01; Jingga Permata

59 7 1
                                    

Jingga dan segala hal tentangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jingga dan segala hal tentangnya.

Pagi itu, burung-burung berkicauan dengan semangat. Gadis remaja masih menutupi tubuhnya dengan selimut, tidak tahu bahwa hari sudah berganti. Suara alarm ponselnya pun berbunyi berulang kali tetapi tetap saja gadis itu tidak bangun dari tidurnya.

TOK TOK TOK!

TOK TOK TOK!

Bahkan suara ketukan pintu kamar yang sangat keras tidak berhasil membangunkannya. Pintu kamar itu berhasil didobrak sekuat tenaga oleh seseorang.

"Heh, anak perawan jam segini masih molor. Bangun woy, sekolah!"

"Wah sialan, masih gak bangun juga nih. Oke kalau gitu.."

BYUR!

"IH BOCOR, KENAPA AIRNYA DINGIN BANGET!!" Teriak gadis yang akhirnya terbangun dari tidur lelapnya.

"Hujan es." Cletuk seseorang.

"ABANG, LO GUYUR GUE?!"

"Iya, mang ngapa? Gak suka? Perawan kok jam segini masih molor, liat jam tuh! Mau sekolah kagak, lo?"

Jam menunjukan pukul 07.30 WIB. Sementara, sekolah masuk pukul 08:00 WIB. Gadis itu harus segera bersiap agar tidak terlambat karena jarak rumah dengan sekolahnya tidak terbilang dekat.

"10 menit gue tunggu. Lewat 10 menit gue tinggal."

PLETAK!

"Ih gak sayang adik banget lo!"

"Sakit anjir, gak sopan lo! Gimana gue mau sayang kalau kelakuan lo kaya setan begini, Jingga!"

"Bauu, Herry Bau!"

Jingga Permata atau biasa di sebut Jingga, gadis remaja yang sebentar lagi menginjak usia tujuh belas tahun. Memiliki seorang saudara laki-laki bernama Herry Ananta, panggil saja Herry. Jarak usia keduanya hanya satu tahun.

Kakak beradik ini memang selalu bertengkar setiap harinya, tetapi pertengkaran itu bukanlah sesuatu yang besar, sebagaimana saudara kandung yang selalu bertengkar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kakak beradik ini memang selalu bertengkar setiap harinya, tetapi pertengkaran itu bukanlah sesuatu yang besar, sebagaimana saudara kandung yang selalu bertengkar. Jingga tinggal berdua dengan sang kakak, orang tua mereka berada di luar kota untuk urusan pekerjaan. Bibi Ineum, pengurus rumah biasa datang dua kali dalam seminggu. Jingga bisa di bilang sudah cukup dewasa di usianya yang masih muda karena memang sudah terbiasa mengurus segalanya seorang diri tanpa bantuan orang tua yang selalu pergi ke luar kota untuk bekerja, meskipun ada sang kakak di sisinya, tetapi Jingga tidak sering meminta bantuannya. Bahkan terkadang, Bi Ineum pun dimintai untuk tidak datang karena Jingga bisa mengurus semuanya.

"Gue tingg-"

"Udah, kalem dong kalem. Buru-buru amat mau kemana sih."

"Sekolah lah dodol, 15 menit lagi masuk."

"Oh yaudah ayo jangan banyak bacot, berangkat."

"Hhhh..."

Herry menghela nafasnya menghadapi sikap sang adik yang memang selalu membuatnya mengelus dada. Pasalnya, Jingga tidak bisa menaiki sepeda motor karena tidak diijinkan oleh kedua orang tuanya daripada terjadi hal buruk, Jingga menuruti orang tuanya.

"Oke bye!" Jingga turun dari motor vespa milik Herry dan langsung berjalan masuk ke dalam sekolah.

"Cewek aneh, Ibu ngidam apa sih kok bisa anaknya begitu." Gerutu Herry.

Gadis remaja itu berjalan sambil bersenandung menyanyikan lagu favoritnya Best Part oleh Daniel Caesar feat H.E.R.

"Hey, Jingga." Pundaknya di tepuk oleh seseorang dari belakang. Gadis remaja itu menoleh, ia menghela nafasnya dan mendelikkan kedua matanya.

"Gue minta nomor whatsapp lo dong." Seorang siswa menyodorkan ponselnya memina nomor Jingga.

"Sorry, lo bukan level gue." Dengan senyum seringainya, Jingga melanjutkan langkahnya menuju kelas.

Di sekolah, Jingga cukup populer. Ia memiliki paras cantik, hidung mancung, bibir tidak terlalu tipis dengan mata yang teduh. Namun, Jingga memiliki sifat dingin. Belum ada satu laki-laki pun berhasil mencairkan hatinya. 'Pacaran bisa buat lo gila.' Selalunya, Jingga berkata seperti itu jika ada seseorang yang bertanya mengapa ia tidak ingin berpacaran.

"Sendirian mulu lo, gak punya temen?" Singgung teman sekelasnya.

"Mending gak punya daripada punya temen yang di benci tuhan kaya lo!"

DUG!

Jingga menyenggol bahu teman sekelasnya itu. Gadis itu memang memutuskan untuk tidak berteman dengan siapapun dan memilih untuk menyendiri. Tapi, mengapa?

LANGIT JINGGA || KIM SUNWOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang