Ruang Bk

41 4 0
                                    

Diary Dara:

Aku tahu kamu mencintaiku, dan akupun juga bergitu.

Tapi aku sadar, jika yang tertulis di lauhul mahfudz ku adalah kamu.
Maka kita akan bersama♡

*** Di Ruang BK ***

"Kalian bikin rusuh seperti tadi hanya mempermalukan sekolah saja" ujar guru Bk berkoar-koar.

Devan dengan tubuh lesu dan luka di pipi, nampak lucu dipandangan Dara. Mata hitam, pipi hijau, hidung yang merah, layaknya badut dari dunia lain.
Entah itu lucu atau seram, Dara hanya tau itu lucu.

"Kawaiiii, haahhhh" pikir Dara.
Dara menahan tawa, bingung mau sedih atau apalah, tapi ia suka Devan seperti ini.

Iya menggerak-gerak tangannya, mencakar-cakar sofa yang ia duduki.
Sebagai bentuk pelampiasan karena tidak bisa menarik pipi Devan.

Mata yang benjol berkelopak hitam mulai diangkat oleh Devan. Dia pertama kali memandang tepat kearah Dara.
Dara jadi malu, ia lansung menundukkan pandangannya.

Mereka berdua malu-malu kucing. Muka memang tak bertatapan tapi tidak dengan sudut mata yang tertuju.

"Ihhh, gua kenapa?" pikir Dara sambil senyum-senyum sendiri.

"Apa gua suka dia, nggak lah. Masa iya suka sama kang bully. Husbu gua aja nggak suka bully"
Dara bingung dengan perasaannya.

"Hadeh"
Rasa bingung menyelimuti hati dan benak Dara. Hati berkata iya tapi tidak dengan pikirannya. Ia sama sekali tidak pernah menyukai karakter Devan.

Bergitu pula dengan Devan, ia juga bingung ini suka atau sebatas rasa kasihan.

"Kenapa dia mandang gua? Jangan-jangan?" Dengan Pd nya Devan menganggap Dara menyukainya.

"Besok jangan diulang lagi! Janji!" Ujar guru Bk

"Janji buk"

*Balik dari BK*

"Fel" Devan memanggil Felly

"Ada apa Van"

"Gua mau ngomong sama lu"

"Sama gua?"

"Iya"

"Ngomong apa?"

"Sesuatu, tapi hanya kita berdua"

"Oh, jadi gua nggak ikut nih" Dara mengeles

"Bergitu lah"

"Okey" Dara pergi dengan wajah kesal

*** Pembicaraan Felly dan Devan ***

"Marah dia, kita ngomong dimana Van?"

"Di sini aja"

"Lu mau ngomong apa?"

"Tentang Dara"

"Oohh.. pantesan"

"Gua bingung Fel"

"Napa?"

"Sebenarnya gua kasihan sama dia, atau apasih?"

"Kenapa?"

"Gua bantuin dia, terus gua merasa tenang dan nyaman melihatnya, ada di dekatnya bikin jantung gua dag dig dug"

"Itu artinya lu suka sama dia!"

"Benaran?"

"Iya"

"Boleh nggak sih, kalo gua jadian sama Dara?"

"Mana boleh!"

"Napa?"

"Dia itu anti pacaran"

"Kok gitu?"

"Katanya dia nggak butuh orang yang hanya menjadikannya sebatas pacar"

"Gua juga nggak berpengalaman pacaran kok"

"Seriusan lu? Tapi lu suka gombalin anak orang"

"Hanya gombalin tapi nggak laku-laku"

"Heheheh, terus lu mau laku"

"Iya, makanya gua harus sama Dara"

"Mana bisa oon, Dara nggak bakal pacaran"

"Jadi.... gua harus lamar dia besok!"

"Jangan dah"

"Kenapa, kan gua mau dia"

"Nggak gitu juga, kan kalian masih sekolah"

"Trus gimana?"

"Lu ambil hati dia dulu"

"Pake apa, pisau?"

"Nggak gitu konsepnya! Intinya lu harus ambil hati dia"

"Jangan dong Fel, kalo gua ambil nanti dia nggak punya hati donk"

"Up to you!" Felly jadi kesal

"Menurut lu dia suka nggak sama gua?"

"Nggak!"

"Lah, tadi dia mandangin gua napa"

"Kapan dia mandangin lu?"

"Tadi di BK"

"Ooohh... Mungkin karna lu jelek"

"Benar gua jelek"

"Benar kan habis dipukuli"

"Bangke lu, eh kalo dia nggak suka gua, terus gimana caranya agar dia suka gua Fel?"

"Gua ada ide"

"Apa ide lu"

"Lu amati dia, apa kesukaan dia, kebiasaan dia, deketin dia, nanti lu tahu tipe idamannya"

"Teruss...?"

"Lu ubah diri lu jadi sosok yang diinginkan Dara!"

"Oke, gua kan berjuang!"

"Semangat Devan!"

"Oh ya, jangan bilang ama Dara ya!"

"Aman tu"

#lanjut part 7

Dara Kelinci Teater (End)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang