Jaket menjadi outfit wajib bagi seorang Fardan. Namun entah kenapa saat itu, ia tak memakai jaketnya ketika mengantar Ibra, sepupunya untuk pulang. Kalau saja tak lalai, momen di hari lalu tidak akan mungkin dialami olehnya, begitu menyiksa dan menyita waktu tidur karena terus terbayang wajah gadis yang dicinta sedang bersama kekasih barunya.
Fardan kira mungkin ia harus membuka hatinya untuk seorang gadis lain, mengingat Aliya juga sudah punya pacar.
Berselang dari pikiran anehnya, Fardan mendengar notifikasi ponselnya berbunyi. Itu notifikasi custome dari grup PKM-nya. Fardan meraih benda miliknya tadi setelah memastikan pakaiannya sudah terpasang secara benar di badan.
“Udah kasep pisan aku mah.” Memuji dirinya sendiri di depan cermin sambil menyemprotkan parfum ke bajunya. Semerbak wangi khasnya mungkin akan melekat disini meski ia nanti sudah berangkat keluar.
Satu notifikasi kembali Fardan dengar. Kali ini itu bukan notifikasi custome grup, melainkan chat pribadi. Fardan segera mengeceknya.
“Jemput gue ya, Dan.” Pesan dari Raisa, anggota sesama tim Penelitian Kreativitas Mahasiswa.
Fardan membalas sebelum berlalu satu menit. “Oke, Sa. Nanti kamu tunggu aja.”
Mematikan ponselnya, Fardan beralih meraih tas laptop dan kunci motor yang sudah disiapkan di atas kasur. Namun sebelum keluar, atensinya teralih dengan sepatu berwarna putih yang ada di dalam lemari bajunya. Fardan tiba-tiba teringat jika sepatu couple-nya bersama Aliya sempat ia taruh di dalam sana.
Fardan membuka lemari, mengeluarkan dua pasang sepatu itu dari sebuah kotak. Dipandangnya lekat benda ringan itu sambil mengenang kembali cerita dibalik sepatu yang menjadi saksi jika mereka pernah memiliki hubungan yang dekat.
"Mau couplean sesuatu nggak?" tanya seorang gadis. Rambut panjang sedadanya sedang diikat satu, sedikit ada poni yang dibuat menjuntai di sisi pelipis. Fardan selalu gemas ingin menyekanya ke belakang daun telinga Aliya.
"Aku mau beli sepatu. Kamu mau juga nggak?"
Fardan mengangguk saja.
"Beneran kamu mau?" Aliya ingin memastikan sekali lagi sampai lelaki rambut short cut itu mau mengeluarkan suaranya. "Mau atau enggak, Adan?"
Fardan menganggukkan kepala lagi. Tapi kali ini matanya menatap lekat ke gadis itu sambil tersenyum penuh arti. Entahlah, apa yang sedang dipikirkannya. Namun menurutnya, gadis itu tambah menggemaskan kalau sedang mengomel.
KAMU SEDANG MEMBACA
HTS- Hanya Teman Selamanya?
Short StoryTEMAN. Kisah dua manusia yang saling menyadari perasaan masing-masing, tapi selalu mengaku kepada publik kalau mereka hanya sebagai teman, sebatas teman, dan memang hanya teman. Yuk lanjut klik baca untuk mengetahui kisahnya ....