Di depan pintu kelasnya, Jingga melihat Langit berdiri. Untuk siapa lagi Langit berada di sana, tentu saja untuk Jingga. Gadis itu pun menghampirinya yang disambut senyuman oleh Langit.
"Mau apa?"
"Judes banget."
"Mang ngapa? Suka-suka gue." Jawab Jingga sambil mengunyah permen karet.
"Jangan sering makan permen karet nanti sakit gigi lo."
"Suka-suka gu-"
"Iya iya, suka-suka Jingga aja."
"Yaudah lo mau ngapain kesini?"
"Gue mau minta bantuan."
"Apa? To the point aja gue gak suka manusia yang basa-basi."
"Bantuin gue pilih baju buat ngedate."
"Sama pacar lo?"
"Sama orang yang gue sayangi?"
"Ya bilang aja pacar."
"Mau?"
"Kapan?"
"Pulang sekolah, gue udah ijin sama abang lo juga."
"Kenapa ijin, gue bukan anaknya."
"Dia abang lo."
Langit yang Jingga lihat, ia seseorang yang pendiam, tidak banyak gaya, jarang tersenyum tetapi setelah ia cukup mengenalnya ternyata Langit ialah seseorang yang baik dan perhatian tetapi Jingga juga melihat seperti ada sesuatu yang menghantam dirinya begitu keras karena ia terlihat kurang bahagia.
Pulang sekolah, jIngga benar-benar menemani Langit ke sebuah mall untuk membantunya memilih pakaian. Di sebuah toko baju, ia dengan serius memilih baju mana yang cocok untuk kencan Langit. Remaja laki-laki itu hanya mengikutinya saja, tak lepas pandangannya dari Jingga.
"Kenapa liatin gue terus, muka ganteng lo itu gak akan mempan rayu gue."
"Jadi, gue ganteng?"
"Gak!"
"Tadi lo bilang gue ganteng."
"Ganteng buat pacar lo dan orang tua lo. Buat gue gak dulu!"
"Lo lucu."
"Gue bukan kucing."
"Kalau gitu lo jadi kucing gue aja."
"Sorry tapi gue bilang bukan kucing, gue manusia."
"Hmm iya lo manusia, yaudah jadi milik gue aja."
DEG!
Perasaan apa yang Jingga rasakan sampai jantungnya berdegup kencang dan pipinya merah. Baru pertama kali, ia merasakan hal seperti itu.
"Ha-hahahhaa hahaha.."
"Gue milik allah!"
Jingga melempar baju yang ia pilih pada Langit.
Sebagai ucapan terima kasih, Langit membawa Jingga untuk makan terlebih dahulu sebelum pulang.
"Gue penasaran."
"Gue rasa lo bukan tipe orang yang penasaran."
"Gue juga manusia, Ji."
"Lo penasaran sama apa?"
"Lo kenapa manggil abang ke Herry tapi ke gue engga?"
"Ya karena dia abang gue, lah. Pertanyaan macam apa ini. Lo mau juga gue panggil abang?"
"Engga."
"Lah terus?"
"Gue gak mau jadi abang lo, gue maunya jadi pacar lo."
OHOK OHOK!
Jingga langsung meminum habis minuman di gelas itu, Langit yang berhasil menggodanya hanya terkekeh.
"Lo kan udah punya pacar, nempel mulu tuh pacar lo."
"Hah, siapa?"
"Hoodie lo!"
"Lo cemburu sama hoodie gue karena dia nempel mulu di badan gue?"
"Dih hahah hahaha gue gak cemburu tapi gue gerah liat lo hoodiean mulu, mana gak ganti-ganti, itu lo cuci gak?"
"Emm enak, Ji. Lo mau pesen lagi?"
Jingga menahan tawanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT JINGGA || KIM SUNWOO
Fanfiction••END•• "Kenapa, kok kamu motret aku terus?" Dengan kamera miliknya, Jingga menangkap setiap momen bersama Langit. Ada alasan mengapa Jingga selalu menangkap setiap momen tersebut. Apa alasan yang hanya di ketahui oleh Jingga?