10- Lolos

8 3 0
                                    

"Silakan dihabisin."

Gadis yang memiliki lesung pipi itu menyodorkan dua gelas yang baru diambilnya dari dapur. Kebetulan teko air sudah diambilkan terlebih dulu bersama dua toples camilan ringan. Kue bakpia dan keripik pisang original.

"Wah, aku favorit banget sama yang ada kacang hijau-nya. Kok kamu tau sih, Sa?" Fardan kesenangan, menyangka gadis itu mengetahui makanan kesukaannya.

"JANGAN GEER. Gue mana tau kesukaan lo. Gue asal pesan aja tadi." Raisa berhasil menjatuhkan ekspetasi Fardan yang sudah melambung tinggi. Dipta sekali ini tertawa terbahak, walaupun bibirnya segera datar saat Fardan sudah menatapnya sinis.

Keadaan sejenak hening. Ketiganya masih mengumpulkan keberanian sekaligus mengisi kekosongan perut dulu sebelum mengecek hasil di website PKM. Satu harapan bersama bahwa mereka dapat lolos dan bisa memamerkan hasilnya kepada bu Areta.

Tapi kalaupun tidak lolos, mereka juga tetap harus melaporkannya ke bu Areta. Ini yang sangat menjadi dilema dua mahasiswa dan satu mahasiswi itu.

Kini saatnya mereka memulai.

Ada Raisa yang memosisikan diri di antara tubuh dua lelaki itu. Dia juga yang mengambil alih laptop dari sejak awal. Menyalakan laptop, mengoperasikan sistem, membuka website di laman internet, dan Raisa juga yang menjadi orang pertama untuk mengetahui hasilnya dikala dua lelaki di sampingnya justru menutup mata. Mental dua lelaki itu lebih sensitif mengenai hasilnya jika nanti tidak sesuai dengan harapan.

AAARRRRRGGHHHHHHHHHH

Teriakan keras Raisa nyaris membuat telinga mereka mau lepas. Begitu melengking dan membuat sakit. "GUYS ...."

Dua lelaki itu kompak menelan ludah masing-masing. Mereka sangat gugup menanti apa yang ingin gadis berlesung pipi itu sampaikan. "Ya Allah, hamba mohon, kabar baik, Ya Allah." Doa Fardan keras-keras.

Mata Fardan terus menyipit, jantungnya berdebar tak karuan, Raisa malah mempermainkan mereka dengan sengaja menahan ucapannya.

"Kita ...."

"Kita?" Keduanya semakin cemas.

"KITA LOLOS PIMNAS."

Sontak kedua lelaki itu langsung memeluknya. Tak ada bahagia dan haru yang dapat mereka sembunyikan kala ini. Meskipun Raisa harus menerima serangan dari dua badan besar yang berebutan menyerang tubuh kecilnya.

"Gue yang kabarin bu Areta ya." Fardan menawarkan diri pertama kali.

"Gue aja lah." Dipta juga menawarkan dirinya.

Raisa lantas mencibir dua temannya. "Yehhh. Giliran udah tau hasilnya malah rebutan lo berdua. Tadi aja nggak ada yang mau lihat hasilnya."

"Iya dong, Sa. Sekalian gue mau carmuk sama camer gue."

Fardan menyela sekaligus kebingungan. "Apaan tu carmuk, camer?"

"Cari muka sama calon mertua." Sontak Dipta segera mendapat toyoran ke belakang kepalanya dari Raisa. "Masih nggak tau diri aja lo."

"Sebelum janur kuning melengkung, gue pepet terus tuh anaknya."

"Istigfar, Dip. Ya Allah, padahal udah ada cewek juga kamu tuh." Fardan lantas geleng-geleng kepala dengan kelakuan Dipta. Fardan juga sudah tau, kalau Dipta memang hobi membuat candaan seperti itu. Aslinya dia begitu mencintai pacarnya kok.

Setidaknya kebahagiaan tadi telah membuat pikiran tentang Aliya lenyap sejenak dari benak Fardan.

***

Dua laki-laki itu kini sudah menunggangi motor masing-masing. Kabar lolos PIMNAS sudah diberitahukan Dipta di grup mereka. Respon bu Areta mengatakan bangga dengan kerja keras dari anak-anak bimbingannya.

HTS- Hanya Teman Selamanya?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang