Bar

871 98 3
                                    

Heeseung marah. Sangat marah.

Dua hari sudah adiknya tidak pulang ke rumah. Terlebih lagi, adiknya pergi dengan rivalnya, putra tunggal keluarga Sim.

"Calm down, Heeseung. We'll see them as soon as possible." Jay berkata sambil tetap fokus menyetir.

"Aku harap kau tidak main-main denganku, Jay." Heeseung berkata tajam.

Pagi tadi setelah aksi membuntuti Jungwon berakhir gagal, jemputan keduanya datang. Riki, sebagai pengawal pribadi Heeseung hampir saja membunuhnya jika Heeseung tidak menahannya. Jay paham, pengikut setia seperti Riki pasti akan sangat marah jika tahu tuannya kenapa-napa, terlebih jika pelakunya adalah Ia sendiri yang dianggap sebagai ancaman posisi Riki sebagai pengawal pribadi Heeseung.

Jay menghela nafas, Ia tidak ingin memikirkan hal itu.

"Siapa orang yang akan kita temui?" tanya Heeseung.

"Sunoo."



* * *



Jay dan Heeseung melangkah masuk ke Moon Bar. Suasana di dalam masih sama seperti yang mereka ingat, mewah. Lampu-lampu kristal berkilau menggantung dari langit-langit; dinding yang dilapisi dengan panel kaca bertekstur, menciptakan ilusi dengan permainan cahaya yang berubah-ubah. Lantai marmer hitam mengkilap; sofa kulit nan panjang dan empuk.

Di belakang bar, rak-rak penuh dengan botol-botol minuman berkelas disusun rapi, diterangi oleh lampu LED yang menambah kesan mewah dan modern. Pelayan-pelayan berpakaian rapi berjalan dengan tenang melayani tamu yang terdiri dari orang-orang kaya berpengaruh.

Di meja bar, Sunoo tampak berbincang santai sambi membuat minuman untuk para tamu. Jay dan Heeseung berjalan mendekat, duduk di kursi depan meja bar.

"Halo, Jay, lama tak bertemu," sapa Sunoo ramah.

"Hai, Sunoo. Bagaimana keadaan bar akhir-akhir ini?" tanya Jay basa-basi.

"Cukup sibuk, aku—"

"Let's cut straight to the point," Heeseung menyela pembicaraan, mengundang lirikan sinis dari Jay. "Aku dengar kau manager di bar ini, benar?"

"Seperti yang kau lihat," balas Sunoo.

"Begini, kami ingin membuat Janji dengan bos mu."

"Sunghoon sedang tidak—"

"Bukan, Selene."

Seketika, semua aktivitas terhenti. Nama "Selene" yang keluar dari mulut Heeseung membuat mata-mata di ruangan itu menoleh tajam. Suasana langsung berubah menjadi canggung dan tegang.

Sunoo berdeham, Ia menyelesaikan pekerjaannya dan meletakkan apronnya. "Follow me," ajaknya, "we should talk in private, don't you think?"



* * *



Jay dan Heeseung diajak ke ruang pribadi Sunoo. Ruangan itu berdesain minimalis dengan tata letak yang sederhana. Tidak banyak barang ruang tersebut, kecuali di sudut ruangan, terdapat rak buku yang penuh dengan berbagai jenis bacaan. Sebuah meja kayu dengan sofa nyaman terletak di tengah ruangan, di atasnya terdapat papan nama dan lampu baca.

"Jungwon dan Jake memberitahuku tentang kalian," kata Sunoo sambil membuat kopi untuk tamu-tamunya. Heeseung dan Jay mengambil tempat di sofa panjang. Aroma biji kopi yang diseduh Sunoo cukup menggugah selera.

"Kami punya urusan dengannya."

"Tentang rekaman CCTV?"

"Kau sudah tahu, rupanya," kata Heeseung sarkas. Sunoo mengangguk.

"Sayangnya, Selene sedang tidak di sini."

"Kapan dia kembali?"

"Kami tidak bisa menjawabnya."

Heeseung bersandar dengan kedua tangan menyilang di depan dada. Ia menghela nafas berat.

"Yah, sebelum kalian bertindak ceroboh, aku ingin memperingatkan kalian satu hal," kata Sunoo.

"Apa itu?" tanya Jay.

"Selene bukan manusia," kata Sunoo, "setidaknya begitu."









.





.





.









tbc.










🔓 character unlocked:

🔓 character unlocked:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sunoo Kim
26 y.o.

The Pursuit (HeeJay)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang