28

261 71 9
                                    

Seulgi sedang menemui Jihoon di kantor atas permintaan Jihoon sendiri. Jihoon penasaran dengan alasan Seulgi sampai bisa kehilangan kontrol dan memukuli Minjun beberapa hari yang lalu.

"Apa Minjun mengatakan sesuatu yang memprovokasimu?" tanya Jihoon.

"Apa Minjun tidak mengatakan sesuatu pada anda?" tanya Seulgi balik.

"Tidak. Kau tau hubunganku dengannya tidak terlalu baik, apalagi jika harus bertanya hal-hal seperti itu, dia tidak akan mau berbicara denganku" jawab Jihoon.

"Apa anda memanggil saya ke sini untuk menuntut permintaan maaf padanya?" tanya Seulgi.

"Anniya, aku tidak memintamu untuk meminta maaf jika dia memang memprovokasimu lebih dulu. Aku tau kau bukan pria yang mudah terpancing jika bukan hal-hal yang bersifat personal, bukan begitu Seulgi?" kata Jihoon.

"Ye, anda mengenal saya dengan baik sajangnim" jawab Seulgi menyunggingkan senyumnya lalu meneguk gelas minuman di hadapannya.

"Apa ini menyangkut kekasih perawatmu itu?" tanya Jihoon membuat Seulgi sedikit terkejut namun segera mengontrol kembali ekspresinya.

"Darimana anda tau kekasih saya seorang perawat?" tanya Seulgi.

Jihoon tersenyum lalu ikut meneguk gelas di meja sebelum meletakkannya kembali.
"Soodam yang menceritakannya padaku. Dia bilang pernah bertemu denganmu dan kekasihmu di rumah sakit saat kau menjemputnya" jawab Jihoon mengingat bagaimana wajah cemberut putrinya saat menceritakan kejadian tersebut.

"Ah begitu" kata Seulgi menganggukkan kepalanya.

Seulgi sekilas menatap Jihoon yang terlihat begitu tenang namun bagi Seulgi ketenangannya menyimpan banyak tanda tanya besar apalagi jika yang dikatakan Wendy benar. Seulgi seolah ingin bertanya langsung pada Jihoon, namun sesuai kesepakatannya dengan Wendy, dia harus menahannya dan menyelidikinya diam-diam agar tidak menimbulkan kecurigaan, karena bagaimanapun lawan yang mereka hadapi memiliki power yang sulit ditandingi.

"Sajangnim, apa saya boleh bertanya sesuatu?" tanya Seulgi.

"Tentu saja, tanyakanlah apapun" jawab Jihoon.

"Apa..sajangnim ingat dengan dokter yang mengautopsi appa dulu?" tanya Seulgi membuat Jihoon sedikit terkejut dan mengerutkan kedua alisnya.

"Dokter?" tanya Jihoon memastikan.

"Ne, dulu appa dinyatakan meninggal karena serangan jantung bukan?" tanya Seulgi mencoba memasang wajah polosnya.

"Ah ya kau benar. Tapi maaf aku tidak mengingat siapa dokternya. Wae? Apa terjadi sesuatu?" tanya Jihoon heran.

"Ah annimida. Hanya saja akhir-akhir ini dada kiriku sedikit terasa tidak nyaman, mungkin dokter itu bisa membantuku" jawab Seulgi menepuk dada kirinya dan menampilkan senyum polosnya.

"Benarkah? Aku bisa mengenalkanmu pada dokter lain yang berkompeten jika kau mau" jawab Jihoon.

"Ah ye kamsahamnida, tapi mungkin saya akan coba bertanya pada kekasihku dulu" jawab Seulgi.

Setelah berbincang beberapa saat dan tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, Seulgi berpamitan pada Jihoon untuk kembali bekerja. Dia keluar dari ruangan Jihoon dan kembali memasang wajah datarnya saat menunggu pintu lift terbuka.

Ting

Saat pintu lift terbuka, Taeseok yang hendak keluar dari lift bertemu tatap dengan Seulgi. Seulgi menundukkan kepalanya dan dibalas oleh Taeseok yang berjalan melewatinya. Saat akan masuk ke dalam lift, Seulgi teringat sesuatu lalu membalikkan tubuhnya dan kembali memasang wajah polosnya.

Heal MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang