Seorang esper yang tumbang begitu saja mengejutkan esper-esper UE-2 yang lain. Mereka menoleh ke kanan dan kiri penuh kebingungan, tapi tak menemukan siapa pun di sekitarnya. Kurang dari semenit kemudian, dua orang esper tiba-tiba ikut tumbang dengan sebekas peluru panas di pundak mereka.
"Sial!" umpat Weldy terdengar di piranti telekomunikasiku. Ia mengangkat tangannya tinggi-tinggi sehingga muncul sebuah bola cahaya terang dari sana. Dalam waktu sepersekian detik, bola cahaya itu meledak, membuat layar pengawas yang kuperhatikan menjadi putih untuk sesaat.
Tampak orang-orang yang tadinya tersembunyi jadi samar-samar terlihat. Mereka terkena efek serangan cahaya Weldy yang menyengat mata. Sayangnya, hal itu belum cukup untuk menghentikan jatuhnya korban. Sekali lagi, seorang esper tumbang oleh tembakan yang tak terduga.
"Beta-7, bantu serang musuh yang datang!" titahku pada pasukan keamanan yang sejak tadi masih bersembunyi di sela-sela kota. Dibanding UE-2 yang sombong, unit yang diamanahkan oleh Marsda Ros ini lebih patuh kepadaku.
Mereka menembakkan peluru pada tempat-tempat yang terlihat kosong, tapi sebenarnya ada orang di sana. Bukan hanya musuh yang punya teknologi canggih, para pasukan keamanan SIV dan tentara ATAV pun juga memiliki.
Baku tembak terjadi seketika. Para musuh mulai bermunculan. Esper yang masih bertahan pun mulai ikut melancarkan serangan.
"UE-2, mundur!" seruku penuh harap agar mereka dapat patuh dengan baik. Semoga saja mereka yang tumbang masih dapat diselamatkan. Aku tidak ingin lebih banyak lagi orang yang menjadi korban. "Evakuasi personel kalian yang terluka!"
Tak ada yang mendengarkanku. Para esper sibuk bertempur. Mereka menerjang musuh dengan penuh amarah, membuat para pasukan Beta-7 tak dapat menembak dengan leluasa karena ada sekutu mereka di sana.
"Pasukan musuh kembali menyerbu!" seruku kepada seluruh unit yang kupimpin, "Bersiap untuk serangan! Beta-6, Beta-5, maju ke garis depan. Beta-7, serang musuh yang tersisa."
"Dimengerti!" jawab kapten masing-masing unit.
"UE-2, mundur!" seruku lagi sebelum musuh menjangkau mereka. Tidak, mereka sudah sampai. UE-2 akan dibabat habis oleh musuh yang datang. Lima detik tepat sebelum musuh mulai menembak UE-2, aku pun memerintah satu-satunya personel UE-2 yang mendengarku untuk bertindak.
"Kapten Isy, tutup gerbang segera!"
Instruktur Isy langsung menangkap perintahku. Dengan kemampuan elemen tanahnya yang juga mampu memanipulasi logam, ia menutup gerbang dengan paksa. Tembakan musuh pun tertahan untuk sementara karenanya.
"Bawa kawan-kawan kalian yang terluka untuk mundur!" seru Instruktur Isy memerintahkan para esper UE-2 yang bebal. "Cepat! Gerbang itu tak akan bertahan lama."
Asta Wardein yang pertama merespons. Dia mengambil salah seorang kawannya yang tumbang. Dengan gerakan yang sangat cepat, dibawanya seniorku yang sombong itu ke tempat aman. Barulah selepas itu esper yang tersisa ikut mundur dengan membawa kawan-kawan mereka yang terluka.
"Beta-7, mundur! Beta-6, maju!" seruku begitu gerbang timur dihancurkan. Kendaraan lapis baja pun bermunculan. Mereka langsung menembakkan peluru ke segala arah. Beta-7 yang merupakan unit senapan serbu tidak akan cocok untuk melawan mereka. Karena itu, aku memerintahkan Beta-6 yang merupakan unit peledak untuk menggantikannya.
Saat serangan musuh kendaraan lapis baja musuh berhenti, personel Beta-6 pun menjalankan tugasnya. Mereka muncul untuk memangsa sasaran empuk di hadapan mereka. Dari layar pengawas, kulihat besarnya ledakan yang terjadi di front gerbang timur.
"Beta-5, bersiap di posisi!" titahku lagi pada unit penembak runduk itu. Mereka tersebar di berbagai tempat, terutama gedung-gedung yang tinggi. Begitu pasukan infanteri musuh memasuki gerbang, aku pun memerintahkan mereka untuk mulai bertindak.
Pertempuran di gerbang timur berlangsung sengit. Berulang kali aku memerintahkan Beta-7 untuk untuk bergerak cepat membasmi lawan dengan teknik gerilya. Itu lebih efektif untuk membantai musuh sekaligus meminimalkan korban jiwa.
Setelah beberapa jam pertempuran, musuh pun akhirnya memutuskan untuk mundur dari gerbang timur. Mereka kembali ke Area-T, sembunyi dari serbuan pasukan keamanan SIV dan tentara ATAV. Ada sebagian unit yang meminta izin untuk mengejar ke Area-T. Namun, aku melarangnya karena itu terlalu berisiko.
Marsda Ros pun setuju denganku. Sebelum memutuskan untuk merebut kembali Area-T dari musuh, kami harus mengetahui situasi di sana. Kalau sampai gegabah masuk, akhirnya hanya akan disergap sebagaimana pasukan musuh yang masuk ke Area-U.
"Terima kasih atas kerja sama kalian," ucapku di akhir pertempuran, "Beta-7, Beta-6, kalian bisa beristirahat sekarang. Simpan tenaga untuk serangan berikutnya. Beta-1, Beta-2, maju dan jaga gerbang timur. Beta-3, gantikan posisi Beta-5."
"Dimengerti!" jawab masing-masing unit.
Aku mematikan koneksi dari seluruh unit, lalu menautkannya ke satu unit saja, yaitu unit paling bebal, UE-2.
"Di sini markas pusat," kataku pada seluruh personel UE-2, "UE-2, kalian telah mengeliminasi konvoi musuh di awal, tapi itu tidak mengikuti arahan. Harusnya kalian bekerja sama dengan unit yang lain, bukannya maju sendirian. Ini peringatan-"
"Tahu apa kau tentang kami, Manusia?" balas seorang esper dengan lancangnya, "Diam saja kau! Kau hanya pengecut yang bisa duduk di balik monitor."
"Lalu kenapa?" balasku geram padanya. Kutatap wajah salah seorang seniorku yang tampak garang itu. Dia seorang elementalis listrik. Namanya adalah Khal Stroum. "Kalau kamu mampu, coba saja untuk duduk di sini. Biar aku gantikan posisimu. Sebagai gantinya, kamu harus mampu mengarahkan seluruh unit dengan baik."
"Hah? Be***ah ini!" umpat Khal semakin geram. Namun, sebelum ia sempat kembali membuka mulutnya yang kotor itu, aku memotongnya terlebih dahulu.
"UE-2, sebagai sesama esper," ucapku dengan bahasa Esperheim agar mereka mengerti, "Aku peringatkan kalian ..."
✨️✨️✨️
Jangan cuman jadi silence readers aja. Kasih vote, komentar, dan follow.
Aku bakal seneng banget kalau kalian bantu koreksi semisal nemuin plot hole di novel ini.
Makasih udah mampir😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Kronik Perang Sang Esper yang Jatuh
Science FictionSavil Ghenius lahir dalam keluarga elementalis ternama, tapi dia tak pernah merasa benar-benar menjadi bagian dari mereka. Rambut hitam legamnya adalah tanda kutukan-tanda bahwa dia adalah seorang esper yang "jatuh", gagal mewarisi kekuatan elemen d...