Hari ini adalah hari melelahkan bagi Zelvin, karena apa? Dia harus latihan, lalu dia harus les mata pelajaran matematika. Mata pelajaran yang sangat Zelvin tak suka, namun sang Papah memaksanya agar mengikuti les tersebut. Mau tak mau. Perisai ALGRAVA lelaki tangguh, tidak ada kata menyerah dalam kamusnya. Dan tak akan ada kata lelah dalam hidupnya, semua akan dia jalani sampai titik kematian menjemputnya.Masih dengan seragam basket lengan pendeknya, bertuliskan nomer punggung tujuh, mengenakan sepatu. Serta ransel pada punggungnya Zelvin menuju tempat les. Yang ternyata disana ada Himana. Ntah apa yang dilakukan gadis itu disana Zelvin juga tak tau, langkah santai dan tenangnya ia dijadikan pusat perhatian. Punggung tegapnya, wajah tampannya membuat gadis teman lesnya memotretnya tanpa izin.
Zelvin? Tak menghiraukan, dia mengakui bahwa dia tampan. Karena Ibunda nya sudah susah-susah melahirkan dirinya di dunia. Ia sangat bersyukur, Zelvin sangat beruntung memiliki Ibunda yang kuat dan juga cantik.
"Zelvin!" panggil Himana sedikit berlari kecil kearahnya─ terlihat gadis itu menggunakan kemeja putih dengan bawahan rok panjang selutut, membuat lekuk tubuh Himana tercetak jelas.
"Lo ngapain kesini?" tanyanya sedikit melirik gadis itu sejenak, lalu mengalihkan pandangannya menatap teman cowo lesnya. Semua cowo disana memandang Himana seperti macan kelaparan, apalagi Pak Bowo─ guru laki-laki yang mempunyai rumor bahwa beliau orang mesum. Dan dia juga diberitakan pernah mencabuli murid lesnya sendiri.
Tangan Zelvin terkepal kuat sampai urat-uratnya terlihat jelas, saat tubuh Himana dipamerkan untuk semua orang. Walau Zelvin tau dia tak berhak cemburu atau marah pada Himana. Dia tak mau berbagi apalagi terbagi, izinkan dia egois, izinkan dia tetap bersama Himana selalu.
"Aku tadi ada urusan sama Zea. Dia bakal ngajar disini─" ralat Zea memang ngajar disini karena perintah Kakek Aldaran─ Himana dan Zea adalah sepupu, maka sedari itu Kakek mereka sama. Jika Zea kesayangan Kakek Al nomer dua, maka Himana nomer satu, tanpa ada tandingannya.
Zea ditugaskan disini, memang ada suatu hal penting, namun Kakek Aldaran juga memerintahkan Zea─ sepupu Himana untuk mengajar les matematika disini juga karena suatu alasan yang kuat.
"So?"
"Jadi aku kesini mau nemuin Zea, tapi gak tau dia dimana."
"Lo tau? Lo jadi bahan tonton semua cowo disini─"
"Dan gue gak suka, lo pamer milik gue didepan mereka. Gue gak suka, Na. tubuh lo milik gue, gue gak mau berbagi."
"Beats me." Himana melirik cowo-cowo disana yang menatap kelaparan dirinya, membuat Himana tertegun. Sebelum nya dia tak pernah gugup seperti ini.
Zelvin menarik pinggang ramping Himana, membisiki sebuah kata, membuat Himana meneguk ludah sendiri. Bibirnya mengatup rapat-rapat. Membuat Zelvin tersenyum senang.
"Karena lo udah bikin milik gue ditonton gratis sama orang-orang, lo bakal gue kasih hukuman. Sekalipun bikin lo malu dihadapan mereka," bisiknya dengan nada kemarahan didalamnya.
Zelvin dengan brutal mendongakan dagu Himana secara paksa, lalu mencium Himana dengan sangat rakusnya, membuat Himana yang tak siapun hanya pasrah dipermalukan oleh lelaki itu dihadapan semua orang-orang disana. Tak sampai situ tangan kurang ngajar Zelvin, semakin memperdalam ciuman tersebut. Melumat bibir Himana secara brutal, dan hal tersebut cukup lama mereka tonton, Pak Bowo─ menghampiri keduanya karena beliau juga ingin merasakan posisi Zelvin.
Katakan lah pria paruh baya itu sudah gila! Bahkan dengan santai nya ia melangkah, menarik tangan Himana, membuat ciuman brutal itu terlepa, Zelvin menatap tajam dengan rasa kebencian pada gurunya. Lantas lelaki itu menarik tangan Himana lalu melingkari pinggang ramping Himana dari belakang dengan tangan kekarnya, meletakan rahangnya pada pundak gadis itu yang Zelvin lalukan saat ini.
"Murid sepertimu bisa bertindak tak sopan dengan saya seperti ini? Dimana letak kesopanmu?!" sentak Pak Brian dengan tatapan amarahnya.
"Lalu? I'dont care! She is mine. Pak Brian terhormat. Anda dipanggil Guru namun tidak mencerminkan seorang guru yang beretika. Anda sudah banyak mencabuli murid-murid anda sendiri, apa itu yang dinamakan guru, Pak Brian?" ujar Zelvin dengan santai. Bahkan dirinya mengendus-ngendus leher jenjang Himana yang beraroma vannila kesukaannya, membuat Pak Brian terasang sepertinya.
"Jangan kurang ngajar kamu sama saya?! Berikan gadis ini kepada saya, jika tidak saya akan keluarkan kamu dari kelas saya!"
"Stupid! Sekalipun saya anda keluarkan saya tidak akan memberikan milik saya untuk anda Pak Brian, anda hanya sebagai guru namun bertindak semesum ini secara terang-terangan kepada semua orang disini. Berpendidikan tapi tidak ada etika, sama saja membuat anda rendah dan najis seperti anjing."
Zelvin melepaskan tangannya di pinggang Himana, berdiri berhadapan Pak Brian, menatap Pak Brian dengan tatapan tak suka dan disertai kebencian yang sangat mendalam. Ketika memori otaknya berputar saat Pak Brian telah menelajangi seorang murid disana dengan otak rendahannya.
Tangan Zelvin melayangkan pukulan kepada Brian, membuat semua disana memekik kaget. Himana pun juga sama, tidak tau kenapa dia bahagia, karena Zelvin telah sensitif dan possesive akhir-akhir ini. Tangan Zelvin tak berhenti melayangkan pukulan kepada Brian dengan ugal-ugalan.
Bugh
"Buat Bapak yang lancang menatap Himana dengan tatapan jijik anda!"
Bugh
"Buat anda yang sangat lancang menyentuh tangan milik saya!!"
Bugh
"Buat anda karena secara sengaja melecehkan milik saya!"
Pukulan terakhir Zelvin membuat Brian kewalahan, menghadapi sikap muridnya yang kelewatan brutal. Zelvin mendekat, menarik Himana, lalu mencium kembali gadis itu dengan lembut. Membuat Brian tersiksa amat sangat tersiksa. Zelvin bahkan menginjak alat kelamin pria paruh baya itu dengan rasa dongkolnya.
Himana mendorong pelan Zelvin, menarik tangan Zelvin pergi dari sana. Maka jika tidak guru itu akan pulang tinggal nama akan kebrutalan berondongnya, Himana membawa Zelvin kesebuah ruangan. Mendudukan lelaki itu disofa besar yang berada pada ruangan tersebut. Kemudian Zelvin menarik gadis itu, membuat Himana terduduk kepangkuan Zelvin.
Lelaki itu melingkarkan tangannya pada pinggang ramping Himana. Menangis dalam diam, Himana pun perlahan turun dari pangkuan Zelvin, mendudukan diri disamping Zelvin. Menarik lelaki itu dalam dekapan. Mengelus punggung Zelvin dengan lembut.
"Gue salah? Gue tau gue salah. Gue gak mau lo dilecehin, gue gak mau lo ditatap rendah sama orang lain. Gue gak mau─"
"Iya sayang, kamu gak salah, kamu gak akan pernah salah. Sekarang kamu udah mulai dewasa, kamu tau apa yang salah mana yang bukan. Tindakan kamu sudah benar, aku bangga punya kamu," tuturnya dengan penuh kelembutan, serta kebahagian di dalamnya.
⛓️⛓️⛓️
4 Agustus, 2024.
Selamat malam bObraders tersayang, hari ini terakhir update ya. Gak tau bisa lanjut atau gak, karena cerita ini saya ikutkan event, mohon doa restu nya dari kalian. Tetap jadi pembaca setia saya ya, disetiap era karya saya.
Selalu semangat semua! Ayuk berkunjung ke instagram saya, wp.authorrahasia Kalau mau cerita sesuatu boleh dm kok, siapa tau saya bisa kasih solusi. Thankyou selagi ya untuk yg sudah votment, see u doain biar SA bisa lolos terbit ♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer [OTW TERBIT]
Teen FictionMenceritakan seorang remaja berstatus pelajar memiliki kehidupan yang sulit ditebak. Dia juga memiliki trauma berat, akibat terjadinya tindakan keras dari sang papah, kata orang papah adalah rumah untuk semua anak. Lalu bagaimana untuk Zelvin? Ia se...