7. Takut kehilangan

28 15 7
                                    


"Makan siang udah siap. Kamu ganti baju dulu, terus cuci tangan. Keruang makan."

"Buat Pak Nanang panggil yang lain. Biar ikut serta makan kami berdua, tak baik jika kami berduaan sendirian. Karena bukan mahram nya." Lanjut Himana. Pak Nanang mengangguk patuh. Segera pria paruh baya itu pergi dari sana, dan melaksanakan perintah nona muda Aldaran.

Sedangkan Zelvin sudah ke kamar Himana untuk mengganti pakaiannya. Himana masih menggunakan ampron, dirinya tengah sibuk berkutat dengan beberapa masakan yang belum matang.

Tangan kekar Zelvin menelusup diperut gadis itu. Membuat Himana meneguk ludahnya dalam-dalam. "Pengen hug."

Himana menghembuskan nafas, guna menetarlkan rasa gugup. Tanpa dia sadari gadis itu meremat pisau tajam. Bahkan sampai tangannya meneteskan darah segar. Zelvin meletakan kepala pada bahu Himana. Memejamkan mata, menikmati kenyamanaan yang ada pada dirinya.

"Lo belum selesai-selesai? Gue udah laper pengen makan lo." Bisiknya jail seraya mengelus lembut perut Himana yang dipeluknya.

Otak Himana tak sikron! Terlalu gemesh dia sama berondong itu. Zelvin yang tak digubris pun melepaskan pelukannya, namun ia sadar bahwa ada cairan kental merah menetes ditangan Himana pun membelalakan mata.

"Woi! Woi! Itu tangan lo berdarah anjing." Pekik Zelvin segera meraih tangan Himana. Menghidupkan kran air, membilas luka Himana dengan perlahan. Gadis itu hanya berdiam diri dan tersenyum samar manis melihat cowo tersebut terlihat panik.

Zelvin telaten membersihkan luka Himana, serta mengobati luka gadis itu. Tak lupa Zelvin memperban tangan Himana yang sebelah kiri. Wajah cowo itu terlihat sangat tampan jika dalam mode serius, bukannya Himana takut. Dia malah mengigit bibir kecil, karena Zelvin terlalu menggemashkan.

Zelvin mendongak, tubuhnya memang dia bungkukan sedikit karena tak mungkin dengan tubuh yang 190 Cm tak memungkinkan dia mengobati sambil berdiri tegak. Himana dan dia yang pastinya tinggi cowo tersebut. Akan tetapi kalau umur masih Himana pemenangnya. Tatapan mereka bertemu, mereka berdua melemparkan senyuman tipis andalan masing-masing.

"Lo kebiasaan deh! Kalau masak itu fokus bukan ngelamun gak jelas. Lo mau bunuh diri? Seandai gue gak liat tadi gimana? Mau jadi berkedel tangan lo!" omelnya seperti ibu-ibu yang sedang memarahi anaknya. Namun Zelvin berbeda, ia mengomel karena khawatir akan gadis itu. Tak bermaksut memarahi, dia hanya khawatir.

Himana menatap mata Zelvin yang sudah berkaca-kaca. Hati Himana tersentuh. Ia rindu dengan sosok Zelvin yang seperti dulu. Jujur saja dia sangat merindukan lelaki itu. Himana yang tak tega pun segera mendekap lelaki tersebut sambil membelai rambut Zelvin dengan penuh kasih sayang.

"Ka-lau sampai gue gak liat lo gimana tadi? Gue gak mau kehilangan lo. Gue cuman punya lo didunia ini. Gu─" Tangisannya berubah menjadi tersendu-sendu. Hati baja nya akan seperti hello kity ketika bersama Himana. Dia terlalu nyaman dengan kehadiran gadis itu. Ia bahkan menyebut Himana gadis keberuntungan. Karena bersahabat dengan Himana membuat hatinya merasa sdnang, tak seperti dirumah.

"Shutt...udah diem ya? Aku gak akan pergi ninggalin kamu. Aku bakal tetap disini. Jangan mikir aneh-aneh." Balasnya sembari mengusap buliran putih bening dikelopak mata hitam Zelvin. Lelaki itu memeluk Himana erat seakan takut ditinggal untuk selamanya pada kenyataannya Himana sampai kapanpun tak akan meninggalkan Zelvin.

