takdir dari yang maha kuasa.
"Mulai sekarang, lo jangan pernah nyalahin diri lo sendiri. Lo bayangin gimana sedihnya Bintang kalau lo tersiksa kaya gini, Ji."
"Dan semuanya udah terungkap sekarang."
Rupanya Langit merekam pembicaraannya dengan Laura tadi. Ia menyimpan ponselnya di bawah pohon dekat mereka.
Beberapa hari kemudian, Langit berhasil menghukum Laura dan kekasihnya juga teman-teman yang membantunya. Dan, tak di sangka bahwa Ayah dari Laura terungkap seorang korupsi. Kini, Laura tidak bisa memakai kekuasaan sang Ayah untuk menyelamatkan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT JINGGA || KIM SUNWOO
Fiksi Penggemar••END•• "Kenapa, kok kamu motret aku terus?" Dengan kamera miliknya, Jingga menangkap setiap momen bersama Langit. Ada alasan mengapa Jingga selalu menangkap setiap momen tersebut. Apa alasan yang hanya di ketahui oleh Jingga?