11. Kebaikan

20 9 0
                                    


Himana mengunyah permen karet, sesekali dia melihat ponselnya, tanpa dia sadari ia hampir menabrak seseorang. Ia membelakan mata, serta keluar dengan kepanikan yang menyerang. Lelaki yang ditabraknya ternyata mempunyai kekurangan, dia buta. Ia tak bisa melihat. Membuat Himana mematung ditempat, lelaki itu meraba-raba tongkat yang sudah patah rusak. Akibat terpelindas ban mobil.

Lelaki itu menangis tersendu-sendu, kehilangan tongkat yang sangat berharga dan berguna untuk melangsukan kehidupannya. Himana berjongkok tepat didepan lelaki itu, walau dia buta. Ternyata lelaki itu cukuplah tampan. Namun Himana lah tetap Himana, gadis yang sangat bucin dengan Zelvin tak akan berpaling kepada orang lain.

"Na-ren." Lirih orang dibelakang Himana. Gadis itu menolong lelaki yang hampir ditabrak Himana, pelan-pelan. Setelahnya gadis tadi mendudukan lelaki buta tadi dipinggir trotoan.

"Maaf kak telah kecerobohan pacar saya. Saya akan mengganti kerugian yang telah diperbuat Naren." Gadis itu mengeluarkan uang receh dan menghitungnya sambil berjongkok. Himana mencengkal tangan gadis itu, seharusnya dia yang bertanggung jawab. Karena gara-gara dirinya teman gadis tersebut telah kehilangan tongkat berharganya.

"Sorry gue gak sengaja nabrak temen lo. Disini gue yang salah, so...seharusnya gue yang tanggung jawab."

"Gak kak! Temen aku tadi main sama aku tapi aku lalai buat jaga dia. Ini bukan salah kakak, ini salah aku." Ayyara─ Ayyara Meshazara. Nama gadis itu. Dia bahkan bersujud-sujud didepan Himana. Karena Ayyara tau bahwa mobil yang Himana gunakan adalah mobil berharga yang harganya sangat mahal.

Himana berjongkok, memegang bahu Ayyara, memaksa Ayyara berdiri dari sujudnya. Himana tersenyum tipis. Dari tatapan Ayyara Himana tau bahwa gadis tersebut telah dilanda ketakutan. Apa dia takut dengannya? Padahal dia yang salah disini. Apa karena mobil yang ia kenakan, hanya karena bermerk dan mahal?

"Ini bukan salah kamu." Himana tersenyum manis kearah Ayyara serta tak lupa menatap lawan bicaranya.

"Maaf kak, jangan tuntut kami. Kami gak ada uang. Makan saja kita harus memulung supaya bisa membeli makanan," katanya seraya meraih tangan Himana, mengenggam kedua tangan Himana. Raut wajahnya sangat ketakutan seolah-olah Himana akan menutut mereka.

Himana menjawab, "saya gak akan menutut kamu. Disini saya yang salah, so... saya akan bertanggung jawab untuk kerusakan tongkat teman kamu."

"Gak kak! Gak usah. Kami bisa beli lagi kok, yang penting mobil kakak dan Naren gak kenapa-kenapa gitu aja udah bikin saya lega," kata Ayyara dengan kekehan ringan.

Himana menggeleng, mengeluarkan dompet, mengambil beberapa lembar uang merah, lalu menyodorkan kearah Ayyara. Ayyara menggeleng kuat, matanya membelalakan mata shock melihat beberapa lembar uang merah yang telah disodorkan Himana.

"Terima. Saya tidak ingin kamu menolak kebaikan saya, jika kamu tidak ingin dihantui rasa bersalah, karena telah menolak rezeki dari Tuhan." Gadis itu meraih tangan Ayyara. Meletakan beberapa uang berwarna merah ditelapak tangan Ayyara, kemudian Himana menutup telapak tangan tersebut. Membuat Ayyara tak enak hati dengan Himana.

Naren yang mendengarnya pun ikut terharu. Tanpa tongkat dia kehilangan arah dikarenakan kekurangan yang tak bisa ia hindari, kekurangan yang tidak bisa dia lepaskan dari dirinya. Bagaimanapun dia berusaha, dia akan tetap menjadi Naren─ laki-laki tunanetra berstatus miskin, alias tak memiliki kehidupan yang berkecukupan.

"Makasih kak, makasih banyak. Semoga kebaikan kakak akan dibalas oleh Tuhan, maafkan kami telah merepotkan kakak."

Himana tersenyum samar. Mengamati wajah Naren dalam diam, "saya tidak merasa direpotkan oleh kalian."

"Ouh ya, saya harus pergi dulu. Sampaikan salam maaf saya kepada teman kamu. Saya benar-benar tidak sengaja atas kejadian ini." Lanjutnya. Dia menatap jam tangan berharga 3jt pada tangannya, namun tiba-tiba ponsel Himana berbunyi, Ayyara yang tadinya ingin menjawab tetapi tidak jadi.

"Hallo non. Tuan muda kembali berteriak seperti tadi, non. Dia memanggil nona sedari tadi."

"Baik Pak. Saya akan pulang ke massion, tolong tenangkan dia, dan ulur waktu kalau perlu dia ikat dulu. Biar gak buat kalian repot."

"Baik non." Suara pecahan barang-barang terdengar dari ponsel Himana. Ayyara sedikit mendengar teriakan seseorang dengan samar, orang tersebut berkata 'Bukan aku yang bunuh! Bukan aku' Himana mematikan sambungan tersebut, lalu menatap Ayyara.

Himana memasuki mobil, gadis itu menyembulkan kepala dijendela mobil serta berbicara, "saya harus pergi dulu. Sekali lagi saya meminta maaf atas kejadian dan karena saya teman kamu kehilangan tongkatnya."

Ayyara membungkukan badan. Serta tak lupa melambaikan tangan dengan senyuman terbaiknya. Naren meraba-raba sekitarnya, Ayyara mendekati Naren, berjongkok dihadapan lelaki itu yang kini gadis tersebut lakukan.

"Kamu gapapa kan? Ada yang luka?" tanyanya lembut sembari meraih kedua tangan Naren khawatir.

"Naren baik-baik saja. Aya, jangan marah sama Naren, ya? Maafin Naren karena kecerobohan Naren. Jadi buat Aya repot."

Ayyara menggelengkan kepala walau orang dihadapannya tidak melihat pasti gerakan yang ia lakukan. Naren memiringkan wajah, wajah lugunya terlihat sangat lucu. Sampai Ayyara gemash sendiri menatap tingkah cowo itu.

"Naren gak bikin, Aya. Repot kok, Naren itu anugerah terbaik buat Aya yang dikirim Tuhan. Aya seneng Naren senyum dan bahagia seperti tadi. Ini bukan salah Naren, ini salah Aya, yang lalai jaga kamu."

"Aya takut seandai kakak tadi nabrak Naren. Aya takut permata berharga, Aya hilang...aya takut banget," ujarnya dengan nafas memburu. Keringat membanjiri pelipis gadis itu, tangannya gemetaran. Naren meraba-raba mencari tangan Ayyara, kemudian cowo tersebut menangkup kedua pipi Ayyara dengan berkata.

"Naren gak akan pergi ninggalin Ayya secepat itu, percaya sama Naren, ya? Naren akan selalu ada buat Ayya. Dimanapun Naren nanti berada, ingatlah Naren akan menjaga Ayya. Seperti Ayya menjaga, Naren." Ayyara meneteskan air mata terharu, gadis itu tersenyum manis kearah Naren.

"Ayya senyum ya kearah Naren?" tanyanya diselingi kekehan kecil. Ayyara mencubit lengan cowo itu, bahagia Ayyara ada di Naren dan begitupun bahagia Naren berada di Ayyara. Keduanya seperti permata yang menjaga satu sama lain.

⛓️⛓️⛓️

23 July, 2024.

Ku selingi sama part Ayyara dan Naren, sebelum konflik datang kepada couple gemesh kita.

Comment buat Himana dipart dia pas berani bertanggung jawab dengan hati malaikatnya? Bangga banget sama Himana🤩🤩

Weh kalian ada yang berharap gak SA bakal terbit gitu??? Kalau bisa terbit kalian jangan lupa beli yaww bOb..seandai. Berandai andai dulu lah ya siapa tau beneran wkk

Secret Admirer [OTW TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang