1

681 74 5
                                    

Seoul, Gangnam district jam 9 malam

"Tolong beri aku waktu tambahan, aku berjanji akan segera melunasinya" ucap seorang lelaki dengan suara bergetar yang memohon sambil berlutut. Wajahnya sudah babak belur dengan cipratan darah di seluruh wajahnya.

Buugghh

"Yha! Jika kau tidak bisa membayar hutangmu, jangan mencoba kabur! Apalagi berlagak sok jagoan di sini!" Ucap Seulgi setelah menendang lelaki tersebut hingga terbatuk-batuk.

Buugghh

Lagi, Seulgi kembali menendang lelaki tersebut hingga pingsan dan mengambil dompetnya. Dia mengambil sejumlah uang yang ada di dompet tersebut kemudian pergi meninggalkan lelaki yang telah tergeletak pingsan itu.

======================================

Seulgi berjalan menelusuri jalanan Gangnam ditemani keramaian hiburan malam di daerah tersebut. Banyak muda mudi yang menghabiskan waktu mereka dengan dunia malam. Hingga tanpa sengaja, dia menabrak salah satu dari lima pemuda yang sedang merayu tiga orang wanita untuk diajak kencan.

"Yha!" Teriak pemuda itu. Bahkan gerombolan mereka sudah menyeringai karena merasa mendapatkan korban yang bisa mereka hajar malam ini.

"Apa kau tuli?" Tanya pemuda tersebut karena Seulgi tidak menoleh sedikitpun. Keempat lainnya akhirnya berjalan dan menghadang Seulgi. Tapi seketika wajah mereka berubah menjadi takut karena tatapan Seulgi dan melihat bekas noda darah di pipi kiri Seulgi.

"Yha, kurasa kau berhutang maaf padaku" ucap pemuda yang tersenggol sambil mencengkram bahu Seulgi dari belakang.

"Hyungnim...a..anni..." gagap salah satu pemuda di depan Seulgi memperingatkan temannya.

"Wae? Kenapa kalian terlihat takut?" kata pemuda yang dipanggil hyungnim tersebut sambil perlahan maju berhadapan dengan Seulgi. Seketika wajah pemuda tersebut juga ikut terlihat takut.

"Kurasa aku tidak perlu menambah daftar orang yang harus aku lenyapkan malam ini" kata Seulgi datar dengan raut wajah dinginnya. Setelah itu, Seulgi hendak mulai berjalan lagi tapi dia menoleh sedikit ke arah tiga wanita muda tadi.

"Kalian pulanglah jika tidak ingin menjadi mainan para bajingan bodoh ini" katanya lalu mulai berjalan meninggalkan mereka semua.

Setelah berjalan hampir 20 menit, Seulgi tiba di persimpangan jalan. Dia berdiri di situ sambil menyalakan rokoknya, menunggu seseorang. Bertepatan dengan rokoknya yang sudah habis, datanglah sebulah mobil tepat berhenti di depannya. Jendela di bangku penumpang perlahan terbuka.

"Sajangnim" ucap Seulgi sambil sedikit menundukkan kepalanya tanda memberi hormat.

"Sudah kubilang kau bisa memanggilku paman dan jangan terlaku kaku, Kang Seulgi" ucap pria yang sudah tidak muda lagi tapi masih sangat berwibawa. Do Jihoon, pria tua yang dipanggil sajangnim adalah salah satu pebisnis ulung dan orang yang memiliki pengaruh di Korea. Banyak lini bisnisnya yang berkembang menyebabkan Jihoon memiliki kuasa untuk mengontrol banyak hal yang terjadi. Tapi hanya satu yang tidak depat dia kontrol, yaitu Kang Seulgi. Keinginannya untuk menjadikan Seulgi sebagai kaki tangannya belum terwujud karena Seulgi selalu menolak bekerja sama lebih jauh selain menjadi salah satu 'penagih hutang'-nya. Oleh sebab itu, Jihoon selalu memperlakukan Seulgi dengan hati-hati.

"Aku lebih nyaman seperti ini" kata Seulgi seraya tersenyum kecil dan kemudian merogoh saku jasnya untuk mengambil uang yang dia ambil dari lelaki yang dia hajar sampai pingsan tadi lalu menyerahkannya pada Jihoon.

"Maaf, tidak ada amplopnya" kata Seulgi.

"Tidak ada bedanya, uang tetaplah uang" kata Jihoon setelah mengambil uang tersebut.

Heal MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang