Sleep Well

1K 78 12
                                    

Sebulan berlalu setelah kekacauan itu. Jay masih dihantui oleh bayangan malam yang penuh darah dan peluru; tentang bagaimana Haejun dan Haewon mati di tangan Heeseung, tentang bagaimana mengenaskannya kondisi kedua orang tuanya saat mereka berhasil menemukan keduanya di ruang bawah tanah.

Mereka bergegas turun ke ruang bawah tanah usai tembakan terakhir yang dilakukan Heeseung, mengikuti arah dan petunjuk dari Jake.

Ruang bawah tanah itu sangat gelap dan pengap. Bau busuk menyengat memenuhi udara, bercampur dengan kelembaban yang membuat setiap tarikan nafas terasa berat. Lampu-lampu berkedip, dinding-dindingnya berlumut, retak di sana-sini, dan lantainya dipenuhi oleh genangan air kotor. Setiap langkah mereka terdengar menggema, menambah kesan seram dan campur aduk dalam diri mereka.

"Bahkan ruang bawah tanahku jauh lebih bersih dan terawat," komentar Heeseung tidak tahu tempat. Jungwon menyikut keras perut kakaknya, membuat Heeseung sedikit mengaduh.

Saat mereka sampai di ujung lorong, terlihat kedua orang tua Jay berada dalam kondisi mengenaskan di balik jeruji besi. Keduanya terbaring lemah di atas lantai batu yang dingin dan keras; tubuh mereka kurus kering dan penuh luka siksaan. Mata mereka cekung, menandakan kelaparan dan kehausan karena tidak diberi asupan secara layak. Ayah Jay hampir sekarat, nafasnya tersengal-sengal dan tidak teratur, sementara istrinya berusaha menguatkan dengan sisa tenaga yang dimiliki.

Jay merasa amarah dan kesedihan membanjiri dirinya. Ia bergegas duduk di sisi ayahnya setelah Sunghoon membuka jeruji besi itu entah dengan apa. Air mata mengalir deras di pipinya. Perasaan bersalah dan marah bercampur menjadi satu. Bagaimana bisa mereka diperlakukan seperti ini? Namun setidaknya pelakunya sudah mati di tangan Heeseung.

Kedua orang tua Jay segera dibawa ke rumah sakit dan mendapatkan perawatan khusus. Mereka sekarang terbaring di ranjang bersih dengan alat-alat medis yang memonitor kondisi mereka setiap saat. Dokter dan perawat dengan cekatan merawat luka-luka mereka, memberikan cairan infus dan obat-obatan yang diperlukan. Perlahan-lahan, tanda-tanda pemulihan mulai tampak. Jay duduk di samping tempat tidur mereka, menggenggam tangan kedua orang tuanya.

"Terima kasih." Jay berucap pelan, tulus dari hatinya.

Heeseung, yang mengerti maksud Jay, mengangguk. Ia duduk di samping Jay, menggenggam tangan Jay yang bebas.

"Maaf," katanya.

Jay menggeleng. "Bukan salahmu."

Keduanya diam setelahnya. Jay menghela nafas panjang, menyandarkan kepalanya yang lelah di bahu Heeseung yang kokoh. Keheningan menyelimuti mereka, hanya diiringi oleh suara nafas dan detak jantung yang tenang. Di momen kali ini, Jay menemukan kedamaian dan ketenangan.

Haha, Jay belum cerita, ya?

Sejak kejadian itu, sikap Heeseung berubah total. Sikapnya yang dulu arogan dan gegabah, serta kebiasaannya menodongkan pistol pada siapa pun yang membuatnya kesal, perlahan memudar. 

Jungwon kembali ke kediaman bersama kakaknya, menjalani hari-hari dengan tingkah uniknya. Meskipun masih suka menggunakan pengawal lain sebagai objek praktik ilmu hitamnya, Jay bersyukur bahwa setidaknya Jungwon tidak lagi memilihnya. Ini berkat Heeseung yang dengan tegas memarahi dan melarang Jungwon bertindak semena-mena.

Jake dan Sunghoon mengucapkan selamat tinggal, memberikan Heeseung kebebasan untuk memilih jalannya sendiri tanpa memaksanya menjadi pengikut Selene. Namun, Heeseung tahu bahwa Ia tidak akan pernah bisa sepenuhnya lepas dari pengawasan wanita yang Ia sendiri masih bingung akan eksistensinya. Semua itu adalah akibat yang harus Ia tanggung atas perjanjian dan tindakan kedua orang tuanya dulu. Meski begitu, dengan janji dari Sunghoon dan Jake bahwa mereka tidak akan mencampuri urusannya selama Ia menghormati batas-batas yang ditetapkan, Heeseung merasa sedikit lega.

Heeseung dinobatkan sebagai kepala keluarga yang baru, impiannya yang merupakan sebuah tanggung jawab besar yang harus Ia emban dengan penuh kesungguhan. Riki pun naik pangkat, resmi menjadi pengawal pribadi kepala keluarga. Namun, Riki kini tengah jatuh cinta pada Sunoo, seseorang yang dulunya adalah manajer tempat Jay bekerja.

Heeseung awalnya menolak keras hubungan ini, mengingat betapa buruknya kesan pertama mereka. Namun, janji dari Sunghoon dan Jake bahwa Selene tidak akan mencampuri urusannya selama Ia menghormati aturan mereka, serta rayuan maut dari Jay yang entah kenapa belakangan ini sulit sekali ditolaknya, membuat Heeseung terpaksa menerimanya. Lagipula, Sunoo berjanji untuk keluar dari pekerjaannya dan menjadi pelayan pribadi kepala keluarga jika Ia menikah dengan Riki nantinya. Yah, meski Heeseung tidak bisa 100% percaya.

Jay sendiri masih merasa geli mengingat betapa mudahnya Heeseung menjadi canggung atau bertindak bodoh hanya karena ia sedikit menggodanya. Ia tahu bahwa Heeseung menyukainya, meski sampai sekarang lelaki itu belum pernah mengungkapkannya secara langsung. Tapi Jay tak keberatan. Baginya, ini adalah waktu yang berharga. Waktu di mana Ia diam-diam jatuh cinta pada pria yang dulunya bertingkah brengsek, namun kini berubah menjadi sosok yang begitu memanjakannya.

"Mau cari makan?" Heeseung menawarkan. Jay mengangguk, Ia menatap kedua orang tuanya sebentar sebelum keluar dari kamar.

Keduanya berdiri, melangkah keluar dari kamar sambil bergandengan tangan. Jay menggandeng mesra tangan Heeseung, sementara yang lebih tinggi membuang muka, menahan gemas dan rasa ingin menerkam sosok di sampingnya. Keduanya menaiki mobil dengan Heeseung sebagai supirnya, pergi menuju restoran korea yang kemarin jay bicarakan.

Seorang lelaki dengan mantel sapu tangan hitam muncul di tengah kamar tempat kedua orang tua Jay dirawat entah dari mana. Kulitnya pucat dengan mata merah dan taring di gigi atasnya. Ia menatap dua orang tengah berbaring dengan mata tertutup di atas kasur yang berbeda.

Dengan langkah ringan dan hening, Ia menuju kasur tempat kedua orang tua Jay berbaring. Berhenti di antara kedua kasur itu, Ia mengangkat tangannya dan mengusapkannya di atas wajah mereka tanpa menyentuhnya.

"Sleep well, you've done your job well."






.




.




.






the end.





halo, akhirnya sampai juga kita di akhir serita ini (meski sejujurnya aku masih merasa insecure).

btw maaaf kemaren aku ga update soalnya aku mendadak ga bisa buka wp (bisa si, tapi cuma sekedar liat notif, bahkan ceritaku ga bisa dibuka kemaren TT).

karena jujur aku ngga begitu puas dengan cerita ini, ada keemungkinan cerita ini bakal kurevisi, nanti bakal kubuat bok baru kok, jadi cerita ini ngga kuhapus (kayaknya).

okayy, begitulah, sampai jumpa, all, makasih banyak atas dukungannyaaa <3




The Pursuit (HeeJay)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang