Aku membuka mata dengan enggan saat sinar matahari menyelinap masuk melalui tirai jendela yang terbuka. Hmm sepertinya aku lupa untuk menutupnya semalam. Gara-gara syarat konyol papa itu, aku pun merasa sangat linglung. Ntahlah, hanya saja otak ini tidak dapat berpikir untuk mencari siapa orang itu. Harus kah aku mencari pacar kontrak atau sejenisnya? Huh aku benar-benar tidak niat untuk menjalin hubungan apapun. Poor Zea.
Aku bangkit dari ranjang dan menatap diriku dari balik pantulan cermin, mata berkantung hitam, rambut mirip sarang burung dan baju tidur yang kusut. Hmm dilihat-lihat penampilanku lumayan, aku juga cantik, putih lagi. Tapi kok masih jomblo ya?
Oh kalau harus mengingat status yang satu itu hatiku terasa miris, sebegitu rendahkah derajat seorang jones sepertiku? Oh aku salah, aku bukan jones namun jolit (jomblo elite) bener gak? Ya bener lah!!
Kulirik jam dinding sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Pastinya sebentar lagi keluargaku sudah berkumpul di meja makan, heh jangan harap aku bersedia untuk duduk di kursi meja makan itu pagi ini. Hanya untuk pagi ini. Sejujurnya kalau aku makan diluar terus uangku akan habis dan it's not good for my future, ntar pesta nikah aku biasa-biasa aja lagi. Iya kalau dapat suami kaya? Kalau kere? Ya aku pasti gak mau lah! Hehe.
Setelah menyisir rambut aku memperhatikan wajahku lagi, apa aku harus ke kantor? Namun rasanya malas. Rasanya lebih nyaman berada di bawah selimut tebal dan menenggelamkan wajah di atas bantal dan memeluk erat guling kesayangan. Tapi untuk menjaga profesionalitas aku harus bekerja, tapi rasa malas itu memang lebih besar dari pada hasrat ingin bekerja. Atau aku tidak perlu mandi? Cukup mengganti baju saja lalu pergi? Oh aku dilema...
Saat jam makan siang aku memutuskan untuk makan di salah satu restoran italin favoritku. Aku makan dengan sekretaris sekaligus sahabatku sejak SMA dulu, Fika.
Hal yg tidak pernah bosan aku lihat di restoran ini adalah interior dan arsitektur restoran, dengan banyak miniatur bangunan kuno dan juga terdapat banyak miniatur makanan khas Italia.
Baru setengah pasta yang ku makan, aku melihat sosok yg aku benci sekaligus aku rindukan tersebut.
"Ze, Arga tu. Dia mau kesini" bisik Fika sambil menunjuk Arga dengan bibirnya.
"Iya gue tau, udahan yuk" ajakku saat mulai berdiri dan mengambil tas namun di tahan oleh, Arga?
"Apa-apaan sih lo?" Teriakku padanya yang malah makin menguatkan cengkraman tangannya di pergelangan tanganku.
"Fika lo pulang duluan, gue mau bicara dengan Zea dulu" ucap Arga tanpa ekspresi.
Fika terlihat ragu namun segera pergi setelah berpamitan denganku. Arga pun mendudukkan ku kembali di kursi yg tadi kududuki dan duduk di hadapanku.
"Maaf di pertemuan kita yg pertama ini malah buat kamu gak nyaman" ucapnya terlihat serius.
"EMANG" sewotku lalu membuang muka mencari-cari view lain agar tidak bertatapan dengan matanya.
"Ternyata selama 4 tahun ini kamu belum bisa maafin aku, bahkan kamu belum tau yg sebenarnya terjadi saat itu" nada bicara Arga terlihat sedih, dia sedih? Dia sedih kehilangan aku? Heh yang memulai duluan siapa? Dasar cowok!! Kenapa sih aku masih belum menemukan pria? Selalu aja dapatnya cowok yang pastinya belum bisa berfikir dewasa, beda dengan pria yang pastinya lebih dewasa dan MATANG, wkwk. Oh astaga kenapa harus berfikir hal itu disaat-saat seperti ini. Dasar Zea kentut.
"Lo tau? Lo cuma ganggu acara makan siang gue di restoran favorit gue ini. Seharusnya lo kalau mau berantem jangan disini dong, gue kesini cuma mau tenangin diri dan sekarang malah ada lo yg ganggu hidup gue" ucapku kesal sambil melihat makananku yang belum habis.
"Maaf kalau aku mengganggu kamu, aku mau ucapin terimakasih karena sudah menjadikan restoranku ini sebagai restoran favorit kamu. Walau kamu benci sama aku, setidaknya kamu suka dengan restoran dan makanan disini" ucapnya dengan senyuman yg dulu sering dia beri kepadaku. Oh jangan senyum itu lagi, aku bisa hanyut akannya.
"Oh jadi ini resto lo? Thanks udah kasih tau. Kalau gitu gue gak akan datang kesini lagi. Dan gue juga gak mau bahas masa lalu kita lagi, semua hanya masa lalu dan gue gak ngarep apapun dari lo. Cukup saat itu aja lo sakitin gue, jangan harap lo bisa melakukan hal yg sama ke gue" ucapku dan lalu bangkit dan mulai berjalan meninggalkannya.
Satu langkah
Dua langkah
Tiga langkah
Sepuluh langkah
Oke sip dia tidak mengejarku, tau artinya kan? Dia memang bukan pria pekerja keras, dia hanya seorang cowok yang mudah berputus asa. Setelah sekian lama kami berpisah hanya itukah usahanya? Cih aku tidak akan sudi balikan dengan pria itu!!
***
Author: Sip cerita ini awalnya kependekan, ngerasa gak sih kependekan?
Readers: Ya iyalah thor, emang lu gak baca ulang?
Author: Enggak..wkwk, gue aja juga kaget pas baca ulang eh taunya dikit banget, banyak gak sesuai aturan penulisan b.ind lagi. Maklum lah dulu belum ngerti, gue nya aja yang gak pernah perhatiin guru.
Karena itulah makanya aku edit ulang part yang ini, mungkin akan ada part-part selanjutnya yang akan aku edit. Jadi kalau mau baca lagi ya silahkan, gabaca juga gapapa. Aku ikhlas kok:)
Readers: Cih mendramatisir lu thor
Author: Hehe bisa aja deh kamu, pokoknya gitu deh. Vote and commentnya jangan lupa ya.. thank you.
Salam kecup dari Author :*
Met boboReaders: ALAY!!!
Author: Bodo (emot lelet lidah)
KAMU SEDANG MEMBACA
Give Me A Second Chance My Ex
RomanceBertemu lagi dengan mantan yang kamu benci dan dia minta balikan lagi? bahkan keluargamu memaksa untuk bersamanya? inilah kisah seorang gadis yang sudah pernah merasakan sakitnya di php in, di selingkuhin dan sekarang pria itu meminta maaf dan ingin...