Apa jadinya ketika dua manusia yang dulu bagai sepasang sepatu, berjalan bersama, tak dapat terpisah, melewati kelamnya pahit-manis waktu 3 tahun di SMA, bahkan saling bergantung satu sama lain. Tapi, kini mereka telah asing.
Dua manusia yang mulai memasuki fase sibuk dengan dunianya sendiri.
Mereka seasing itu sekarang?
Fardan Utama Respati, sang tokoh utama dalam cerita ini, dia merasa tidak seharusnya berada di antara momen menyakiti ini. Saat di suatu sore pada guyuran hujan yang tengah membasahi bumi ibu kota, ia terpaksa bertemu dengan TEMAN, ya TEMAN.
Itu yang selalu mereka katakan setiap kali orang-orang bertanya tentang hubungan spesial nya bersama seorang perempuan bernama Aliya Zafina Andrean.
KITA HANYA TEMAN.
Namun sekarang, perempuan itu didapatinya sedang bersama laki-laki lain. "Itu pacarnya Aliya?"
Jadi benar, mereka Hanya Teman Selamanya?
***
Happy Reading1- Halte
Air hujan merebak turun dari langit membasahi wajah ibu kota. Banyak kendaraan bermotor mulai mencari tempat berteduh. Tak luput beberapa masih melanjutkan perjalanannya, nekat menerobos jalanan raya yang sedang basah juga licin. Tetapi Fardan Utama Respati lebih memilih meminggirkan motor ducati nya ke halte, setelah melihat dari jarak 5 meter terdapat sebuah tempat berlindung yang bisa disinggahi.
(https://pin.it/26s87C0lj)
Dia mematikan mesin motornya, melepas helm, segera turun dan berlari kecil kesana. Ducati dan kaos polo lengan pendek berwarna hitamnya sudah setengah basah, menembus ke kulit badannya.
Laki-laki itu kemudian mendongak, menatap ke langit yang sedang menumpahkan deras air, menggosok-gosok permukaan kulit dari lengan sampai ke pergelangan tangannya yang sedang menggigil dingin. Fardan tumben tidak membawa jaketnya. Kebetulan ini jadi teramat menyiksa dirinya yang harus menahan hawa dingin yang menyelusup.
Sebenarnya Fardan juga baru selesai mengantar sepupunya pulang, setelah tadi pagi datang dan seharian main ke rumahnya. Sore hari pukul 5, sepupunya minta diantarkan pulang. Fardan memakai baju main seadanya dan sengaja tidak membawa ponsel. Dia berpikir, jaket dan benda itu tidak akan digunakan mengingat jarak tempuh ke rumah sepupunya tidaklah terlalu jauh. Perkiraan hanya 10 menit saja.
Lelaki berkulit kuning langsat itu juga tidak akan berhenti dimana pun dan akan segera pulang. Namun nasib malang, ternyata ia harus mendekam di halte ini.
Fardan mulai duduk, sendirian saja sampai menunggu hujan dapat redah. Percikan air akibat beberapa mobil yang mengebut bahkan telah menciprati motornya yang sedang terparkir di depan halte. Dia hanya bisa memperhatikannya dalam diam. Pikirannya sedang tertuju pada keinginan cepat pulang dan menimpahi kasur empuknya di rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
HTS- Hanya Teman Selamanya?
Short StoryTEMAN. Kisah dua manusia yang saling menyadari perasaan masing-masing, tapi selalu mengaku kepada publik kalau mereka hanya sebagai teman, sebatas teman, dan memang hanya teman. Yuk lanjut klik baca untuk mengetahui kisahnya ....