17. Tasya & Cinta nya

14 7 2
                                    

"A! Kenapa bekalnya ditinggal?! Tasya udah capek bikinin, loh. A'a malah main pergi gitu aja!" kesalnya sembari mensedakapan dada, bibirnya sedikit mengerucut. Tasya si gadis riang, ramah, dan ekstrovet itu tak kenal malu. Selagi tidak merugikan orang lain, walau dia di tatap tak suka oleh Tantri─ penganggum Dirga.

Dirga menepuk dahinya pelan, ketika Tasya sudah berada tepat didepannya, "astgfirullah, Dek. A'a lupa buat bawa bekal buatan Tasya. Serius deh A'a gak bohong."

"Iya deh A. Tasya maafin, lagi pula Tasya kesini juga niatnya bukan mau marahin A'a," balas Tasya sembari menyengir kuda.

Dirga mengerutkan kening, lalu dia menaikan kedua alisnya secara bersamaan. Ia lupa bahwa Tasya─ adiknya telah menyukai Zelvin, sahabatnya sejak lama. Karena Dirga melarang Tasya berpacaran, maka sejak itu Tasya mencintai Zelvin dalam diam.

Tasya memang kesini hanya berniatan melihat crushnya saja, tak ada niatan sekalipun untuk menceramahi sang abang. Untuk masalah sekecil itu, Tasya tak begitu memperdulikan. Dia hanya modus, menceramahi Dirga seolah-olah dirinya hanya ingin melihat sang abang. Bukan yang hal lain.

"A'A TAU!" seru Dirga terdengar sedikit terdengar ditelinga Zelvin, karena posisi Zelvin tak terlalu jauh dari keberadaan mereka berdua.

"Kamu pasti mau liat Zelvin kan?? Adik A'a sekarang udah besar ya? Gak kerasa banget. Kamu udah besar aja," ujarnya seraya mengacak-ngacak rambut Tasya.

"Gak ya! A'a jangan teriak-teriak dong. Nanti kalau kedengeran dia gimana?! A'a mah gitu. Gak bisa jaga rahasia adiknya."

Tasya mengerucutkan bibir kesal, mengalihkan padangan kearah lain. Tanpa mereka sadar, pembicaraan mereka tak sengaja terdengar di kedua rungu teman sosok gadis yang telah lama melihat setiap gerak-gerik Zelvin dari kejauhan sedari tadi. Gadis dengan bando melekat dirambut surainya itu segera pergi dari sana.

Sesampainya didepan sahabatnya, nafasnya terengah-engah akibat berlari, membuat semua sahabatnya menatap gadis itu bingung. Kemudian salah satu sahabatnya berbicara.

"Lo kenapa? Kaya dikejar hantu aja lari-lari."

"Ada apa? Masa ada hantu di sore sore gini, gak mungkin kan?" tanya gadis berlesung pipi.

"Kalian bukannya nyuruh gue duduk, malah tanya-tanya kaya wartawan!" kesalnya menatap kesal kedua sahabatnya itu.

Kemudian gadis berbando itu menceritakan apa yang ia tak sengaja dengar tadi. Membuat gadis yang sedari tadi mengamati gerak-gerik Zelvin hilang fokus, dan menajamkan matanya kearah gadis yang sahabatnya sebut tadi.

"Bjir lah, saingannya berat cuy." Gadis berlesung pipi itu dengan entengnya mengatakan hal tersebut tepat disamping gadis yang di panggil 'Sha' tadi.

"Anjing! Enteng banget mulut lo," komentar gadis yang memiliki banyak kewarasan diantara ketiga temannya, hanya dia dan gadis yang suka dipanggil 'Sha' tadi oleh temannya.

"Yo sepurane, lagi pula gak mungkin ketua kita bisa kalah dari si bocil dimabuk cinta itu." Jawab gadis itu dengan tenang.

Gadis bernama 'Sha' itu kembali mengalihkan pandangannya, dan kembali memandangi Zelvin, yang kini bajunya sudah terangkat keatas karena lelaki tersebut melompat untuk mencetak skor.

Disisi lain Dirga yang meminta izin untuk beristrirahat sejenak itu anteng mendengarkan ocehan atau pujian pujian yang adiknya berikan kepada sang sahabatnya sendiri. Andai adiknya tau bahwa lawannya sebenarnya bukan para penganggum Zelvin yang ada pada disekolah, namun lawan sebenarnya memang belum bisa menampakan dirinya.

"Tasya. A'a boleh tanya sama Tasya?" tutur Dirga lembut. Tasya hanya mengangguk-mengangguk kecil tanpa mengalihkan perhatiannya pada satu manusia indah ciptaan Tuhan.

"Boleh A, mau tanya apa?" balasnya sembari menoleh kearah Dirga sejenak, melihat Dirga mematung tanpa mengatakan dengan jelas dan detail membuat Tasya kesal sendiri.

"Buruan ih, A! Tasya lagi sibuk nih."

"Sibuk apa? Sibuk liat yang gak pasti ya dek?" goda Dirga dengan senyum jailnya, tak lupa tangannya mencolek-colek lengan adiknya.

Tasya menatap kembali Dirga, memukul lengan Dirga dengan perasaan dongkol. Sang abang memang halal untuk dipukul. Karena menghancurkan hatinya, tapi dibalik itu semua Dirga juga sebagai  abang untuk Tasya juga ikut was-was, takut adiknya itu patah hati saat tau kenyataan sebenarnya.

"Udah pernah cinta sama orang yang gak pasti dan beda agama belum dek? Jangan ya dek ya. Sakitnya melebihi putus cinta, loh,"

"A?! A'a suka banget sih liat aku kesel gini, dasar abang jahat!" kata Tasya sembari memukul-mukul kecil Dirga dengan tangan mungilnya.

"Iya deh iya, A'a jahat. Tasya baik."

"Tasya gak bilang tuh kalau Tasya baik," ujar Tasya mencubit lengan Dirga dengan kekehan kecil.

Saat bersama Dirga dunia Tasya aman, bersama sang abang dia terlindungi, walau diluar Dirga ini suka jail, namun percayalah bawa Dirga Yezhikel Mahatma. Seorang abang yang baik dan selalu memperhatikan suatu hal kecil dari Tasya. Sosok abang yang sangat menyayangi Tasya melebihi apapun.

Tasya tertawa ketika Dirga mengadu sakit saat dicubit, cubitan maut oleh Tasya, ditengah-tengah tawa Tasya, Zelvin tiba-tiba muncul ntah dari mana dia datang. Membuat pipi Tasya bersemu merah, untung saja dia segera menetralkan ekspresi secepat mungkin.

"Lagi apa nih? Keknya seru banget gue liat-liat?" tanya Zelvin mendaratkan bokongnya disamping Dirga, jadi posisi mereka sekarang, Dirga ditengah-tengah keduanya.

"A-a itu kak, tadi A Dirga jail sama aku. Jadi aku cubit deh." Jawab Tasya gugup. Zelvin memangut-mangut dengan senyum manisnya, membuat jantung Tasya seperti lari maraton. Berdegup kencang sekali, perut Tasya seperti ada ribuan kupu-kupu yang menggelitiki perutnya.

"Lo gak gabung sama mereka?" tanya Dirga menaikan kedua alisnya, pasalnya Zelvin kemari disaat semua orang disana sedang berlatih.

"Capek, Dir. Mau istrirahat dulu."

Dirga hanya memangut-mangut paham, Tasya melirik Zelvin diam-diam. Wajah Zelvin memang pucat hari ini, bahkan bibir lelaki itu kering. Tubuhnya juga mulai kurus. Membuat Dirga dan Tasya sama sama menatap Zelvin dengan tatapan khawatir.

"Ih kakak kenapa?! Kok pucet gitu?" tanya Tasya dengan kekhawatiran yang melanda. Dirga juga menatap khawatir Zelvin.

"Lo gapapa, Vin? Kalau capek seharusnya tadi lo chat gue, biar gue bisa izinin lo biar gak ikut latihan."

"Gue gapapa, kalian jangan khawatir gitu sama gue." Zelvin menarik bibirnya, membentuk sebuah senyuman tipis. Ditengah-tengah dia seperti ini, ternyata masih ada yang memperhatikan dirinya, membuat Zelvin merasa bahagia.

Sungguh seumur hidup ia tak pernah diperhatikan oleh sang Papah. Membuat dia kehausan kasih sayang akan segalanya. Namun bersama ALGRAVA dirinya merasa di hargai, diperhatikan dan di anggap. ALGRAVA sudah seperti rumah keduanya. Di era semua orang rumah mencampakan dirinya. Ia sangat bahagia bisa menjadi bagian ALGRAVA.

⛓️⛓️⛓️

2 Agustus, 2024.

Tasya kamu lucu banget, ada yang pernah jatuh cinta kaya Tasya? Cinta dalam diam? Maaf ya Tasya, Zelvin sebenernya udah ada istri. Istrinya yang baca nih, alias bObaders 💋

Long text buat Zelvin dong....bOb, bocah tampan sedang capek tuh. Masa gak disemangatin. Kalian suka karakter siapa nih di Secret Admirer? Comment ya sayang-sayangkuu

Secret Admirer [OTW TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang