"Selene bukan manusia," kata Sunoo, "setidaknya begitu."
"Apa maksud—"
"Enough!" Heeseung berdiri, Ia menodongkan pistol ke kepala Sunoo. Jay panik, sementara Sunoo tetap tenang, Ia membalas tatapan Heeseung.
"Tell me where she is, or else, I will blow your f*cking head."
"Heeseung, tenang—"
"Tidak!" Heeseung membentak Jay yang mencoba menenangkannya. Ia marah, kesal. Ia merasa dipermainkan. Berani sekali mereka.
Adiknya kabur bersama rivalnya, kejadian mistis yang tidak masuk akal, kali ini orang yang hendak ditemuinya bukan seorang manusia? Kalian pikir ini cerita horor-fantasi? Bukan!
"Well, I did expect that." Sunoo berkata. Ia berdiri, dengan cepat mengambil pistol dari kabinet dan menembak ke kepala Heeseung.
Heeseung dengan cepat menghindar, membalas serangan Sunoo. Jay tidak tinggal diam, Ia mendistraksi tembakan Sunoo, berusaha melindungi Heeseung.
"Ah!" satu tembakan mengenai bahu kanan Jay, Heeseung yang menyadarinya bergegas menggunakan tangan kirinya untuk melindungi Jay dan dengan cepat membawa Jay keluar dari ruangan.
Sebuah botol kaca melayang dari depan. Heeseung dan Jay menunduk menghindarinya.
Keduanya melihat sekeliling, bar yang sebelumnya ramai mendadak sepi. Heeseung mengambil sikap waspada. Ia membentuk posisi bertahan bersama Jay.
"Kau tidak papa?" tanya Heeseung. Jay mengangguk.
"Kalian masih di sini?" Sebuah suara mendistraksi.
Keduanya menoleh. Tampak di sudut ruangan, Jungwon dan Jake tengah bersantai sambil menikmati segelas anggur.
Heeseung yang muntab memecahkan botol anggur dalam sekali tembak. "JUNGWON, KAU B*JINGAN PENGKHIANAT!"
Amarah Heeseung memuncak, Jay bisa melihat urat nadinya keluar. Jungwon di sana, alih-alih gemetar, Ia justru tersenyum, seakan mengejek kemarahan Heeseung.
"Aku tidak pernah berkhianat," kata Jungwon. Ia berjalan mendekat. "Sejak awal aku memang bukan di pihak kalian."
Suara tembakan terdengar, disusul Jungwon yang jatuh dengan bersimbah darah. Jay memekik, sementara Heeseung menutup matanya.
Suara klik terdengar dari berbagai arah, menandakan banyaknya pistol yang siap ditembakkan. Tinggal menunggu perintah, dan keduanya akan berakhir dengan genangan darah.
"Sebentar, sebentar, sepertinya kalian terlalu gegabah."
Nafas Jay tercekat. Jungwon, orang yang jelas-jelas ditembak mati oleh Heeseung di depan matanya, kini berdiri sambil mengusap darah di wajahnya seolah bukan apa-apa.
"Oh, Jay. Kau pucat sekali ngomong-ngomong."
Jay mengeratkan pegangannya pada lengan Heeseung. Ia gemetar.
"Bagaimana.., bagaimana kau masih hidup..." Heeseung bertanya pelan. Pikirannya kalut, logikanya menolak dengan apa yang dilihatnya.
"Aku? Hm.., bagaimana, ya? Mungkin karena aku belum mati?" Jungwon menjawab santai.
Lagi, Heeseung menembak Jungwon membabi-buta, sambil mengatakan pada diri sendiri kalau yang tadi dilihatnya adalah ilusi. Tidak, bahkan yang sekarang dilihatnya adalah ilusi.
Jungwon dengan tangkas menghindar, hingga sampai peluru terakhir Heeseung di tembakkan, baru Ia berdiri tegak. Kembali tersenyum manis sambil memetikkan jari.
"Sampai jumpa, hyeong."
Dan semua menghilang dalam sekejap.
.
.
.
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Pursuit (HeeJay)
Fanfiction"You're not going to let me go, aren't you?" Heeseung tertawa. "No." A Heejay Mafia Story - may contain inappropriate content - written in bahasa, tapi mungkin ada beberapa percakapan yang pake inggris - ya gitu lah maaf aku penulis pemula, hope u e...