Pertandingan dimulai. Tim dari dua Universitas berbeda akan berlaga sore ini, memperebutkan score unggul untuk menjadi pemenang pada olahraga pekan ini. Aliya sudah menempatkan diri di tribune bersama lautan penonton lainnya. Tim jersey hitam dan jersey merah kini sedang mengisi lapangan hijau disana.
Sejak tadi titik fokus pandangnya ada pada tim jersey hitam, terkhusus pada laki-laki dengan nomor punggung 15. Pertandingan sudah berlangsung cukup sengit, dua tim bermain sangat terbaik. Sekarang pun penguasaan bola ada di tim Universitas Dharma Satya. Saling mengoper bola, menggiring, hingga menghalangi arah bola ketika lawan ingin merebut.
Lantas giliran Fardan yang mengumpan ke satu teman timnya, sejarak tiga meter saja untuk temannya melakukan tendangan ke gawang lawan.
GOL!!!
Berhasil, bola masuk tepat ke dalam jaring. 1-0, diperoleh score pertama untuk Dharma Satya. Aliya ikut bertepuk girang bersama suporter lain dari Universitas Fardan.
Pertandingan berlanjut. Penguasaan bola berhasil diambil lagi oleh tim jersey hitam. Sorak-sorak dari suara pendukung tengah menyeruak ke udara, memburu semangat jagoannya agar berkiprah dengan baik di lapangan hijau disana.
Namun, tiba-tiba satu pemain terjatuh. Sontak Aliya bangun dari duduknya, meneriaki nama Fardan yang tampak meringis karena dicurangi oleh lawannya.
“Dan, kalau lo keluar gapapa.” Itulah yang dikatakan satu teman tim Fardan yang bisa Aliya tebak. Tetapi laki-laki dengan nomor punggung 15 itu menggeleng, kemudian menoleh ke arah seorang gadis yang sedang mengkhawatirkannya di tribune.
Fardan memberi senyum, perlahan bangkit dengan dibantu oleh uluran tangan temannya tadi. Nama di jersey-nya tertera Dipta. “Gue gapapa, Dip.” Fardan meyakinkannya. Lalu kembali menoleh ke gadis itu.
Aliya begitu mencemaskannya, tapi Fardan yang peka mengangkat kedua tangannya, mulai membentuk love dari atas kepala seolah tersirat sebuah pesan disana. ‘Jangan cemaskan aku. Aku baik-baik aja, Al.’
Pertandingan berlanjut. Sampai akhirnya hasil pertandingan akhir telah membawa tim Universitas Dharma Satya keluar sebagai pemenang.
***
“Bisa jalannya?”
Aliya bertanya dengan seorang laki-laki yang baru saja mengatakan dia bisa, tapi saat Aliya tidak memegangnya malah keseimbangan lelaki itu menjadi tak baik. “Iya, bisa kok. Kamu tenang aja.”
“Sakit kan?” Aliya menatapnya penuh khawatir. Sekali ini Fardan tak bisa mengelak untuk bilang tidak. “Sakit sih, Al.”
“Mana kunci motor kamu?!”
Kening Fardan refleks berkerut. “Buat apa kunci motor aku?”
Aliya memutar kedua bola matanya malas saat mendapat jawaban itu. “Ya buat bonceng kamu lah. Anterin kamu pulang!”
“Emang kamu bisa bawa motor aku?” Setahunya Aliya memang bisa mengendarai motor, tapi untuk jenis motor sepertinya, dia ragu pada Aliya kalau bisa membawanya.
“Bisa!”
“Ahh, yang bener aja kamu?” Fardan sempat tertawa kecil, meremahkan tawaran gadis itu. “Nggak-nggak, tetap aku yang bawa. Kamu jangan.”
“Adan, aku bisa.” Aliya kekeh dengan keinginannya.
Fardan masih ragu padanya. “Al, please. Nggak lucu.”
“Aku juga nggak lagi melucu," jawab Aliya dengan wajah serius.
Sekian waktu dari remehan nya tadi, mendadak ia sekarang sudah dibonceng oleh seorang gadis. Badan yang ramping itu sedang berkelana dengan motor besar dan membawa laki-laki yang bobotnya tak ringan. Fardan masih spechless ketika gadis ini benar-benar kuat memboncengnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HTS- Hanya Teman Selamanya?
Short StoryTEMAN. Kisah dua manusia yang saling menyadari perasaan masing-masing, tapi selalu mengaku kepada publik kalau mereka hanya sebagai teman, sebatas teman, dan memang hanya teman. Yuk lanjut klik baca untuk mengetahui kisahnya ....