09 . Langit Malam

144 6 0
                                    

Please enjoy the story without making it bad.

•  •  •

jangan lupa follow akun ini 👇

Akun ig : @wp.hahihuheho251108
Akun tiktok : @wp.hahihuheho251108_
Akun wattpad : @hahihuheho251108

•  •  •

Happy Reading

🍁🍁🍁

Kedua bola mata itu menatap lekat wajah perempuan yang kini tengah menutup matanya diatas kasur.

Matanya yang sembab, bibir yang pucat, tangan yang dibalut perban kini yang menggambarkan keadaan perempuan yang tengah tertidur begitu tenang diatas kasur dengan ditemaninya seorang laki-laki di sampingnya.

Laki-laki itu menatap wajah perempuan yang sedang tertidur itu dengan perasaan khawatir sekaligus cemas dan gelisah.

"Cepatlah sadar," ucap laki-laki itu lirih dengan perasaan yang tak mampu digambarkan oleh sebatas kata-kata.

"Kalau gitu, ceraikan gua, Kana."

Satu kalimat yang begitu mengganggu pikiran Kanaka saat ini. Kanaka bertanya-tanya kepada dirinya sendiri, apakah ia sanggup untuk menceraikan Suci? Perempuan yang begitu ia cintai.

Tapi, jika ia memaafkan Suci, bagaimana dengan Lily? Sahabat kecilnya yang dibunuh oleh Suci hanya karena rasa cemburu.

Semua begitu rumit untuk dipahami.

Disatu sisi, ia tidak ingin kehilangan Suci, perempuan yang ia cintai sekaligus perempuan yang selalu menemaninya dan memberikannya begitu banyak kebahagiaan.

Namun, disisi lain ia tidak bisa begitu saja memaafkan Suci, karena rasanya itu tidak adil untuk Lily. Hanya karena Suci merasa cemburu akan kedekatan yang dimiliki olehnya dan Lily, Suci sampai-sampai tega membunuh Lily dengan alasan cemburu.

Lily tidak bersalah sama sekali di sini, tapi malah dialah yang menjadi korban. Padahal, Lily adalah sahabat kecil Kanaka, dan Lily lah yang terlebih dahulu kenal dengannya dibanding Suci, jadi Suci tidak memiliki hak untuk cemburu, karena bagaimanapun membunuh orang dengan alasan cemburu itu gila.

"Andai kesalahan fatal itu enggak lo lakuin, Ci. Mungkin sekarang kita enggak akan kayak gini," gumam Kanaka.

"CERAIKAN GUA. TINGGALKAN GUA."

Kalimat itu kembali berputar. Tidak, rasanya Kanaka tidak sanggup untuk melakukan apa kata Suci.

Kanaka memijit pangkal hidungnya pelan. Astaga, karena masalah ini ia sampai melalaikan tugas-tugasnya di kantor.

Sepertinya, besok Kanaka harus kembali disibukkan dengan urusan kantor.

Akhirnya, Kanaka memilih untuk pergi keluar untuk mencari udara segar agar pikirannya jauh lebih tenang dibandingkan sekarang. Siapa tahu saja pikirannya akan menjadi jauh lebih tenang dari sebelumnya.

Di sinilah Kanaka berada sekarang. Duduk di kursi putih yang tak jauh didepannya adalah kolam renang.

Pandangan Kanaka tertuju ke arah air kolam renang yang terdapat pantulan sinar bulan di sana.

Tiba-tiba Kanaka mendengar suara langkah kaki yang mendekat kearahnya. Dan, ia sudah tau siapa orang itu.

"Butuh tempat cerita?" sahut seorang perempuan yang menghampiri Kanaka lalu ia mengambil tempat duduk di samping pria itu.

"Apa yang kau lakukan di sini, Bianca?" tanya Kanaka dingin.

"Tentu saja menemanimu, Pak. Anda tampak tidak baik-baik saja," ucap Bianca merasa cemas.

"Saya baik, kau bisa pergi sekarang."

"Jika saat ini kita berada di kantor, mungkin saya akan mendengarkan anda dan pergi didetik itu juga. Tapi, sekarang keadaan serta tempatnya berbeda. Jadi, saya tidak akan pergi dan akan menemani anda di sini."

"Apa yang kau inginkan, Bianca?"

Bianca menaikan satu alisnya keatas. Lalu ia menghembuskan napasnya pelan mencoba memahami suasana hati laki-laki di sebelahnya.

"Tidak ada. Oh iya, Ibu Sesil dan Nenek sudah pulang baru saja. Mereka menitipkan salam untuk anda dan juga istri anda, Pak. Em ... tepatnya hanya Ibu Sesil saja, Nenek tidak mengatakan apapun."

"Hm."

Bianca menghembuskan napasnya lagi. Senyuman manis kembali ia tunjukkan. Tapi, kini pandangannya mengarah pada langit.

"Langit malam yang begitu indah. Tapi, sayang sekali hanya bulan yang bersinar di sana. Apa bintang-bintang sedang kelelahan makanya para bintang itu membiarkan bulan bersinar dengan sendirinya," ucap Bianca.

"Lalu, apa hubungannya?" tanya Kanaka yang mulai tertarik dengan topik pembicaraan Bianca.

"Tentu saja kita harus berterima kasih pada bulan, Pak. Karena dia rela bersinar sendirian dimalam yang gelap," jawab antusias Bianca.

"Caranya?"

"Dengan berfoto bersama, bagaimana? Mau?" tanya Bianca.

Kanaka menatap mata Bianca yang terdapat binar di sana.

"Tidak." Setelah mengatakan satu kata itu, Kanaka bangkit dari duduknya lalu meninggalkan Bianca sendirian dengan wajah ditekuk.

"Dasar nyebelin," cibir Bianca kesal melihat tingkah Bosnya itu.

Namun, tiga detik kemudian senyuman kembali terbit diwajahnya.

"Dasar Pak Kana," gumamnya terkekeh.

Tbc

🍁🍁🍁

Hai, terima kasih udah membaca sampai akhir.

Jangan lupa vote dan komen.

Tysm.

💇💫

💌 : Maaf part ini pendek juga 😭. Dan untuk para pembaca, terima kasih sudah menyempatkan membaca.

Sekian ...

The Marriage Bond (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang