Cekcok Pra-wedding

88 10 0
                                    

Tidak membutuhkan waktu lama, Vino sudah sampai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak membutuhkan waktu lama, Vino sudah sampai. Vino berteriak memanggil namanya, Clau yang tengah berada di dapur seketika menghampiri Vino sambil membawa segelas kopi untuk Vino.

"Nggak usah teriak teriak mas, aku di-" ucapan Clau terputus, tergantikan dengan suara pecahan gelas yang sengaja dihempaskan oleh Vino dari tangan Clau. Clau meringis dan terkejut dengan perlakuan Vino.

"Kamu apa apaan sih mas?!"tanya Clau dengan meninggikan nada bicaranya. Vino berjalan mendekat ke arah Clau, tidak ada jarak lagi di antara mereka kali ini. Clau menatap nyalang mata coklat milik Vino.

"Berani kamu natap aku kayak gini Clau?" Geram rendah Vino. Tangannya beralih untuk meremat pergelangan tangan Clau. Clau yang merasakan hal itu hanya bisa meringis menahan sakit.

"Lepas mas, sakit." Lirih Clau. "Kamu kenapa tiba tiba kayak gini sih." Tanya Clau sambil berusaha melepaskan cengkraman tangan Vino.

"Habis ngapain kamu sama Raffa?" Tanya Vino semakin meremat tangan Clau.

"Aku nggak ngapa-ngapain sama Raffa. Sakit, lepas."

"Beberapa hari ini kamu sering bareng sama Raffa Clau, darimana aja kalian? Balikan? Cuma karena aku sibuk dan nggak nemenin kamu urus acara nikahan kita, kamu lari ke Raffa buat dapetin kebahagiaan, gitu?"

"Cuma kamu bilang? Cuma, Vin? Masih untung ada Raffa yang mau nemenin dan bantu aku buat urus semua keperluan kita, yang nikah kita loh Vin, aku sama kamu. Tapi Raffa.. orang yang nggak ada sangkut pautnya sama acara ini dengan senang hati mau bantu."

"Karena dia masih sayang sama kamu!" Bentak Vino.

"Sayang atau nggak, dia memang kayak gitu dari dulu." Vino berdecak dan terkekeh sinis mendengar jawaban Clau.

"Tau banget Lo tentang dia."

"Lo? Oke, Lo duluan yang pakai bahasa ini, gue bakal ikutin. Ada yang mau Lo omongin lagi?"

"Nggak usah nantangin gue Clau, Lo yang salah disini." Clau dibuat tertawa oleh ucapan Vino.

"Gue.. gue emang selalu salah di mata Lo Vin."

"Lo harusnya ngerti Clau, ngapain Lo minta anter ke Raffa dalam hal kayak gini? Calon suami Lo itu gue, bukan Raffa."

"Itu, Lo sadar kan kalau calon suami gue itu Lo, tapi kenapa Lo nggak mau nemenin gue?"

"Gue sibuk."

"Basi! Asal Lo tau, Raffa yang selalu menawarkan diri buat nemenin gue Vin."

"Dan itu karena Lo yang minta."

"Gue nggak pernah minta ditemenin sama Raffa!!" Bentak Clau. Vino yang sudah tersulut emosi pun mencengkram rahang Clau. Dia menatap mata merah milik Clau, mata yang tersorot penuh amarah. Cengkraman pada pipi Clau sangat kuat, namun tidak Clau rasakan. Bahkan kakinya yang memerah dan berdarah karena pecahan gelas dan juga terkena tumpahan kopi panas pun tak dia rasakan. Rasa sakit dihatinya lebih dominan.

"Abis dikasih apa Lo sama dia, sampai Lo ngebela dia segininya? Duit?" Ucapan Vino membuat darah Clau semakin mendidih, emosinya sudah tidak tertahan lagi, dia tampar Vino dengan kuat hingga Vino melepas cengkramannya pada rahang Clau. Clau menangis.

"Gue nggak se murah itu Vin." Ucap Clau dengan suara sedikit bergetar. "Apa selama ini Lo ngehargain gue dengan nominal duit yang Lo keluarin buat gue?" Vino terdiam, egonya masih belum bisa dia kalahkan, dia kalah dengan egonya.

"Lo bisa minta temenin ke siapa aja, selain Raffa."

"Gue cuma punya Lo Devino!! Gue cuma punya Lo. Gue mau minta temenin ke siapa? Kak Javi? Gue nggak gila buat minta temenin kak Javi urus ini semua, karena dulu pun gue sama sekali nggak bantu apa apa pas dia nikah."

"Dia kakak Lo, tanpa Lo minta pun seharusnya dia emang bantu Lo."

"Gue nggak mau kakak gue bantu gue dan harus bunuh keponakan gue." Vino terdiam mendengar penuturan Clau.

"Lo aja sebagai calon keluarga di rumah gue pun nggak pernah tau kan tentang kabar kesehatan kakak dan ponakan gue? Kakak gue bedrest selama satu bulan terakhir ini karna kandungannya turun. Dan kalau dipaksa untuk beraktivitas dia bakal keguguran."

"Lo bisa minta yang lain."

"Udah gue bilang, gue cuma punya Lo. Gue nggak punya temen Vino. Kalaupun Lo nggak bisa, gue bisa berangkat sendiri. Tapi Lo juga tau kan schedule gue juga sama padatnya kayak Lo. Tapi gue masih usahakan semua ini biar acara kita besok berjalan lancar. Raffa menawarkan diri karna dia takut gue kenapa kenapa di jalan karena kecapean. Lo ada nggak mikir kesana? Enggak kan?!"

"Raffa, Raffa, Raffa. Stop nyebut nama itu, anjing!!" Bentak Vino. Clau terkesiap. Pertama kalinya Vino mengumpat di depannya. "Kalau Lo masih sayang sama si bajingan itu, ngomong!! Jadi gue nggak perlu repot repot urus pernikahan sialan ini! Nikah sana sama Raffa, dia bilang mau lamar Lo kan? Wah.. effort nya gede banget, dia rela jauh jauh ninggalin tempat tinggalnya cuma buat nyamperin orang kayak Lo."

"Orang kayak gue? Di mata Lo gue orang kayak gimana emangnya? Kata kata Lo ngerendahin gue banget Vin. Gue nggak percaya Lo kayak gini." Tangis Clau semakin pecah. "Repot? Pernikahan sialan?" Ucap lemah Clau di beri tawa kecil dari sang empu. "Lo brengsek Devino. Gue benci sama Lo." Ucap Clau penuh penekanan lalu meninggalkan apartnya. Vino hanya terdiam, dia baru menyadari perkataannya yang sangat keterlaluan pada Clau setelah beberapa menit pintu apartemen dibanting sangat keras oleh Clau. Dia memukul meja kaca yang ada di ruang tamu hingga pecah. Matanya memerah menahan tangis, matanya beralih melihat pecahan gelas dan tumpahan kopi di sana, terdapat bercak darah yang cukup banyak. Dia yakin bahwa itu darah Clau, dia menangis tersedu saat mengingat pertengkarannya tadi. "Sayang, maaf."

Difficult (Hyuckle) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang