16; Bully⚠️

20 6 1
                                    

BRAK!

Laura mendorong tubuh Jingga hingga terjatuh ke lantai. Jingga merasa terlalu lemah untuk melawan Laura kali ini, kondisinya sedang sangat tidak baik-baik saja. "Jingga yang lemah kembali.." Lirihnya sambil tertawa.

"Dari dulu lo memang lemah! Kalau bukan karena dia, lo yang akan mati!!!!!"

"Matiin gue.. Matiin gue.. MATIIN GUE!! MATIIN GUE, LAURAAA!!!" Teriak Jingga.

PLAK!

Pipi kanan Jingga di tampar keras oleh Laura hingga lebam.

Dan..

BYURR!!

Kaki gadis itu di guyur air panas oleh Laura. Sungguh, tidak ada perlawanan sama sekali dari Jingga.

"Aduhh sakit, ya? Itu yang gue rasain selama 4 tahun ini!"

"Lo, gila.."

"Hahaha gue gila? YA, GUE GILA! LO YANG BUAT GUE GILA!!!!!"

Laura menjambak rambut Jingga. Dengan air mata yang bercucuran, Jingga menatap langit. Samar-samar ia mendengar suara seseorang yang ia rindukan. "Lo gak lemah, Jingga. Lo gak lemah!! Ayo bangkit, Jingga. Bangkit!" Jingga mendapat bisikan entah darimana datangnya.

BRAK!

"Sialann!!!!" Laura terjatuh karena dorongan kuat dari Jingga saat menjambak rambutnya.

Jingga murka, ia memelintir lengan Laura dengan kuat hingga sang empu berteriak kesakitan. Teman-teman Laura berusaha untuk membantunya akan tetapi ancaman Jingga berhasil membuat mereka mundur. Jingga mengancam akan memberitahukan orang tua mereka tentang perilaku anaknya.

"Anjingggg lepass!"

"Teriak aja, Laura. Cowok lo yang menurut lo cakep itu gak akan pernah nolongin lo! Lo gak tahu, kan? Kalau dia itu cuma manfaatin lo doang? Dia cuma mau duit lo, Laura. Upss lo gak tahu ya? Duh keceplosan nih gue."

"SIAPA YANG BILANG KAYA GITU, HAH??!"

Jingga merogoh saku, membuka ponselnya dan memutar rekaman suara dari pacar Laura yang sedang bersama seorang perempuan membahas tentang perasaan yang sebenarnya kepada Laura bahwa ia hanya menginginkan uangnya saja.

"FUCK!! INI GAK MUNGKIN, ITU PASTI REKAMAN PALSU!"

"Hahaha tapi sayangnya ini asli."

Laura merampas ponsel Jingga dan melemparnya hingga retak. Laura beranjak, ia mengambil sebuah balok kayu yang berada di sana. Mereka sedang berada di rooftop.

Namun..

Balok kayu itu berhasil di lempar jauh oleh seseorang.

Ya, ia adalah Langit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ya, ia adalah Langit.

Langit mendengar dari murid kelas Jingga kalau Jingga sedang berada di rooftop bersama Laura. Perasaannya merasa tidak enak dan benar saja Langit melihat Jingga sedang di rundung oleh Laura dan teman-temannya.

Laura dan teman-temannya langsung berlari dan membiarkan Jingga lolos karena Langit.

"Ji, pipi lo. Kaki lo, Jingga."

Jingga menjatuhkan kepalanya pada bahu Langit, ia menunduk dan menangis keras.

"Gapapa, Ji. Lo hebat, lo kuat, pemberani."

Langit ters menepuk pundak Jingga dan mengelus kepalanya. Setelah beberapa menit, Jingga berhenti menangis dan terdiam. Langit merasa ada yang aneh. Suhu tubuh gadis itu tinggi.

"Lo demam, Jingga."

Segera ia menggendong Jingga di punggungnya dan berlari untuk membawa Jingga pulang ke rumahnya. Karena rumah sakit dan rumah Jingga jaraknya cukup jauh sementara, uks terkunci entah mengapa.

Langit mengompresi dahinya dengan air hangat dan mengolesi salep untuk luka di pipinya pun mengobati luka di kakinya karena air panas. Lagi dan lagi dalam tidurnya, Jingga mengigau.

"Maaf..maaf..maaf.."

Satu jam kemudian..

"Udah bangun, Ji?"

"Gue dimana?"

"Lo di rumah gue."

"Lo-"

"Tenang, Ji. Gue gak macem-macem, kok. Cuma kompres lo sama obatin luka lo aja."

"Thanks ya, Langit."

Langit mengangguk menjawabnya. Karena hari sudah sore, ia mengantar Jingga pulang ke rumah dan membantunya masuk ke dalam kamar.

"Her, tolong jangan tanya apapun dulu sama adek lo."

"Thanks ya, bro." Tepukan kecil Herry di bahu Langit.

LANGIT JINGGA || KIM SUNWOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang