14; HTS

16 6 1
                                    

Berkat Langit kini Jingga sudah terbiasa ikut berkumpul bersama teman-temannya dan juga teman Herry. Sebelumnya, ia selalu pergi dan melakukan apapun dengan seorang diri bahkan Herry tidak bisa mengubah itu. Langit pernah menasihati Jingga "Kita itu manusia, di dunia ini kita gak bisa selalu melakukan semuanya sendirian, kita butuh seseorang untuk berbagi. Sesekali coba untuk bersandar sama orang yang lo percaya. Percayalah, hidup seorang diri itu sulit." Kata-kata Langit membuatnya sadar bahwa kepribadian Jingga yang selalu merasa bisa melakukan semuanya dengan sendirian itu perlahan berubah bahwa ia pun memang membutuhkan seseorang untuk berbagi cerita. Jingga pun mulai berbagi ceritanya sedikit demi sedikit dengan saudara laki-lakinya dan tentang bagaimana perasaannya hari ini. Herry merasa lega karena sang adik sudah mulai bersandar dan mengandalkannya.

"Sebentar aja, Ji. Gue ngantuk." Tanpa peduli dengan teman-temannya, Langit bersandar pada bahu Jingga dan memejamkan matanya. Bohong, jika Jingga tidak merasakan sesuatu. Jantungnya berdebar.

"Ipar lo tuh, Her. Bucinnnnnn!!!!" -Lion

"Biarin aja lah, biar cepet jadian."

"Lah emang belom? Gue kira udah anjir kok nempel mulu."

"Hubungan tanpa status, bro."

"Yahhh penonton kecewaa."

•••

Saat keduanya sedang makan bakso, sorot matanya menemukan sesuatu yang tak senonoh di dalam mobil yang terparkir.

"Ji, mau kemana?"

TOK TOK!

"Ah sialan, mau apa lo?" Jendela mobil itu di buka oleh pemiliknya. Jingga melihat perempuan sedang menangis di dalam mobil, ia ketakutan.

"Keluar!" Tegas Jingga.

Akhirnya pria itu pun keluar dari mobilnya dan menghadap Jingga.

Tiba-tiba saja..

BUGH!

Jingga mengepalkan tangannya dan memukul wajah pria itu.

"Anjing, apa-apaan sih lo? Lo siapa??!!"

"Lo yang apa-apaan! Lo mau perkosa cewek itu di dalam mobil lo!!" Teriakan Jingga membuat Langit khawatir, ia berlari ke arah Jingga dan meninggalkan baksonya.

Namun, bukannya sadar. Pria itu berusaha melecehkan Jingga juga dengan mengendus rambutnya. Entah mengapa, Jingga tidak bisa melawan karena ia merasakan sesak di dadanya.

BUGH!

Untung saja, Langit datang tepat waktu. Memukul pria itu sampai babak belur dan tersungkur. Perempuan di dalam mobil itu berhasil melarikan diri setelah mengucapkan terima kasih kepada Jingga.

Langit melihat Jingga yang memegang dadanya berusaha mengatur nafasnya.

"Ji, kenapa?"

"Se-Sesek..."

Jingga pingsan karena rasa sedak di dadanya. Dan syukurnya lagi, rumah sakit tepat berada di pertiga jalan dekat dengan keberadaan mereka.

Setelah beberapa menit, Jingga tersadar di ranjang rumah sakit. Ia langsung menangis, pertama kalinya bagi Langit melihat sosok Jingga yang rapuh. Langit memeluknya dan menenangkan Jingga. Ia teringat akan perkataan dokter saat memeriksanya. "Sesak di dadanya itu di sebabkan oleh trauma yang ia alami."

LANGIT JINGGA || KIM SUNWOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang