17- Segelas kopi

2 1 0
                                    

"Tangkep."

Fardan refleks meraih kunci mobil yang dilempar ke arahnya dengan satu tangan. Namun sebelum mereka pergi, ia meminta gadis ini untuk menjelaskan semua kepadanya.

Dia Anggita.

Gadis cantik yang mengikat rambutnya dengan gaya ponytail. Anggita mengenakan jaket hitam. Sama seperti warna jaket yang sedang Fardan kenakan. Katanya, agar mereka terlihat seperti couple. Anggita juga meniru gayanya dengan mengenakan celana jeans hitam. Iya, mereka memang seperti couple. Couple penculik. Apalagi Anggita sudah bertopi, lalu menggunakan masker. Penampilan misterius seperti ini bisa membuat orang lain mengira mereka adalah penculik anak.

"Tapi kita mau kemana?"

Anggita menurunkan maskernya ke dagu. "Nanti gue jelasin pas di jalan. Lo buruan masuk mobil." Anggita mendorong badan lelaki ini untuk maju. 

Selama di jalan, gadis itu benar-benar menceritakan semuanya. Anggita ternyata menaruh kecurigaan sama seperti yang Fardan pikirkan dari pekan lalu.

"Kamu serius melakukan ini nggak sendiri?"

"Iya, ada yang bantu gue kok. Jadi lo ngerti kan kenapa gue telepon lo kemarin dan ngajak ketemuan sambil pake baju kayak gini." Anggita jujur kesulitan melakukan hal yang tidak sesuai karakternya. Tapi mau bagaimana lagi. Ini demi sahabatnya.

"Gue butuh bantuan lo. Karena kita berempat deket sejak SMA."

Fardan membenarkan.

"Nggak ada orang lain selain lo yang bisa gue percaya, Dan."

"Terus, apa yang mau kita lakukan sekarang?"

"Kita ke warung kopi Noah. Kita culik dia."

Dan untuk kedua kalinya Anggita datang ke tempat ini. Sedangkan Fardan sudah sekian kali. Melihat situasi sekarang sepertinya akan sulit untuk Fardan membawa founder warung kopi ini keluar.

"Kita udah sampe, Git. Aku keluar dulu."

Anggita menahan lengan kirinya. "Lo harus pake masker sama topi ini dulu, Dan."

Fardan mengambilnya dan memakai dua barang tadi di atas kepala dan mulut. Dia mulai turun seorang diri, sedangkan Anggita tetap berjaga di dalam.

Entah bagaimana proses itu berhasil karena kejadiannya begitu cepat. Fardan cekatan meringkus Noah ke dalam mobil. Giliran tugas Anggita yang memborgol kedua tangan sasaran mereka supaya tidak kabur.

"Sialan lo berdua. Kenapa sih giniin gue, HAH! Lagi main polisi-polisian kalian?" Noah memberontak minta dilepas. Namun tenaga gadis yang sedang menahannya tak kalah kuat.

"Iya, lo penjahatnya!" jawab Anggita sarkas.

"Nggak waras lo berdua." Noah seenaknya mengatai mereka. Refleks ia pun mendapat jitakan di belakang kepalanya dari Anggita.

"Kita akan bawa kamu ke psikolog," timpal Fardan.

"HEH. Gue nggak gila ya kalau mau kalian bawa kesana."

"Emang lo kira kalau ke psikolog itu gila?" Anggita menambah jitakan kejam lagi ke belakang kepala Noah.

"Sialan lo Git. Sakit pala gue."

"Biarin." Gadis itu tak peduli. "Lo perlu di kasih pelajaran!"

***

Terkadang sesuatu yang telah digariskan oleh tuhan harus bisa dijalani sebaik mungkin. Tentang tanggung jawab, keharusan, dan karena telah menjadi jalannya disini.

HTS- Hanya Teman Selamanya?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang