15. Zelvin muak

15 7 1
                                    

Hari ini adalah hari wekkend hari dimana murid semua berbahagia, karena bisa menghabiskan hal yang banyak dirumah. Tidak bagi laki-laki bernama lengkap Zelvin Pangestu, cowo itu terlihat tak senang, dia takut rumah, dia tidak ingin pulang kerumah. Cowo yang terkenal humble dan pintar itu sering sekali menghabiskan waktu nya di sekolah, dia mengulur waktu agar dia tidak sampai cepat di rumah.

Rumah yang kata nya untuk orang berpulang, tidak bagi Zelvin tersendiri. Rumah adalah neraka bagi nya, sekali lagi rumah merupakan neraka bagi Zelvin. Karena dirumah Zelvin diperlakukan secara tidak adil, dia dibenci oleh orang tua nya, dia tidak di inginkan! Maka dari itu ia lebih memilih untuk menyibukan diri diluaran sana.

"Mom, Gala boleh minta uang gak? Gala mau nongkrong sama temen-temen," ujar Galaksi─ adik tiri Zelvin.

Galaksi William, cowo tampan yang kata nya idaman para kaum hawa. Galaksi terkenal sebagai anak biang rusuh di sekolah nya, dia di kenal banyak orang bukan dari kepintaran nya melainkan sebagai anak berandal. Pembuat onar itulah nama yang tersemat buat Galaksi dari Zelvin. Cowo yang sebagai Kakak tiri zelvin muak, dia sangat muak dengan tingkah Adik tirinya.

Gara gara dia semua menjadi rumit, seharus nya jalang. Ibu tiri nya, tidak hadir di hidup papah dan keluarga kecil nya! Mereka berdua pembawa sial bagi Zelvin. Dia sangat membenci adik tiri nya, menghamburkan uang, dan berbuat semena-mena itulah Galaksi william, cowo manja, dan sombong.

"Ck! Manja," cibir Zelvin melewati mereka berdua yang asik menghitung uang begitu saja.

"Apa maksut lo bilang gitu hah?! Lo ngatain gue manja?" ujar Galaksi tak terima.

"Iya, kenapa? Gak suka? Mau ngadu? Silahkan lagi pula gue udah kebal sama fitnah kalian," kata Zelvin berhenti sejenak seraya menoleh kearah adik tiri nya.

Galaksi mengahampiri Zelvin dan membogem wajah tampan Zelvin, memukuli wajah Zelvin tanpa ampun, Zelvin menendang perut Galaksi. Membuat cowo itu terpental, Sonya yang awal nya sedang menghitung uang kini terlonjak kaget.

Brak

Galaksi terpental jauh, dia mengantam dinding. Galaksi meringis kesakitan, "Mom mom, liat ka Zelvin! Dia jahat sama galaksi," adu nya disaat Sonya sesudah menolong Galaksi.

"Sorry, gue rasa pendengaran gue masih okey, gue gak salah denger? Lo manggil gue kakak? Hei apa pantas lo manggil gue kakak? Lo ga pantes sama sekali dan sekali lagi, sifat lo gak mencerminkan adik yang berakhlak dan beretika," ujar Zelvin jujur, cowo itu tersenyum simpul menatap sonya tajam.

"Zelvin! Kamu gak seharus nya kaya gitu ke─"

"Stop! Bitch, lo gak usah ngomong dan nasehatin gue lagi! Gue muak, mentang-mentang lo dibela papah gue lo jadi seenaknya ngatur hidup gue! Lo gak berhak, kalau lo mau belain anak lo yang jelas jelas salah silahkan. Gue capek gue mau istrirahat bukan nya ngeladenin jalang mata duitan kaya lo," amarah Zelvin tak terbendung, mata nya menatap tajam Sonya.

Sonya ingin kembali berbicara tapi Zelvin kembali berbalik dan pergi ke kamar nya sendiri. Lelaki itu membanting pintu keras, sampai Sonya terkelonjak kaget. Galaksi memandangi kamar Zelvin dengan tatapan sulit diartikan. Dia tersenyum penuh arti.

Didalam kamar Zelvin merebahkan tubuhnya yang lelah dikasur, berusaha memejamkan mata sebentar. Tangan lelaki itu meremat sprei, menahan amarah yang bergejolak didalam hati. Nafas panjang ia hembuskan dengan berat.

Bunyi ponsel terdengar dikedua rungu lelaki itu, segera dia raih dengan bermalas hati. Tanpa melihat siapa orangnya. Hatinya sedang tidak baik hati, membuat Zelvin menjawab dengan perasaan dongkol.

"Sayang─"

"Apa?!" ketusnya seraya memutarkan bola mata malas.

"Loh? Kamu kenapa?" ujar Kanara bingung─ Kanara Elliason Aldaran.

"Why? Cepetan! Gue gak mood," gerutu Zelvin.

"Gapapa, aku mau ngajak kamu jalan tapi─" ungkapnya kepada sang pacar. Zelvin segera mematikan sambungan tersebut, meletakan ponselnya diatas nakas. Membiarkan Kanara mengirim pesan beribu-ribu kali kepadanya.

"Sialan. Lo kira lo bisa nyingkirin gue? Papah masih butuh gue..."

"Seandai Papah gak butuh gue? Apa gue di buang begitu aja sama Papah? Apa Papah bakal butuh gue selamanya?" katanya berkata pelan, amat pelan. Nada terdengar tidak ada semangat sedikit pun.

"Gila! Itu gak boleh terjadi, gue harus bisa ambil hati dan perhatian Papah. Gue gak mau dibuang, gue masih butuh sosok Papah. Gue yakin Papah bisa berubah."

Kata-kata yang terus Zelvin ucapkan setiap harinya, lelaki pantang menyerah yang ingin dicintai, diperhatikan, disayang oleh sosok Papah. Kasih sayang yang di damba-dambakan oleh dirinya. Membuat dia buta akan perilaku, serta ucapan benci yang dilontarkan sang Papah setiap harinya.

Tak ada lelah dikamus Zelvin untuk mendambakan perhatian Papahnya. Dia berusaha untuk menjadi terbaik, dia bahkan rela ikut semua olimpiade, eskul, les dan lain-lain hanya karena ingin dipuji oleh Papahnya. Apapun ia lakukan untuk mendapatkan kasih sayang dari seorang Papah.

Ponsel bergetar kembali, Zelvin melirik sekilas. Lalu menggeser icon hijau keatas, "lo gak latihan, Vin?" tanya Gibran─ Gibran Arverick Davodka. Lelaki nomer dua yang dikenal friendly, dan random setelah Richo.

"Gue otw."

Setelahnya Zelvin mematikan sambungan secara sepihak, kemudian dia mengganti jaket berlambang Garuda disebelah kanan, dengan seragam khas basket. Tak lupa ia menyemprotkan beberapa kali minyak berharga puluhan juta itu ke berbagi tubuhnya. Sesudah dia bersiap-siap ia bercermin didepan kaca, menampilkan senyum manisnya.

Pandai mengekspresikan wajah, seperti Alaska sahabatnya, tak heran jika keduanya bisa memiliki kebiasaan yang sama. Alaska Devantara─ lelaki formal, berwajah manis, serta sikapnya yang ramah membuat semua orang terpikat akan pesonanya. Tidak lain adalah sahabat Zelvin.

Motor kesayangan Zelvin melaju dengan cepat, cuaca sore yang sangat mendukung membuat Zelvin sedikit tenang ketika angin spoi-spoi menerpa wajah tampannya itu. Maka sedari itu, dia tak memilih untuk menggunakan helm saat berkendara di sore seperti ini. Tanpa waktu panjang, Zelvin sudah sampai di sekolah. Ia turun dengan tas ransel yang berada pada punggung tegapnya.

Kulit sawo matang, mata elang, serta senyuman manisnya, membuat kakak kelas disana terpikat. Dia melangkah santai menuju lapangan basket, tak lupa earphone melekat setia di kedua rungunya. Inti ALGRAVA melambaikan tangan dengan antusias kearahnya.

"Sorry, gue telat?" tanyanya seraya melirik lapangan basket yang sudah terisi oleh beberapa kakak kelas.

Gibran mengedikan bahu, "maybe? Lo ngapain aja, baru dateng jam segini? Gue kira lo gak dateng."

Zelvin tertawa pelan, bibirnya terasa kelu untuk mengucapkan bahwa dia sedang tidak baik-baik saja. Hidupnya hampa─ tanpa kasih sayang sosok Papah, dia merasa kesepian, karena tidak mempunyai tempat bercerita.

⛓️⛓️⛓️

30 July, 2024.

Haii bOb, udah update lagi ya. Tolong ramaikan dengan spam commentnya dan votenya.

Bob, kalian mihak Galaksi atau Zelvin nih? Comment ya, butuh pendapat kalian, boleh dikasih saran/kritik biar bisa lebih bagus nulisnya💞

Secret Admirer [OTW TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang