3

269 48 7
                                    

Besoknya...

Hari ini sama seperti hari sebelumnya, Irene kembali mendapatkan tugas untuk memeriksa keadaan Seulgi. Sebelum memutuskan untuk menemui Seulgi, Irene akhirnya menanyakan tentang apakah benar dari kemarin tidak ada keluarganya yang datang kepada Seohyun. Setelah mendapatkan jawaban tidak dari Seohyun, Irene bergegas mengambil rekam medis Seulgi dan peralatan medis lainnya lalu melangkah ke ruang rawat.

Ceklek...

Irene membuka pintu ruang rawat dan melihat Seulgi duduk di ranjang dan fokus pada handphone di tangannya. Kedatangannya membuat Seulgi akhirnya mengalihkan atensinya pada Irene.

"Selamat pagi Kang Seulgi-ssi" sapa Irene tersenyum melangkah mendekat lalu meletakkan peralatan cek kesehatannya di ujung ranjang Seulgi.

"Bagaimana kondisimu hari ini? Ada keluhan lain yang dirasakan?" tanya Irene sambil menyiapkan peralatan untuk cek tekanan darah.

"Tidak ada" jawab Seulgi singkat.

"Permisi.." kata Irene lalu memasangkan alat di lengan kiri Seulgi. Entah kenapa Irene merasa gugup bersentuhan dengan Seulgi apalagi sejak kemarin Seulgi hanya bertelanjang dada karena memang lukanya menyebabkan dia harus melepas bajunya sementara. Padahal selama ini saat melakukan tugasnya, menyentuh pasien saat pemeriksaan tidak pernah membuatnya gugup. Selesai melakukan pengecekan dan menulis hasilnya, Irene membereskan peralatannya. Tak berselang lama, pintu kembali dibuka dan Suho masuk bersama satu perawat lainnya.

"Selamat pagi, maaf terlambat sedikit ada kendala di jalan" kata Suho menyapa sambil tersenyum.

"Baiklah Kang Seulgi-ssi, saya dokter Suho yang akan bertanggung jawab atas kesembuhan anda. Ijinkan saya memeriksa kondisi punggung anda sebentar" kata Suho yang diangguki Seulgi.

"Suster Irene, bagaimana hasil pemeriksaannya?" tanya Suho sambil membuka perban di punggung Seulgi.

"Semuanya normal dokter" jawab Irene ikut memperhatikan.

"Maaf ini akan sedikit perih tapi tolong ditahan" kata Irene yang diminta Suho mengoleskan salep luka bakar di punggung Seulgi. Seulgi meringis dan mengerang menahan sakit membuat Irene juga ikut meringis karena dia tau bagaimana perihnya.

"Tunggu 2 menit setelah itu balut lukanya lagi dengan perban" pesan Suho pada Irene.

"Seulgi-ssi, semua obat yang diberikan tolong diminum dan bertahanlah saat diolesi salep seperti tadi. Itu sedikit perih tapi memang harus seperti itu. Jika ada keluhan lain, anda bisa langsung menghubungi perawat atau Joohyun.. ah maksud saya suster Irene" lanjut Suho membuat Seulgi menatap Irene setelah Suho menyebutnya sebagai Joohyun.

"Kapan aku bisa pulang? Apa tidak bisa dirawat jalan saja?" tanya Seulgi kembali menatap Suho.

"Bersabarlah sekitar dua hari lagi. Jika sudah lebih baik, tentu saya akan mengijinkan anda untuk segera pulang" jawab Suho tersenyum.

Merasa tidak mendapat tanggapan lagi dari Seulgi, Suho akhirnya undur diri untuk memeriksa pasien lain. Kini di ruangan itu kembali hanya tinggal Irene dan Seulgi. Keheningan kembali menyelimuti mereka.

"Sudah dua menit, aku akan membantumu membalutkan perban" kata Irene memecah keheningan diangguki Seulgi.

Karena luka yang memanjang di punggung, perban yang harus terpasang harus melingkar dari tubuh bagian belakang sampai depan. Kondisi ini mengharuskan Irene untuk berhadap-hadapan dengan Seulgi. Dengan posisi Irene berada di antara kaki Seulgi yang menggantung di ranjang dan wajah mereka berada cukup dekat. Kegugupan kembali menyerang Irene. Tanpa berniat memulai percakapan, Irene mulai membalut luka Seulgi dari belakang membuat posisi mereka seolah sedang berpelukan.

Heal MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang