Disisi lain Himana mendengar teriakan yang menggema diseluruh massion, para maid disana tak berani mendekati Zelvin. Terkecuali pengabdi setia keluarga Aldaran─ siapa lagi kalau bukan Pak Nanang serta Bik Nunung. Kedua paruh baya itu sedari tadi mencoba menenangkan Zelvin sebisa mungkin.
"Gak! Aku gak bunuh, Bunda! Ini murni kecelakaan. Bukan Zelvin yang bunuh Bunda, Pah." Teriak Zelvin histeris. Tangan cowo itu tak berhenti memecahkan barang-barang antik di massion Himana.
Ketika Himana sampai didepan Zelvin, Pak Nanang serta Bik Nunung membungkukan badan hormat. Himana tersenyum untuk menanggapi keduanya. Gadis itu berjongkok dihadapan Zelvin, memeluk raga Zelvin erat. Dia menciumi puncak kepala Zelvin secara perlahan dengan beberapa kali.
"Kamu hebat. Apapun yang terjadi di masa lalu, kamu gak salah. Kamu hebat bisa bertahan sampai dititik ini. Heroku hebat. Always hebat." Tuturnya lembut.
Zelvin memeluk erat Himana. Rasa takutnya terasa pudar jika berdekatan dengan gadis itu, rasa sakit, trauma serta luka lama akan terlupakan jika dia berada didekat Himana. Himana adalah bahagianya. Namun Zelvin selalu menjadikan Himana rumah sementara, tanpa memikirkan perasaan gadis tersebut.
"B-bukan gue kan yang bunuh, Bunda? Bukan gue kan pelakunya? Bilangin ke Papah kalau gue bukan pelakunya." Dia berusaha bernafas sejenak, namun rasa bersalah masa lalu telah menguasai diri lelaki itu. Membuat pikirannya sama sekali tak tenang.
"Kamu bukan pelakunya─"
"Are you sure, Na? Gue gak salah kan? Gue bukan yang bunuh Bunda, kan? Lo percaya sama gue atau Papah gue?" ujarnya semakin tak karuan. Himana menganggukan kepala, ia mengelus punggung tegap lelaki itu dengan penuh kasih sayang. Ntah apa yang terjadi dengan masa lalu Zelvin. Ia pun sama sekali tak tau.
Himana menuntun Zelvin, mendudukan lelaki itu disofa. Serta menatap Zelvin khawatir, gadis tersebut menoleh lalu mengkode Pak Nanang agar segera melalukan tugasnya.
Zelvin mengacak rambut prustasi, jiwanya merasa sudah terganggu. Terlalu dalam memikirkan masa lalu yang sangat kelam, membuat dirinya semakin terpuruk. Dia beberapa kali mengucapkan, dia tak gila! Dia hanya takut. Iya dia hanya takut hal tersebut akan terjadi kembali.
"ARGHH SIALAN! Kenapa gue yang selalu dianggap gak ada?! Salah gue apa! Gue juga manusia─gue juga butuh kasih sayang sosok Papah. Kenapa selalu gue, Na? Gue dianggap gak ada. Gue hanya sekedar dianggap sebagai robot, benalu dalam hidup Papah," isakan lelaki itu terdengar pilu, nafasnya naik turun ketika menceritakan keluh kesahnya. Kedua bola mata tajamnya sudah digenangi oleh air mata. Tatapan penuh luka itu, kenangan buruk itu dengan seenaknya. Membiarkan Zelvin untuk terpuruk selamanya.
Zelvin meneruskan ucapannya dengan nada terputus-putus, menambah kesan memilukan untuk gadis itu, "Na. Lo gak akan pergi, kan? Lo gak akan buang gue, kan? Semisal gue udah gak guna? Lo─"
"Shutt.. Diem! Aku gak akan pergi. Aku bakal jagain kamu, aku gak akan buang kamu. Jangan merasa sendirian, Zev. Ada aku, ada anak Algrava yang selalu suport kamu. Aku tau ini berat buat kamu, tapi kamu pasti bakal bahagia. Aku yakin itu."
"When will it happen? Kapan, Na? Lo gak akan tau kapan gue bahagia kan? Orang-orang cuman tau gue selalu dimanja, dituruti apapun sama Papah dengan fasilitas mewahnya, apa lo juga mikir gitu?"
"...."
"Gue diperlakukan gak adil...padahal gue juga manusia kan. Na?" lirihnya menunduk, air matanya mengalir deras. Kepalanya terasa berat, namun dia harus menahan, menanggung semua itu sendirian.
Tak ada pelukan hangat dari sosok Papah yang katanya menjadi sosok figuran untuk semua anak. Tetapi untuk Zelvin? Apa sosok figuran Papahnya bisa membuat Zelvin merasa nyaman dan merasa disayang? Tidak. Sosok figuran Papah dipikiran menghilang, papahnya hanya bisa mematahkan semua impian yang dia cita-citakan.
Papah yang seharusnya mendukung anaknya, malah membuat anaknya merasakan luka yang tak bisa terobati. Dia muak! Sangat muak. Rasanya ia ingin berlari kearah jembatan dan ingin berteriak sekeras-kerasnya mengadu kepada Tuhan bahwa dia benci kepada sang Papah!
"...."
Himana mematung dalam diam. Perisai yang dikenal humoris, selalu membuat orang tertawa kini menunduk meneteskan beberapa kali air mata dengan nada sendu dan penuh kepiluan. Relung hatinya tersentuh. Jangan pernah tertipu dalam cover seseorang! Dibalik semua itu pasti seseorang tengah memikul beban berat.
"Lo juga nganggep gue gitu. Na? Lo percaya kalau gue bahagia? Lo percaya kalau selama ini gue gak pernah punya beban hidup?" katanya melirihkan nada. Himana menggeleng, lidahnya terasa kelu untuk sekedar berbicara. Bahu Zelvin bergetar hebat.
Kedua telapak tangan lelaki itu menutupi seluruh wajah Zelvin. Terasa sakit, dada Himana terasa sakit melihat Zelvin lemah seperti ini. Himana meremas kuat rok yang ia kenakan. Mendekati Zelvin, lalu duduk disamping lelaki tersebut dengan hati-hati.
"Kenapa lo diem? Lo percaya kan?" ucapnya terkekeh kecil.
Himana menarik Zelvin kedalam dekapannya, lelaki itu terpaku. Tak tau harus bagaimana. Dia menyandarkan kepalanya didada gadis tersebut, nyaman. Pelukan yang ia inginkan dari sosok kedua orang tuanya.
"B-bunda udah gak a-ada, Na. Gue sendirian. Dulu waktu mendiang Bunda masih ada, gue dibela mati-matian dari Papah. Bunda selalu ada buat gue. Sedangkan Papah cuman bisa hancurin mental gue."
"Papah jahat sama gue, dia terus terusan hancurin mental gue. Dengan berbagai cara, gue berdiri kembali sendiri. Gak ada yang belain gue lagi, Bunda udah pergi, Bunda gak akan pernah kembali. Bunda lebih milih buat gak ketemu sama gue lagi. Na," ulangnya dengan nada yang sama.
Zelvin mengeratkan pelukan pada pinggang ramping Himana. Menenggelamkan kepalanya pada dada gadis itu, apa dia berhak bahagia? Jika Himana sudah tau seluk beluk lukanya akankah dia pergi? Ketakutan terbesar Zelvin adalah dengan kepergian. Walau lelaki itu tau bahwa ada pertemuan ada perpisahan.
"Papah pengen banget gue mati. Kata Papah gue hidup juga gak guna, gue dianggep beban. Semenjak Papah nikah dan Bunda pergi dari sisi gue, Papah udah berubah. Dia lebih milih Galaksi. Galaksi segalanya bagi Papah," sambungnya kembali. Hatinya terasa nyeri mendengar penuturan lelaki yang berada didekapannya itu, ternyata yang lebih banyak tertawa dialah yang paling mempunyai lebih banyak beban hidup.
"Kalau Galaksi segalanya, kamu juga segalanya bagi aku. Zev...kamu Ciptaan Tuhan yang selalu bikin aku bersyukur setiap harinya. Kalau Papah kamu selalu bela Galaksi─ada aku buat kamu, aku bakal bela mati-matian kamu, seperti Bunda kamu membela. Aku Bunda kamu, kamu gak akan sendirian lagi," tuturnya tulus.
Terkadang hidup memiliki banyak rintangan. Namun dibalik semua itu ada Tuhan Yang Maha Esa, Maha Adil. Tuhan tau mana yang baik mana yang buruk. Karena Tuhan tak pernah tidur, Tuhan sayang semua makhluknya. Semoga kedepannya Himana akan terus menemani lelaki itu untuk melupakan kenangan buruk di masa lalu kelamnya.
⛓️⛓️⛓️
25 July, 2024.
Pendapat kalian untuk part ini?? Silahkan comment, kalau ada saran dan kritik boleh ditulis ya. Asal dengan kata-kata yang sopan.
Dsni saya masih belajar. Bukan penulis terkenal/sudah bisa menerbitkan buku seperti author lain. Namun saya berdoa agar saya bisa mengikuti jejak mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer [OTW TERBIT]
Novela JuvenilMenceritakan seorang remaja berstatus pelajar memiliki kehidupan yang sulit ditebak. Dia juga memiliki trauma berat, akibat terjadinya tindakan keras dari sang papah, kata orang papah adalah rumah untuk semua anak. Lalu bagaimana untuk Zelvin? Ia se...