"Bener?" jawab lelaki itu mendongakan kepala. Hidungnya mancungnya menjadi merah, mata nya juga masih tersisa air mata. Zelvin mengucek mata nya. Himana menggeleng-gelengkan kepala.

Bibi Nunung dan Pak Nanang yang sedari tadi melihat pemandangan tersebut menjadi senyum-senyum sendiri. Tanpa keduan insan itu sadari para pekerja massiom sudah berkumpul berdiri mematung dihadapan Himana dan juga Zelvin.

Nathan bersuara membuat adegan romantis itu menjadi hancur seketika. "Non."

Yang lain memukul kecil Nathan, karena Himana dan Zelvin menatap mereka malu-malu. Kalau kata Bik Inem sih acara romantis gratis jangan sampai dilewatkan.

"Yeuh! Koe iki ganggu adegan romantis nona muda wae!" protes cowo disamping Nathan. Jamal adalah anak sulung dari Pak Nanang dan Bik Inem, sedangkan Nathan anak bungsu dari kedua pasangan tersebut. Bik Nunung dan Pak Nanang memang dari jawa. Jadi logat jawanya pasti turun temurun.

Nathan menjawab dengan cengengesan. "Nggih sepurane mas...weteng e kulo sampon ngelih, arep mangan."

"Na. Mereka ngomong apa sih? Gue gak ngerti." Tanya Zelvin linglung. Karena dia memang asli jakarta, jadi jangan heran kalau ia tak bisa sepuluh persen pun bahasa jawa. Kalau Himana memang campuran orang jawa. Jadi gadis itu tau apa yang diobrolkan anak-anak artnya.

Himana tertawa melihat wajah polos Zelvin. Yang lain juga ikut ketawa, Zelvin menatap mereka heran. Apa yang salah? Kan dia hanya bertanya tentang obrolan Nathan dan Jamal. Mentang-mentang dirinya tak bisa bahasa jawa! Zelvin menatap Himana yang masih tak berhenti dengan tawa nya. Membuat cowo itu kesal.

"Hahaha Mas Zelvin boten bisa bahasa jawa? Kulo buka kelas tutorial belajar bahasa jawa. Mas Zelvin mau daftar? Murah kok Mas. Cuman 1jt, jenengan gelem nopo boten." Nathan kembali menggunakan bahasa jawa membuat Zelvin kembali tak paham. Rasanya dia ingin pergi keplanet agar membuat dunia sendiri dengan pasangannya kelak. 

Jamal menasehati sang adik jahanamnya, "jogo omonganmu Dek! Sen sopan kaleh mas Zelvin. Mas Zelvin memang asli orang jakarta, ojo dicemoh mok pekoro gak iso bahasa jawa." Tegur Jamal.

Jamal menjewer telinga Nathan. Karena adiknya itu sangat memalukan, kalau sampai Zelvin tau artinya bisa didepak ke kandang singa si Nathan. Tingkah Nathan yang blak-blakan juga membuat Bik Inem geleng geleng kepala. Pak Nanang selaku kepala keluarga mereka meminta maaf atas perlakuan anak bungsunya.

Pak Nanang menatap tak enak pada Zelvin, "maaf den Zelvin atas ketidak lancangan anak saya."

"Iya Pak. Lagi pula saya gak ngerti apa yang dibicarakan anak Bapak." Ungkap Zelvin memangut-mangutkan kepala. Himana menyuruh mereka semua duduk dan segera melaksanakan acara makan siang. Zelvin melirik sesekali Himana, dia memang bodoh dalam bahasa jawa. Padahal sahabatnya itu orang jawa.

Seharusnya dia mengimbangi Himana. Zelvin menatap makanan yang berada didepannya tak selera, ia terus memikirkan agar bisa mempelajari bahas jawa bagaimanapun cara nya. Himana tau bahwa Zelvin tengah memikirkan tadi.

⛓️⛓️⛓️

8 July, 2024.

GOod night all, malem-malem update nih, karena baru sempet setelah menjalani aktivitas yang lelah ini. Maaf jika alurnya kurang bagus/jelas, tenang aja akan direvisi ulang jika sudah ada waktu nya kok.

How's your day bOb?? Semoga hari kalian menyenangkan selalu, semangatin saya dong untuk hari ini lelah bgt🤐🤐

Secret Admirer [OTW TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang