02; Pemberani

30 7 2
                                    

Di hari liburnya, Jingga memilih untuk pergi keluar menikmati waktunya sendiri. Herry selalu mengajaknya untuk pergi menongkrong bersamanya dengan teman-temannya tetapi selalunya, Jingga menolak dan lebih memilih untuk berjalan-jalan seorang diri. Terkadang, Herry merasa kesal karena adik perempuannya terlalu mandiri.

Langkahnya terhenti di depan mall, dengan menaiki tangga escalator, Jingga tiba di bioskop. Ia memesan popcorn dan minuman untuk menemaninya menonton. Syukurlah, film yang ingin ia tonton masih ada di bioskop. Jingga sangat menyukai film horor, thriller dan sejenisnya.

"AAAAAAA!!" Semua orang menjerit ketakutan saat menonton, berbeda dengan gadis itu. Ia menikmatinya sambil memakan popcorn.

"Lebay, gitu aja takut. Takut tuh sama tuhan." Gumamnya pelan.

Di tengah-tengah film, Jingga merasa terganggu karena pasangan kekasih yang duduk di sampingnya. Awalnya, ia membiarkannya saja tetapi semakin lama, Jingga merasa ada yang aneh.

"Heh brengsek, kalau cewek lo gak mau bermesuman sama lo ya jangan lo paksa!"

Semua orang melihat ke arah Jingga yang berteriak keras.

"Gak usah ikut campur, pelanin suara lo!" Ujar laki-laki itu.

"Lo suruh gue buat pelanin suara gue? Hahaha ogah ah gue mah. Kelakuan lo yang kaya gini pantas di catat sama malaikat izrail. Dan mbak, lo juga jangan diem aja kalau cowok brengsek kaya dia main-main sama lo. Jangan biarin cowok modelan dia hancurin hidup lo!"

"I–iya mbak, saya tidak berani."

"Harus berani lah. Memangnya mbak mau hidup mbak hancur cuma gara-gara cowok bangsat kaya dia? Laki-laki banyak mbak, cari yang bisa jaga mbaknya bukan malah yang rusakin mbak!"

PLAK!

Tamparan laki-laki itu mendarat di pipi kanan Jingga. Tidak terima, Jingga membalasnya dengan menendang masa depan laki-laki itu.

BUGH!

"Gue hancurin masa depan lo!" 

Di dalam bioskop, semua orang menganga kagum dengan keberanian Jingga melawan laki-laki seperti itu. Tidak ada yang melarangnya karena memang laki-laki seperti itu pantas untuk di hukum.

Suasana hati Jingga memburuk karena kejadian itu. Ia memesan taxi online untuk pulang ke rumahnya. Bahkan, film itu tidak ia tonton sampai akhir.

Di rumah, Herry menyambut Jingga dengan tatapan tajamnya.

"Manusia satu ini pula ngapain liatin gue kaya gitu, minta di colok atau gimana."

"Lo abis berantem?" Tanya Herry.

"Berantem apaan, ngaco banget."

"Gak usah nyangkal, videonya udah kesebar dimana-mana." Herry memperlihatkan rekaman video dimana Jingga sedang memberi pelajaran seorang laki-laki mesum di bioskop. Rupanya, seseorang merekamnya dan menyebarkannya di internet.

"Cowok brengsek emang patut di kasih pelajaran."

"Jingga Permata, stop gegabah!"

"Gegabah apa, bang? Apa sebagai cewek gue harus diem aja lihat cewek lain di permainkan kaya gitu? What the hell.."

"Bukan gitu maksud abang. Gimana kalau sikap berani lo itu malah jadi boomerang buat lo. Lo juga ditampar keras banget itu kayanya, mana coba gue lihat pipi lo–"

"Pipi gue mah aman tapi kalau gue gak nolongin cewek tadi, mungkin gue bakal nyesel seumur hidup gue, bang. Gue gak mau ada kejadian itu lagi."

"Jingga tap–"

"Gue udah gede, gue bisa jaga diri gue sendiri. Lo tenang aja."

Herry tidak bisa berbuat apa-apa, ia mengerti mengapa adik perempuannya sangat berani melawan hal-hal seperti itu sekarang.

LANGIT JINGGA || KIM SUNWOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang