2- Reuni

10 3 0
                                    

Selesai menunaikan salat Isya, ponsel yang menganggur di atas nakasnya bisa Fardan sentuh. Membuka lockscreen yang menampilkan foto motor ducati hitam nya, lalu menyalakan data seluler yang mengundang beragam pesan dari aplikasi masuk ke panel notifikasi.

Dengung nada pesan yang saling beradu, membuat kebisingan dari benda persegi panjang itu kini mendominasi di ruang tidurnya. Fardan juga akan membiarkannya dulu, menaruh kembali ke tempat semula sembari akan membereskan kamarnya yang sudah berantakan karena ulah adik sepupunya yang bermain seharian di kamar.

Buku-buku yang berserakan, bekas makanan yang lengket di lantai, laptopnya juga terdampar begitu saja di dasar lantai karena melayani sepupunya yang berusia 8 tahun untuk menontoni film kartun terbaru.

Sebagai kakak sepupu terbaik, apa yang tidak untuk adiknya, kan?

Lagi pula hanya Ibra yang menjadi adiknya karena sepupu yang lain memiliki umur di atas Fardan, bahkan ada yang sudah menikah dan memiliki anak. Fardan statusnya memang sudah menjadi uncle sekarang.

Meski pada akhirnya kesabaran lelaki itu telah mencapai batas, ia mengomel sendiri bagai orang tak waras di kamar sambil kedua tangannya sibuk kesana-kemari mengangkat barang-barang yang berantakan ini.

Dia memarahi 'bocah kematian' yang jelas-jelas sudah diantarkannya pulang tiga jam lalu.

"Astaghfirullah, Ibra. Jelek banget kamar kakak gara-gara kamu."

"Awas aja kalau kesini lagi, nggak kakak biarin masuk kamar!"

"Kamar serapi ini harus diberantakin sama bocah yang tau nya ngerusuh doang."

Meski ibunya nanti mendengar omelan Fardan dari luar, tapi wanita itu tidak akan pro kepadanya. Ibra yang pasti akan lebih ibunya bela daripada anak sendiri. Fardan sudah paham betul akan itu.

Selesai. Fardan kembali fokus untuk mengambil ponselnya. Duduk di atas kasur sambil membaca pesan paling atas yang pertama kali berhasil ditangkap oleh indera penglihatannya.

"Dan, aktif coy. Baca grup!"

Fardan membaca pesan masuk yang dikirim oleh teman SMA-nya bernama Noah. Pesan yang dikirim pukul 17.15 lalu, adalah waktu saat Fardan terjebak di halte. Dia memang sama sekali tidak bersama dengan ponselnya pada pukul itu.

Lelaki yang saat ini memakai piyama Navy itu mulai membuka grup angkatan yang dimaksud oleh Noah. Menilik satu per satu pesan yang panjang, beragam umpatan kasar juga mendompleng ruang grup yang suci ini karena perdebatan yang terjadi.

Keseluruhan dari huru hara di grup dapat Fardan simpulkan, kalau mereka membahas tentang rencana pertemuan angkatan.

"Reuni."

Fardan sambil menarik napas ketika membaca satu kata itu. "Reuni nya minggu depan. Tapi aku kan, ada jadwal bimbingan PKM."

Lelaki itu mulai kebingungan, antara menyempatkan diri untuk mengikuti reuni dan tetap aktif bimbingan, ataukah tidak menghadiri salah satunya. Kedua momen itu sangatlah penting dan berharga baginya.

Denting satu pesan WhatsApp lantas menyadarkannya lagi. Fardan mengecek notifikasi terbaru dari grup angkatan, Aliya Zafina Andrean. "Tempatnya udah tau mau dimana?"

Selang kemudian, ada balasan dari teman-teman lain. Salah satu yang membuat Fardan salah fokus disaat info grup sedang menampilkan keterangan Noah typing.

'Angkatan 21 Smanglan'

Aliyaaa
|Tempatnya udah tau mau dimana?

0822********
|Ngikut deh.

HTS- Hanya Teman Selamanya?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang