30

363 89 37
                                    

Terimakasih buat yg selalu antusias nunggu cerita ini. Don't worry guys, aku akan tetap update buat kalian yang selalu vote dan komen maupun yang baca aja.
Ceritanya masih cukup panjang, aku harap kalian ga bosan ya!

Jangan lupa vote sebelum membaca! ⭐

🐻🐰🐻🐰🐻🐰🐻🐰🐻🐰🐻🐰🐻🐰🐻🐰

Seharian di rumah sakit ini Irene sudah pergi ke kamar mandi sebanyak dua kali karena perutnya mual. Dan beberapa rekannya juga menanyainya apakah dia sedang sakit karena wajahnya terlihat pucat. Sejak beberapa hari lalu Irene memang kehilangan nafsu makan, beberapa aroma makanan yang biasanya dia suka seolah menjadi aroma yang menjijikkan baginya, membuat perutnya mual. Alhasil, beberapa hari ini dia rajin memakan buah dan meminum jus karena hanya dua menu tersebut yang tidak membuatnya mual. Setelah tau dirinya positif hamil, Irene mulai sadar apa yang menyebabkan kebiasaannya berubah.

Irene tersenyum setelah membasuh wajahnya di depan wastafel. Dia sudah membayangkan bagaimana reaksi Seulgi jika dia memberitahukan kehamilannya. Ada perasaan takut dan khawatir, namun rasa bahagianya jauh lebih besar membuatnya tidak berhenti tersenyum sepanjang hari ini.

"Aegi-ya, sabar ya, nanti kita beritahu appamu. Dia pasti akan terkejut tapi bahagia kan?" gumam Irene tersenyum sambil mengusap perutnya. Setelah itu Irene keluar dari sana karena ada beberapa orang mulai masuk ke dalam toilet.

====================================

Seulgi sedang duduk dan merokok di sekitar proyek setelah menyelesaikan makan siangnya bersama dengan ketiga temannya.

"Apa dia bekerja dengan baik?" tanya Seulgi menunjuk Eunseok dengan dagunya.

"Eo, dia terlihat bersemangat bekerja dan memang membutuhkan uang" jawab Byul.

"Seperti yang kau bilang, dia tidak berbahaya. Hanya pria muda yang mencari makan" tambah Taeyong.

"Apa nyonya Park tidak mempermasalahkan kita mempekerjakannya?" tanya Byul.

"Anniya, sepertinya dia juga tidak peduli lagi dengan Eunseok" jawab Seulgi menghembuskan asap rokoknya.

"Geundae Seul, apa kau sudah mendapat info terbaru tentang kasus ayahmu?" tanya Lisa.

Seulgi kembali menghisap rokoknya dan menghembuskannya. Dia menggelengkan kepalanya membuat ketiga temannya bisa mengerti kekecewaannya.

"Kenapa kau tidak mencoba membuat Minjun bicara yang sebenarnya? Kau bilang dia ada di lokasi kejadian, setidaknya dia pasti tau kebenarannya" tanya Byul.

"Yha apa kau pikir si bodoh itu akan membuka kartunya sendiri semudah itu?" kata Lisa menanggapi saran dari Byul.

"Kalau begitu kita jebak saja si bodoh itu agar dia membuka mulutnya tanpa sadar!" kata Byul membuat ketiganya menoleh mendengar ide Byul.

"Itu ide yang tidak buruk, tapi bagaimana memulainya?" kali ini Taeyong yang bertanya.

"Soal itu...aku tidak yakin hehe" jawab Byul dengan cengirannya membuat Taeyong dan Lisa menghela napas.

Seulgi terdiam memikirkan ide Byul, tapi yang menjadi masalahnya memang bagaimana cara menjebak Minjun untuk berbicara. Dia berpikir untuk mencoba membicarakannya dengan Wendy nanti.

===================================

Malamnya, Seulgi tiba di rumah sakit lebih awal karena tadinya dia ingin bertemu dengan Wendy terlebih dulu, tapi ternyata Wendy masih ada meeting yang tidak bisa ditinggalkan. Seulgi duduk menunggu di lobi setelah mengirimkan pesan pada Irene. Tak lama seseorang duduk di sampingnya membuat Seulgi mengalihkan pandangannya dari game di ponselnya.

Heal MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang