The Key

547 70 2
                                    

Riki mengajak mereka menuju kamar yang ditempati oleh pengawal sekaligus pelayan pribadi kepala keluarga sebelumnya. Kamar tersebut sangat luas, lebih luas dibandingkan kamar para pengawal lainnya yang berukuran standar. 

Di sisi kiri pintu terdapat meja besar dengan sebuah PC di atasnya, lengkap dengan berbagai alat komunikasi.

Di sisi kanan ruangan, ada sebuah lemari besar yang digunakan untuk menyimpan pakaian dan berbagai perlengkapan, termasuk peralatan keamanan. Tempat tidur berukuran besar berada di tengah ruangan, bersebelahan dengan sebuah rak buku yang dilengkapi sofa nyaman.

"Ini kamar yang ditempati kedua orang tuamu dulu, Jay," kata Heeseung. "Jika aku menjadi kepala keluarga nanti, kamar ini akan ditempati Riki. Dan mungkin pasangannya kalau Ia punya."

"Aku?" tanya Jay sambil menunjuk diri sendiri.

"Kau?" kata Heeseung dengan satu alis terangkat. Ia mendengus geli. "Aku tidak berniat menjadikanmu pengawal sekaligus pelayan pribadiku, Jay."

"Sebentar, Tuan. Anda bilang Tn. James dan Ny. Lily adalah orang tua Jay?" Riki bertanya memastikan.

"Benar, aku belum menceritakannya padamu," kata Heeseung. Ia menunjuk Jay dengan tangan terbuka. "Aku membawanya kesini karena dia anak James dan Lily, kupikir dia bisa membantuku menemukan petunjuk tentang kejadian itu."

Riki menunduk. Ia menggigit bibir. Jadi selama ini, Jay adalah anak kandung James dan Lily, pasangan yang dianggapnya sebagai orang tua.

"Ada apa?" tanya Jay yang merasakan perubahan emosi dan suasana dari Riki.

"Riki, dulu dia adalah bocah yang dibawa kesini oleh James dan Lily." Heeseung berkata. "Dia tumbuh di bawah asuhan dan didikan kedua orang tuamu."

"Aku menganggapnya seperti orang tuaku sendiri," kata Riki, nada dan wajahnya tampak lesu. "Aku dulu seorang gelandangan, yang makan saja harus mencuri. Orang tuamu, adalah target terakhirku waktu. Bukannya marah dan memukulku karena mencuri dompet mereka, mereka justru membawaku kesini dan menjadikanku seperti sekarang."

Jay diam, Ia tidak tahu harus berkata apa. Kalau boleh jujur Ia sedikit iri karena Ia sendiri yang merupakan anak kandung, jarang sekali bertemu kedua orang tuanya karena alasan pekerjaan. Tapi orang tuanya malah membawa anak tak dikenal dan membesarkannya?

Sudahlah.

Jay meraih Riki, memberinya pelukan. Ia menahan perasaan mengganjal di hatinya. Bagaimanapun, tidak ada yang bisa disalahkan.

Riki sedikit terkejut dengan reaksi Jay, namun Ia membalas pelukan Jay. Entahlah, mungkin Ia sedikit merasa bersalah.

"Maaf," gumam Riki. Jay hanya mengangguk.

"Ekhem." Heeseung berdeham, merusak suasana. "Jadi, dimana kuncinya?" tanya Heeseung.

Riki melepaskan pelukan, Ia berjalan menuju rak buku. 

Ia menarik salah satu buku yang tertata rapi di rak tersebut, namun Heeseung dan Jay yang mengawasi sekeliling tak melihat perubahan apapun. Riki pun menggeser sofa yang nyaman di tengah ruangan, memperlihatkan sebuah tempat penyimpanan rahasia yang tersembunyi di bawahnya.

"Itu.., kunci?" kata Jay sambil berjalan mendekat, mengintip isi tempat penyimpanan rahasia tersebut. Hanya ada satu kunci, berwarna emas putih yang indah. Heeseung mengambilnya, menggunakannya untuk membuka kotak yang dibawanya.

Klik.

Kotak itu terbuka, namun isinya hanya selembar kertas kosong tanpa catatan.

"Tunggu." Jay mengambil pemantik dari saku celananya dan menyalakannya. Ia mengarahkan api ke bawah kertas tanpa menyentuhnya, memastikan kertas tersebut tidak terbakar. Perlahan, tulisan-tulisan tersembunyi mulai muncul ke permukaan.

Kekuasaan dan kemegahan
diganti dengan putra pertama.

c'est la vie, 9 PM

"Apa ini?" tanya Riki, bingung.

Jay menatap tulisan yang muncul, lalu menjawab dengan nada terkejut, "Ini... Cassino."









.





.





.









tbc.

The Pursuit (HeeJay)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang