27

298 71 18
                                    

Sekembalinya dari kantor, Seulgi pergi ke sungai Han. Dia berdiam diri di sana memikirkan banyak hal dan kemungkinan setelah apa yang dikatakan Minjun padanya tadi. Dia menghisap rokoknya hingga habis dan tak sadar langit mulai berubah gelap. Dia kemudian masuk ke dalam mobilnya dan menuju ke rumah sakit untuk menjemput Irene.

Sesampainya di rumah sakit, Seulgi memarkirkan mobilnya dan berdiam diri di dalam. Dia seperti tidak sanggup untuk menemui Irene. Beberapa kali dia mengusap wajahnya dan menggigit jarinya. Apa yang akan dia katakan pada Irene? Bagaimana dia menjelaskannya? Apakah Irene akan menerima dan memaafkannya? Bagaimana jika Irene tau dan kemudian meninggalkannya? Seulgi tidak siap untuk semua itu, dia tidak akan pernah siap kehilangan Irene dalam hidupnya.

Ting

From : Joohyun ❤

Aku sudah menunggu di lobi. Apa kau masih terjebak macet?
Hati-hati😘

Satu pesan masuk dari Irene membuatnya semakin merasa bersalah. Dia menoleh dan melihat ke arah lobi dan Irene sudah berdiri di sana menunggunya. Rasa bersalahnya semakin menghantuimya. Melihat Irene berdiri di sana, membuat matanya berkaca-kaca.

"Mianhae Joohyun-ah" gumam Seulgi mengusap wajahnya dan menetralkan napasnya. Setelah cukup tenang, Seulgi keluar dari mobil dan berjalan menghampiri Irene.

Melihat Irene yang melambaikan tangan padanya membuat langkah kaki Seulgi semakin berat. Tapi dia sadar dia harus menghadapinya, mungkin tidak sekarang, dia ingin mencari waktu yang tepat untuk mengatakannya pada Irene.

"Hai say-huh? Kenapa dengan wajahmu?" tanya Irene saat melihat luka di pelipis dan sudut bibir Seulgi.

"Kau habis berkelahi?" khawatir Irene hendak menyentuh luka di wajah Seulgi.

Seulgi meringis dan menggenggam tangan Irene.
"Anniya, aku tadi terjatuh dan tidak sengaja terbentur. Gwenchana, kajja" bohong Seulgi.

"Tunggu" kata Irene menahan tangan Seulgi lalu meneliti luka di wajah Seulgi sekali lagi setelah itu menarik Seulgi kembali masuk ke dalam.

Irene membawa Seulgi ke ruang ganti. Dia menyuruh Seulgi duduk di sofa lalu mengambil kotak obat yang tersedia di sana.

"Kenapa bisa sampai terjatuh sih?" tanya Irene mulai membersihkan luka Seulgi dengan kapas membuat Seulgi meringis menahan perih.

"Tersandung besi" jawab Seulgi asal.

Melihat wajah Irene yang mengkhawatirkannya membuat mata Seulgi berkaca-kaca.

"Ini sedikit perih tapi harus diobati, tahan sebentar ya?" kata Irene lalu mengoleskan obat merah di luka Seulgi membuat Seulgi meneteskan air matanya.

"Apa sakit sekali?" khawatir Irene meniupi lukanya agar cepat kering.

Air mata Seulgi yang menetes bukan karena rasa perih pada lukanya, nanum karena dia tidak sanggup menerima fakta bahwa ayah yang sangat disayangi oleh kekasihnya, meninggal akibat ayahnya sendiri. Namun Seulgi membiarkan Irene salah mengartikan air matanya sebagai efek dari rasa perih yang dirasakannya.

"Gwenchana, aku sudah menutup lukanya agar tidak infeksi" kata Irene tersenyum setelah menempelkan plester pada luka Seulgi.

"Eoh...gomawo" jawab Seulgi menyunggingkan senyumnya.

"Kita langsung pulang saja ya, biar kau bisa istirahat" kata Irene membereskan kotak obat.

"Anniya, kau tadi bilang ingin makan samgyeopsal, kajja ke sana, aku baik-baik saja" jawab Seulgi meyakinkan.

Setelah sedikit berdebat, Irene akhirnya mengalah dan mereka pergi ke kedai samgyeopsal langganan mereka.

.
.

Heal MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang