06; Mengenal

18 7 1
                                    

Hari sabtu sudah tiba saatnya tugas puisi dipersentasikan di depan kelas dengan membacanya. Satu persatu murid di panggil secara acak, Langit dan Herry menunggu gilirannya.

"Ahahahahaha kepiting kecap." Tawa Herry menggelegar mendengar puisi salah satu teman kelasnya.

Setelah itu pun, nama Langit di panggil oleh guru bahasa indonesia. Dengan percaya diri, ia berjalan ke depan dan siap membacakan puisinya. Namun, saat itu juga kedua matanya membelalak melihat hasil kerja Jingga.

"Maaf bu, puisinya belum selesai."

"Sampai mana kamu membuatnya, coba ibu lihat."

"Tap-"

Buku Langit di ambil segera oleh gurunya. Guru itu mengernyitkan dahinya membaca puisi Langit.

"Bacakan Langit." Senyum gurunya yang dipaksakan.

"Langit..
Laki-laki berhoodie abu..
Keinginannya tak setinggi langit..
Ia menyuruh seorang gadis untuk membuatkan sebuah puisi.."

"HAHAHAHAHHAA." Seluruh murid terbahak-bahak mendengar puisi Langit yang dikerjakan oleh adik perempuan teman sebangkunya. Bahkan Herry pun menertawakannya dengan keras.

"Langit, keluar dari kelas dan bersihkan semua toilet di sekolah!" Ia pun akhirnya di hukum karena meminta seseorang untuk mengerjakan tugasnya.

Ia membungkukkan badannya meminta maaf kepada gurunya itu dan pergi dengan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia memulai dengan membersihkan toilet siswa.

Sepuluh menit kemudian..

"Sialan, kenapa adek gue harus Jingga." Herry mengeluh memasuki toilet dimana terlihat Langit sedang fokus membersihkannya.

"Disini juga?"

"Iya mau ngajak lo boker bareng."

"Jauh-jauh dari gue."

"Hhh... Bisa gak sih langsung lulus aja."

"Bisa."

"Wah tutor dong bro."

"Ngelulusin diri sendiri aja alias keluar dari sekolah."

"Bangkee. Lo mau tau gak puisi apa yang gue buat? Padahal cakep banget puisi gue."

"Secakep apa sih emangnya?"

"Dengerin nih. Ekhem ekhem.."

"Terima kasih katanya..
Semua aku dirayakan..
Menangis pun kau penuh tenang..
Ku dibuai..
Diciumnya ap-"

"Stop stop! Kok gue kaya familiar ya. Itu mah semua aku dirayakan lagu nadin amizah."

"Pinter lo bro."

"Hahaha ya pantes lah lo di hukum."

"Tapi kan seengganya gue effort."

"Tapi kok tau ya itu lagu?"

"Ternyata si ibu penggemar berat nadin amizah, ketauan deh gue."

"Ppfttt hahahah ada-ada aja sih lo. Her, Her. Eh tapi lo kenapa gak minta bantu adek lo?"

"Mana mau dia, gue aja sempet heran kok mau anaknya bantuin lo eh ternyata malah bikin malu lo hahaha sorry ye."

"Hadeuh."

•••

Seraya memainkan ponselnya, Jingga menunggu Herry di parkiran sekolahnya. Tak lama, saudara laki-lakinya datang bersama Langit.

LANGIT JINGGA || KIM SUNWOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang