Demi Kita

104 12 8
                                    

Vino saat ini tengah berada di dalam mobilnya, kepalanya menoleh ke arah kanan luar mobil. Menatap ke arah rumah besar berwarna cream, rumah Clau. Dia ragu untuk masuk ke rumah tersebut, bukan karena takut akan mendapat pukulan lagi dari Jeff. Namun, dia takut melihat reaksi dari kekasih cantiknya saat mendengar kabar yang akan dia ungkapkan padanya hari ini.

Sama halnya dengan Clau, tubuhnya terduduk di kasur, menutupi seluruh kakinya menggunakan selimut putih. Kepalanya menoleh ke arah balkon, Tangannya memeluk erat boneka beruang coklat pemberian Vino di hari ulang tahunnya. Boneka yang bisa mengeluarkan suara saat tombol kecil di perutnya di tekan.

Boneka tersebut mengeluarkan suara yang membuat air mata Clau luruh. Suara prianya, suara seseorang yang dia cintai, seseorang yang memberikannya banyak cinta, Devino.

'Vino sayang Clau.'

'I Love You.'

'ill be there for you'

'Jangan sedih, kalau kamu sedih, aku juga sedih.'

Empat kalimat singkat yang Vino sematkan pada boneka tersebut membuat pertahanan Clau runtuh. Air matanya turun semakin deras tanpa isakan. Raut wajahnya masih sama, datar tidak terlihat raut kesedihan, namun dengan jatuhnya air mata tersebut dapat menggambarkan bagaimana kondisi pria cantik itu saat ini.

"Pembohong." Monolognya.

"Kamu nggak ngebolehin aku sedih, tapi kamu salah satu alasan yang selalu buat aku sedih." Lanjut Clau bermonolog seorang diri. Disaat dirinya masih bertarung dengan riuh isi kepalanya, ponselnya berbunyi memunculkan notif chat dari orang yang dia tangisi hari ini 'Mas Vinooo<33💖'.

Clau membuka room chatnya dengan Vino. Namun dia tidak langsung membalas pesan dari Vino. Dia malah membuka foto profil yang digunakan oleh Vino, foto dirinya dan Vino yang diambil beberapa hari yang lalu. Clau tersenyum, setidaknya dia masih merasakan perasaan cinta yang menggebu dari Vino. Clau menurunkan egonya dengan membalas pesan dari kekasihnya, meskipun hatinya masih sakit karena perkataan dari Vino.


Tangan Clau lemas, ponselnya terjatuh begitu saja. Pernikahan? Vino mau menikahinya? Apakah doanya sudah dijawab oleh tuhan? Lagi dan lagi dia menangis, entah perasaan apa yang dia rasakan saat ini. Saat Clau masih menangis, pintu kamarnya terbuka.

"Sayang." Clau menoleh ke sumber suara yang memanggil namanya, matanya semakin deras mengalirkan air mata.

"Mas..." Lirih si cantik dengan isakannya, Vino menghampiri Clau dengan tergesa. Dia dudukkan dirinya disisi ranjang milik Clau. Tanpa banyak bicara, Clau menabrakkan diri kedalam pelukan Vino. Vino mengusap lembut rambut beraroma rose milik kekasihnya. Dikecupnya kening Clau berulang kali, dia membiarkan Clau-nya menangis, dia paham kalau Clau-nya masih terkejut dengan bubble chat terakhir yang dia kirim.

"Sayangku udah nangisnya?" Tanya Vino. Clau menganggukkan kepalanya, namun dengan posisi masih berada di dekapan Vino.

"Cantik kenapa nangis?"

"Seneng"

"Boleh liat aku dulu nggak?" Tanya Vino, Clau menjauhkan kepalanya dari dekapan Vino, mata sembabnya menatap manik mata coklat milik Vino.

"Cantik" Vino mengakup kedua pipi milik Clau, Clau tersenyum tipis namun terlihat begitu cantik.

"Kamu beneran ngajak aku nikah, mas?"

"Iya, aku ngajak kamu nikah, nikah sama aku ya.. kamu mau kan?"

"Mau, aku mau mas, aku mau.."

"Makasih sayang, kita adakan acara ini secepatnya ya.."

"Iya, kita harus terlibat dalam semua proses persiapan pernikahan kita nanti mas, aku nggak mau kalau semua prosesnya WO yang urus.. aku mau pernikahan kita berkesan."

"Iya sayang, pasti." senyum Vino begitu lebar saat melihat kebahagiaan dari raut wajah Clau. Namun senyum tersebut perlahan luntur karena ucapan Clau.

"Aku bener bener nggak sabar liat reaksi publik tentang hubungan kita, aku mau nunjukin ke dunia sebesar apa cinta yang kamu kasih ke aku.. biar mereka semua tau kalau aku bangga punya kamu." Senyum Clau merekah.

"Sayang."

"Iya?"

"Maaf."

"Buat?"

"Hubungan kita akan tetap disembunyikan dari publik." Bagaikan disambar petir di siang hari, harapannya lagi dan lagi dijatuhkan dari ketinggian. Dadanya seperti diremuk. Se tidak ingin itukah Vino memamerkan dirinya ke publik? Apa dia malu? Kenapa? Banyak kata 'kenapa' di benak Clau saat ini.

"Aku nggak mau."

"Maksud kamu?"

"Aku nggak mau nikah sama kamu Vino." Clau-nya sangat marah kali ini, dia menyebut namanya dengan gamblang tanpa ada panggilan 'mas' lagi. Clau-nya sangat marah.

"Sayang.."

"Buat apa nikah kalau disembunyikan kayak gini Vin? Kamu anggap pernikahan kita nanti itu aib? Sampai kamu nyembunyiin semuanya seperti ini. Kalau kamu menganggap pernikahan ini adalah aib, tinggalin aku. Pisah sama aku, batalin pertunangan kita. Biar aku fokus sama pekerjaan aku, dan kamu fokus sama karir kamu."

"Enggak sayang, dengerin aku dulu, boleh?"

"Boleh"

"Untuk nikah sama kamu, itu udah jadi impian aku dari tahun lalu, jadi nggak akan pernah tersemat kata aib saat aku nikahin kamu nanti, dan untuk nggak nunjukin hubungan kita di publik, aku ada alasan lain untuk itu Clau."

"Apa? Fans kamu?"

"Bukan, ada salah satu alasan yang buat aku nggak bisa nunjukin hubungan kita di publik"

"Apa alasannya?"

"Aku nggak bisa kasih tau sayang, maaf"

"4 tahun Vino, 4 tahun aku nunggu moment dimana hubungan kita dikenal banyak orang. Aku pikir dengan kamu ngajak aku nikah, aku bakal di tunjukin ke publik sama kamu. Ternyata masih enggak ya? Harus sampai kapan lagi aku nungguin momentum itu Vino? Sampai kapan?"

"Maaf Clau, aku akan usahain agar hubungan kita dikenal di publik ya sayang? Ayo temenin aku perjuangin hubungan kita Clau, tolong bantu aku lawan hal yang bikin hubungan kita nggak bisa tercium sama publik."

"Aku bantu Vin, demi aku, demi kamu, dan demi kita.. aku akan bantu kamu, tapi tolong benar benar perjuangkan semuanya, jangan sampai aku merasa sia sia udah bantu kamu buat hubungan ini."

"Aku janji sayang, aku janji sama kamu.. jadi, kita tetep nikah kan?" Tanya Vino yang dijawab dengan anggukan oleh si manis. Keduanya saling melebur dalam pelukan hangat tanpa mereka sadari ada dua orang dewasa yang sedang melihat percakapan mereka berdua dari balik pintu.

Javi menitikkan air matanya, melihat seberapa besar cinta mereka. Yang bisa Jeff lakukan hanyalah memegang kedua bahu Javi dari belakang. Dia mengusap lembut bahu suaminya dengan harap dapat menenangkannya. Kisah cinta adik iparnya begitu rumit, ditambah lagi dengan Javi yang sangat sensitif karna kehamilannya yang membuat dia mudah sekali menangis.

"Kenapa hubungan mereka nggak pernah berjalan mulus?" Ungkap Javi.

"Kebahagiaan yang besar nanti akan hadir dari setiap lika liku yang mereka hadapi saat ini sayang. Jangan terlalu dipikir ya, kasian baby." Ucap Jeff sembari mengusap perut Javi dan menatap Javi yang lebih pendek darinya. Javi juga menatap manik legam milik suaminya, senyumnya merekah begitu cantik.

"Semoga ya Jeff." Setelah mengucapkan hal tersebut, wajah Javi kembali menatap ke arah kedua adiknya yang masih saling memeluk dan terisak satu sama lain sambil menyenderkan kepalanya di dada sang suami.

'Aku harap ucapan Jeff benar, semoga kebahagiaan besar akan hadir diantara kalian kelak' Batin Javi.

🌻🌻🌻
Tbc

Difficult (Hyuckle) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang