027: Komando Taktis

13 3 0
                                    

Probabilitas kemenangan kami adalah 55%. Tadinya, aku berharap bisa memanfaatkan pesawat-pesawat tempur yang ada di sekitar Markas Area-X. Sayangnya, semua pesawat yang ada di sana hancur selama pertempuran sebelumnya. Mereka tidak layak pakai. Selain itu, terlalu berisiko menembus musuh untuk pergi ke hangar terdekat. Nekat hanya akan menurunkan probabilitas kemenangan kami. Saat aku menyampaikan hal tersebut pada Instruktur Isy selaku kapten dari UE-2, Reina tiba-tiba menyahut.

"Biar aku yang merebut hangar Area-X," kata Reina yang duduk di sampingku, pandangannya tajam menatap layar strategis di depannya. Suaranya tegas, tak ada keraguan sedikit pun.

"Hangar itu ada tak jauh dari Pos 7. Kebetulan UE-1 ada di sana," lanjutnya, tangannya sudah siap mengetik serangkaian perintah.

Aku melirik ke arahnya sejenak, lalu kembali memantau pergerakan di layar. Musuh semakin mendesak, tapi Reina benar—rebut hangar dan kami punya peluang mengubah keadaan.

"Aku mengerti," jawabku singkat, sebelum mengarahkan pandanganku kepada Kolonel Amad yang berdiri di tengah ruangan komando. "Kolonel ..."

"Laksanakan!" potong Kolonel Amad sebelum aku selesai bicara. Sorot matanya dingin tapi penuh keyakinan. "Aku percaya kepada kalian. Rebut hangar itu dan serang sayap musuh."

"Dimengerti!" jawabku dan Reina bersamaan. Dia segera memindahkan fokusnya ke layar lain, memantau pergerakan UE-1 dan Beta-1 di Pos 7. Waktu kami terbatas.

"UE-1, eliminasi sayap musuh! Beta-1 ambil alih perhatian mereka selama UE-1 menjalankan tugasnya!" Perintah Reina terdengar dingin namun tegas, memecah ketegangan di ruang komando yang mulai memanas.

Di salah satu layar yang menunjukkan aksi UE-1, aku melihat sebuah gelombang api tiba-tiba meledak tinggi. Ia menciptakan dinding api yang menyebar luas, membakar musuh yang terlalu dekat. Blis, dengan tangan terulur, memanipulasi api dengan gerakan cepat, melindungi Beta-1 sambil memberi waktu bagi UE-1 untuk merangsek maju ke hangar. Aku bisa merasakan detak jantungku berpacu semakin cepat saat melihatnya.

Mataku pun kembali fokus ke layar utama di hadapanku, memantau pasukan yang kutugaskan untuk mempertahankan markas Area-X. Ledakan terdengar dari segala arah. Lobi mulai diserbu. Tembakan dan peluru menghujani dari luar, membuat dinding-dinding bergetar. UE-2 dan Beta-7 sedang bertarung mati-matian.

Kulihat Souli menutup mata sejenak, memanggil makhluk-makhluk dari dimensi lain. Sesaat kemudian, makhluk besar berwujud bayangan muncul, menyerang pasukan musuh yang mencoba menerobos dari sisi barat. Makhluk itu mengangkat para antek Sekte Leberynthos tinggi-tinggi sebelum melemparkan mereka kembali dengan keras.

Sementara itu, angin yang ditiupkan oleh Rahim begitu kencang hingga peluru musuh meleset. Dengan satu gerakan tangan, angin berputar menciptakan badai kecil yang menyapu beberapa prajurit musuh yang terlalu dekat.

"UE-2, dorong ke depan! Jangan beri mereka celah untuk masuk!" perintahku, memastikan pasukan UE-2 menjaga titik-titik kritis yang belum diserbu musuh. "Beta-7, serbu musuh yang terlihat!"

Beta-7 bergerak cepat, mengirim tembakan terarah saat Instruktur Isy melapisi peluru mereka dengan logam yang bisa dikendalikan. Di sudut lain, Khal Stroum melayangkan kilatan petir, menghantam sistem elektronik musuh, membuat kendaraan berat mereka lumpuh seketika. Namun, dengan segala keunggulan tempur tersebut, kami tetap tidak bisa begitu saja meremehkan pasukan musuh.

"Kami terdesak, Komandan!" suara salah satu personel UE-2 terdengar dari alat komunikasi. Ada nada cemas di suaranya, meski ia berusaha tetap tenang.

Aku mengepalkan tangan di meja. "Instruktur Isy, laporkan status!"

✨️✨️✨️

Jangan cuman jadi silence readers aja. Kasih vote, komentar, dan follow.

Aku bakal seneng banget kalau kalian bantu koreksi semisal nemuin plot hole di novel ini.

Makasih udah mampir😉

Kronik Perang Sang Esper yang JatuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang