3. Butuh pelukan

28 18 3
                                    


Richo menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Mencari cara agar masalah ini terselesaikan, toh ini juga salah mereka bertiga. Jadi mereka harus bertanggung jawab, untuk persoalan ini. Zelvin menyenderkan punggung dikursi, menghela nafas dan menghembuskan kemudian. Dia mengusap wajah kasar, dirinya sangat takut ditinggal. Ia tak punya rumah! Selain Kanara. Gadis itu adalah rumahnya.

Zelvin memegangi kepalanya yang terasa amat pusing. Zelvin melonggarkan dasi yang mencekik lehernya agar dirinya bisa bernafas. Ia sangat ketakutan, walau raut wajahnya bisa berbohong. Tetapi percayalah dia sekarang tengah dilanda ketakutan yang begitu hebat.

"Arghh! Gak tau gue pusing. Terserah lo pada mau ngapain," ujarnya berdiri sembari merapikan seragamnya yang sedikit berantakan dan urakan.

"Mau kemana lo?" tanya Mikael mengerutkan kening.

"Bangsawan." Jawabnya singkat.

Mikael bertanya. "Bukannya lo lagi berantem sama kak Himana?"

Zelvin baru teringat jika dia dan Himana juga telah berjauhan untuk sementara, sialnya dia tak bisa hidup tanpa Himana. Ia sudah terbiasa bergantung pada gadis itu... tapi dia tak pernah menyukai Himana sedikitpun lebih dari kakak, aneh bukan? Bergantung dengan orang namun tidak mempunyai hubungan khusus.

"Bego." Mikael memutarkan bola mata malas melihat Zelvin prustasi. Sungguh manusia itu banyak dramanya. Zelvin menatap tajam Mikael karena tak terima dikatai.

Zelvin tak perduli mau dia dan Himana bertengkar hebat atau lebih parahnya diusir dihadapan semua murid Bangsawan, Zelvin tak perduli! Yang hanya ia butuhkan sekarang adalah sebuah pelukan hangat. Dan hanya Himana yang bisa memberikan hal tersebut untuk sekarang ini.

Cowo itu bergegas menuruni tangga dengan langkah tergesa-gesa. Membuat tatapan siswa siswi beralih kepadanya. Pikiran Zelvin hanya Himana sekarang, dengan penampilan urakannya tanpa mau membenahi seragam yang sudah seperti baju berandalan dia menaiki motor sportnya lalu menacap gas dengan kecepatan tinggi.

Zelvin mengerutkan kening. Kenapa bisa Mikael tau bahwa dirinya dan Himana tengah bertengkar? Zelvin tak ambil pikir, mencoba untuk berfikiran jernih. Tanpa ia sadari dia sudah menjadi pusat perhatian murid-murid Bangsawan karena wajah sempurnanya, bagaimana tidak sempurna? Hidung lancip, rahang bagus, alis yang lumayan tebal serta tak lupa mata tajamnya.

Tuhan membuat Zelvin terlalu sempurna. Untuk seukuran manusia seperti Zelvin. Cowo itu melepas helm dengan gerakan pelan, membuat rambut-rambut berantakannya bertebaran. Ditambah dua kancing seragam yang dia buka meninggalkan kesan badboy dingin pada diri Zelvin sendiri. Padahal aslinya humoris, suka bercanda, dan buaya.

"KYAA GANTENG BANGETT!!!" Teriakan para siswi-siswi meludak abis. Sampai sampai guru dikantin diundang rasa penasaran.

"Buset-buset siswa anak sekolah sebelah kesini dong..."

"Omaygat gantengnya kelewatan! Pasti dia terkenal badboy-badboy dingin di sekolah nih," sahut para siswi, Zelvin masih berdiri tegak didepan motornya dan mengedarkan pandangannya, mencari sosok Himana dikerumunan gadis-gadis itu.

"Kak! Jadikan aku kedua kak. Aku rela kakak udah punya pacar." lontar salah satu siswi menatap terkagum-kagum kearah Zelvin secara terang terangan.

Ada yang menatap kagum Zelvin secara terang-terangan ada juga yang memuji nya secara terang terangan. Membuat Zelvin sedikit tak nyaman, dia melangkah santai ke arah kantin walau tak bisa dipungkiri hampir semua dikantin menoleh kearahnya.

Ia menelisik sosok Himana dikantin dan menemukan gadis yang sedang memakan makananya dengan tenang, tanpa mau mengalihkan perhatian kearah lain. Seperti biasa gadis itu sangat cuek terhadap lingkungan sekitar.

Terdengar langkah sepatu diiringi teriakan kagum seluruh penghuni kantin, bahkan guru wanita tak melepaskan pandangannya. Maklum terlalu sibuk berkutat dalam karir, gurunya jadi pindah haluan keberondong-berondong ganteng.

"Eh itu bukannya Zelvin ya, Na?" Tanya Zea memandang Zelvin yang dikerumuni oleh guru-guru muda sekaligus siswi siswi centil.

Cantika menjawab. "Jangan ngelantur, Ze. Ngapain coba si Zelvin kesini? Toh Himana lagi cuekin dia."

Zea menggelengkan kepala. Menyuruh Riani untuk menatap sosok Zelvin yang tak jauh dari meja mereka. Riani memelototkan mata ketika ucapan Zea benar. Zea memang tidak sedang bercanda, itu Zelvin! Benar-benar Zelvin.

Vivy mengedarkan pandangan, matanya menangkap sosok Zelvin yang berdiri tegak dengan dua kancing seragam di biarkan terbuka, serta kedua tangannya didalam saku celana. Membuat Zea, Vivy, dan Riana terpesona untuk sebentar.

"Kalian lagi liatin apaan sih? Kok serius banget." Cantika penasaran, dan menoleh kebelakang. Ia kaget dengan sosok yang dibilang Zea tadi memang benar-benar ada. Cantika menyenggol lengan Himana dengan siku, Himana menaikan kedua alis bingung.

Cantika mengkode agar Himana melihat belakang. Saat kepala Himana menoleh dia bertabrakan dengan perut keras Zelvin, Himana terlonjak kaget, untungnya dia pandai mengekpresikan wajah.

Teman-teman Himana? Sudah senyum senyum seperti orang gila menatap kedua pasangan itu dengan mata berbinar, seolah mereka adalah fans berat keduanya.

"Boleh peluk?" Tanya Zelvin dengan suara serak. Tangan kekarnya pun menarik Himana berdiri.

Himana menghela nafas panjang, lalu menghembuskan dengan pelan dan tenang. Himana masih tak bergeming,  membuat penghuni kantin bersorak karena tak terima Zelvin si tampan tak ditanggapi. Ada juga yang mencemoh Himana, serta ada siswa siswa tak suka jika ratu idola sekolah mereka didekati.

"Siapa sih tuh anak? Sok akrab banget jadi orang." bisik siswa yang masih terdengar dari meja yang dihuni Himana dan teman-temannya.

"Bikin heboh sekolah kita aja. Padahal mukak pas-pasan gitu, dibilang ganteng." cemoh mereka. Banyak siswa yang mencemoh Zelvin karena sang ratu idola Bangsawan didekati, membuat fans gari Himana tak terima.

Himana mendongak menatap Zelvin datar, kemudian berjalan pergi dari sana diikuti Zelvin dibelakang. Bak ratu dijaga pengawal, Zelvin senantiasa mengikuti Himana kemana gadis itu pergi.

Keduanya sudah sampai uks, tempat dengan suasana sepi membuat keduanya nyaman jika mengobrol disana. Tanpa ada suara atau kebisingan sedikitpun.

Zelvin menunduk, lalu memeluk Himana dengan tiba-tiba. Himana sontak terhuyung kebelakang, beruntung Zelvin menarik pinggang ramping Himana, kepala Himana bertubrukan dengan dada bidang cowo itu. Seperti adegan dikantin tadi. Zelvin memeluk erat Himana yang tak bergeming, biarkan dia ditampar nanti asal ia bisa memeluk Himana untuk sementara.

"Biarin gue peluk lo dulu sebentar."

"..."

Cowo itu dengan lancang menghirup aroma khas Himana yaitu vanilla. Salah satu aroma yang membuat Zelvin dimabuk dan candu dari tubuh gadis tersebut. Zelvin merebahkan kepalanya dipundak Himana nyaman, membuat keduanya hanyut dalam kenyamaan sebatas teman.

⛓️⛓️⛓️

4 July, 2024.

Dede jepin sangat gengsi, bilang aja kalau kangen wkk, gimana tanggapan kalian tentang cerita ini? Comment ya!

Jangan lupa follow IG author (wp.authorrahasiaa) udah segitu dulu see u best💋

Secret Admirer [OTW TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang