10. Stay with me

22 9 0
                                    


"Kamu jangan gila! Balikin gak?" semburnya. Zelvin mengabaikan Himana dan bertekat akan membuat Rajash babak belur. Dia sudah pintar mengambil perhatian sahabatnya! Katakan saja ia tak rela jika Himana mempunyai laki-laki disampingnya. Dia mau hanya ia yang direpotkan, dimanjakan, diperhatikan oleh Himana.

Dia tak mau berbagi apalagi berbagi semua yang telah diberikan Himana, membayangkan saja Zelvin bisa menggila. Matanya mengelap, urat lehernya menojol, dia meremat ponsel gadis itu dengan nafas yang memburu.

"Gak! Lo cuman punya gue." Zelvin mencengkram bahu Himana. Memaksa gadis itu agar menatapnya. Himana menatap Zelvin dengan tatapan datar.

"Oh ya? Meskipun lo punya pacar? Lagi pula disni lo gak ada hak buat ngatur gue." ujarnya sembari merebut ponselnya secara kasar.

"Bajingan." Sarkas Zelvin mengusap wajah kasar.

"Apa lo mau marah? Kenyataanya memang gitu. Mau sama siapapun gue deket, itu bukan urusan lo! Jadi jangan ngatur gue sesuka lo lagi, and lo harus sadar, lo udah punya pacar."

Zelvin menjabak rambutnya sendiri. Dia kenapa? Apa yang salah dengan kecemburuannya terhadap sahabatnya sendiri? Cemburu hal wajar dan normal kan? Cowo itu merampas ponsel Himana dengan sangat kasar, membuat sang empu terkelonjak kaget. Bisa dilihat mata Zelvin memancarkan kemarahan, membuat Himana menatap dia aneh.

Dia kenapa? Padahal mereka hanya sebatas sahabat. Harusnya Zelvin tak marah kepadanya, hanya dia ingin ngobrol bersama Rajash. Toh jika Himana dan Rajash mempunyai hubungan, bukan hak Zelvin mengatur, karena disini Himana berhak menentukan jalan hidupnya sendiri.

"Jaga bicara lo!" Sentaknya dengan nada tinggi, dia mematikan sambungan Rajash. Melempar ponsel Himana kesembarang arah. Baru kali ini Himana melihat Zelvin hilang kendali selama bertahun-tahun bersama, matanya mengartikan bahwa cowo itu tengah memikul beban berat.

Nafas Zelvin memburu, dadanya terasa ssmakin sesak. Dengan gerakan cepat Zelvin memeluk perut Himana, air matanya perlahan turun. Seperti gerimis hujan yang tak undang. Air mata kecemburuan tak bisa terbendung. Laki-laki itu merasa bersalah karena membentak gadis yang selama ini selalu ada disampingnya, disaat orang lain mengabaikan semua usahanya, gadis itu lah dengan ikhlas menjulurkan kedua tangan untuk memeluk tubuh rapuh sosok dirinya.

Himana menunduk, melihat baju yang dia kenakan lambat laun menjadi basah. Akibat buliran air mata dari sang empu. Dia sebenarnya tak tega melihat Zelvin seperti ini, namun dia tak suka dengan cara Zelvin, ia tak suka akan sikap cowo itu yang kasar dan seenaknya sendiri.

"Sorry gue gak bermaksut bentak lo. Gue salah, lo bisa pukul gue. Kaya papah pukul gue, lo bisa caci gue. Tapi tolong maafin gue, gue tau gue brengsek." Suara Zelvin tersendat-sendat. Tangannya memeluk Himana erat, seolah-olah dia tak mau ditinggalkan.

"Stay with me. Na. Gue emang egois tapi jujur gue gak bisa hidup tanpa lo," dia menangis sampai berjam-jam dan tak ada jawaban sama sekali atau pergerakan dari gadis itu sedikitpun, Zelvin memakluminya, walau Himana gadis kuat, dewasa, pasti kaget saat melihat dia membentak seperti tadi.

Rasa bersalah menghantuinya. Bayangan kekerasaan yang dilakukan papah kandungnya kini terus menyerang. Tubuh Zelvin lemas, tak berdaya. Tanpa dia sadari bahwa dia memukuli kepalanya, Himana sudah berusaha menenangkan. Tetapi Zelvin terus memberontak sambil mengucapkan kalimat 'jangan pukul tubuh Zelvin.'

"Hey hey. Listen to me, Zev. Aku gak akan mukul kamu─"

Zelvin menggeleng ketakutan, perlahan Zelvin memundurkan tubuhnya, lalu dia menangis disudut letak kamar Himana dengan posisi kaki tertetuk dan tangan yang menopang kepala. "Ja-ngan pukul Zelvin! Tubuh Zelvin udah memar semua."

Laki-laki itu terus menangis, memukuli tubuhnya sendiri. Bahkan berkali-kali dia menghantamkan kepalanya ketembok. Himana menatap Zelvin dengan raut wajah sedih, sebenarnya apa yang terjadi? Ketika Zelvin mengangkat vas bunga dan memecahkan serta menggores-gores tangannya Himana membelalakan mata. Ini sudah tak normal! Dia benar-benar lepas kendali.

Himana meraih ponsel yang tergeletak diatas kasur. Kemudian dia menelpon seseorang, Pak Nanang berteriak dalam luar kamar. Ya! Orang yang telah dihubungi tadi adalah Pak Nanang, Himana membukak pintu dengan menekan pasword cepat dengan mata yang masih tertuju kearah Zelvin. Pak Nanang dan para pekerja disana berbondong-bondong datang. Himana melangkah dengan langkah pelan, sesampai didepan Zelvin gadis itu mendekap tubuh rapuh cowo tersebut erat. Berusaha menenangkan.

Mengusap punggung tegap itu, nafas Zelvin terputus-putus akibat sesegukan. Buliran air mata mengalir sederas hujan. Himana mengusap-ngusap puncuk kepala cowo itu dengan pelan. Awalnya memang Zelvin memberontak, namun lama kelamaan dia menangis dalam pelukan Himana dengan nyaman. Terlalu nyaman sehingga dia tertidur.

Matanya yang tajam kini kenjadi sembab, hidungnya pun memerah. Tangannya memeluk erat Himana, bagaikan sang anak tak mau ditinggal oleh sang ibu pergi. Himana menyuruh Pak Nanang untuk meletakan Zelvin keatas kasur, setelahnya gadis itu membungkus tubuh Zelvin dengan selimut hangat.

Himana memandangi wajah tampan Zelvin cukup lama, tak terasa bawa setetes demi setetes air mata telah berjatuhan. "I miss you, kamu ada masalah apa? Tolong jangan pendam sendiri. Zev. Kamu punya aku, aku gak akan tinggalin kamu, aku gak akan pukul kamu, aku gak akan pernah lakuin semua hal yang bisa menyakiti kamu." tuturnya lembut, dengan suara tangisan yang tertahan.

"I promise, aku bakal nyikirin siapapun yang nyakitin kamu. Siapapun orangnya!" nadanya terdengar tegas, Pak Nanang dan lain hanya bisa terdiam. Baru kali ini Himana menangis hanya karena lelaki setelah lelaki kesayangannya dimasalalu. Masa lalu adalah masa lalu yang harus diingat hanya masa depan. Kini merupakan masa Zelvin dan Himana. Tak ada siapapun didalamnya kecuali sepupu matre nya.

"I'm so sorry...aku udah nyakitin kamu, aku gak akan jatuh cinta lagi, semuanya milik kamu, jangan khawatir," dia mencium dahi Zelvin, dan beranjak pergi dari kamar. Yang harus dilakukan Himana saat ini, ia harus menemukan siapa yang telah membuat Zelvin setrauma ini, lalu apa yang dikatakan Zelvin tadi? Jangan pukul? Apa ini ada sangkut pautnya dengan keluarga lelaki itu?

Himana meraih kunci mobil, memasuki mobil dengan langkah cepat, lalu melaju tanpa arah. Diperjalanan ia sedikit membenarkan cardigan yang dia kenakan.

⛓️⛓️⛓️

18 July, 2024.

Apa pendapat kalian? Tentang part ini?

Hayoo kalian tim Rajash & Himana or Zelvin & Himana?? Comment ya.. karena comment gratis tanpa dipungut biaya sepeserpun❣️

Mampir ke ig saya ya, bantu nambah followers sama naikin like&commentnya.

IG: wp.authorrahasiaa

-Tertanda istri renjun🌷

Secret Admirer [OTW TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang