Masih dalam keadaan memakai piyama tidur. Lelaki dengan potongan rambut short cut itu sedang dalam perjalanan pulang ke rumahnya usai membeli shampo. Terkhusus karena ini permintaan langsung dari ibunya, Fardan pun bersedia untuk disuruh-suruh. Lagi pula siapa lagi yang bisa wanita itu perintah selain satu anak laki-laki yang dilahirkannya di bulan Desember. Bintangnya Capricorn.
"Dan, belikan Ibu shampo ya."
Meski mata setengah mengantuk, akhirnya ia bangun juga dari ranjang tidurnya, membasuh wajah, segera mengambil kunci motor dan berangkat menuju Toko kelontong pak Tejo yang berjarak 200 meter dari rumahnya.
Kendatipun saat di jalan, ia mendadak teringat dengan kejadian yang menimpa sepupu Aliya di acara reuni.
"Pasien keracunan. Tapi karena dibawa tepat waktu, maka kondisinya bisa tertolong."
Fardan lalu menepi ke pinggir jalan. Pikiran tentang itu bisa membahayakan keselamatan jika ia masih nekat berkendara. Fardan merasa fokusnya terganggu lantaran pelakunya masih simpang siur untuk ditangkap basah olehnya.
"Ini makanan nya udah dateng." Saat itu Noah kembali membawa penampan yang diatasnya berisi empat piring.
"Gue mau yang ini Noh." Rafa menentukan pilihannya, tapi tangannya malah ditepis begitu saja oleh Noah. "Eitt! Ini bukan buat lo, Fa. Ini punya Adimas."
"Oh salah?"
"Iya salah. Kalau yang ini baru punya lo." Rafa kini menerima piring yang diulurkan Noah. Sebenarnya menu di empat piring itu sama saja. Spaghetti keju. Bahkan tidak memiliki perbedaan yang mencolok. Warna piring pun juga sama.
"Dimakan ya Dim. Jangan sungkan dan malu."
Fardan kini meremas dua stang motornya kuat-kuat. "Aku udah berfirasat nggak enak waktu itu. Kamu ngapain sih Noh, tega ngelakuin itu sama Adimas."
Lelaki itu hanya tak habis pikir.
"Mas, kamu kenapa?"
"Mas, Adimas ... kamu denger aku kan?"
"D—Dan bawa mereka ke RS. Cepetan!"
"K—kok aku?"
"Lo ngerti bawa mobil. Gue cuma ngerti motoran."
"Cepetan, Dan. Nyawa orang. Cepetan bawa si Adimas!"
"Jadi itu semua cuma sandiwara kalian ...."
***
Fardan sudah sampai di rumah.
Dia langsung mencari ibunya untuk memberikan shampo yang telah dibeli dari Toko pak Tejo. Fardan berhasil menemukan ibunya yang sedang duduk di dapur.
"Nih, Bu. Udah Fardan beliin. Tapi payah sih, uang nya malah pas. Jadi nggak ada kembaliannya deh."
"Emang kalau ada kembaliannya mau buat apa?" Ola menanyai putranya yang sedang tertawa kecil.
"Mau beli jajanan tadi," jawabnya masih sambil tertawa.
Ibunya mendengkus pelan. "Halah, kayak Ibra aja kamu. Udah sana pergi, Ibu mau mandi." Ola tidak suka diajak bercanda sekarang. Wanita itu sepertinya juga akan keluar rumah, ada janji bersama teman-teman arisannya di luar.
"Tapi hari minggu nanti ...." Ibunya tiba-tiba balik badan lagi, menatap ke putranya yang masih berdiri di posisi semula. "Ibu mau ngajak Aliya touring."
Fardan spontan menggaruk pelipis kirinya, berusaha menjelaskan ke ibu agar membatalkan rencana itu. "Mmm ... pasti Aliya nggak bisa deh, Bu. Kampus negeri juga udah masuk kuliah. Aliya nggak akan sempat mau touring sama Ibu."
KAMU SEDANG MEMBACA
HTS- Hanya Teman Selamanya?
Short StoryTEMAN. Kisah dua manusia yang saling menyadari perasaan masing-masing, tapi selalu mengaku kepada publik kalau mereka hanya sebagai teman, sebatas teman, dan memang hanya teman. Yuk lanjut klik baca untuk mengetahui kisahnya ....